Budaya K-Pop Tersebar Luas, Sejarah dan Politik di Balik Keberhasilan Industri Kreatif Korea Selatan

8 Maret 2023, 19:46 WIB
Album K-Pop, sejarah dan politik industri kreatif Korea Selatan //Tangkapan layar YouTube/KOOKIELIT

MALANG TERKINI – K-Pop atau Korean Pop menjadi sangat populer belakangan ini. Sejarah keberhasilan industri kreatif ini tidak terlepas dari campur tangan politik pemangku kebijakan Korea Selatan.

Irma Maulida menjadi narasumber di kanal Youtube Total Politik pada 22 November 2020. Irma merupakan seorang Manager Media dan PR di Korea Tourism Organization, sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pariwisata untuk mempromosikan Korea Selatan kepada dunia.

Sebagai seseorang yang bekerja di salah satu lembaga milik pemerintah Korea Selatan, Irma bercerita mengenai minatnya terhadap K-Pop, terutama grup band BTS. Irma juga membahas mengenai kebijakan politik industri kreatif Korea Selatan yang menjadi cikal bakal keberhasilan Korea di ranah global.

Baca Juga: Deretan Idol K-pop yang Berdonasi untuk Gempa Bumi Turki dan Suriah, ada BTS hingga Stray Kids

Irma menjelaskan mengenai berbagai kelompok penggemar K-Pop yang tersebar ke seluruh dunia seperti ARMY, NTCzen, EXO-L, Blink, Once, dan lain sebagainya. Menurutnya, penggemar K-Pop sangat solid dan terorganisir dalam mendukung idola mereka.

Menurutnya, kelompok penggemar K-Pop memiliki beberapa jenis platform seperti fansite, fandom, dan fanbase. Fansite adalah para penggemar yang memasok materi-materi konten idola mereka.

Selanjutnya adalah fandom yang merupakan kelompok penggemar K-Pop tertentu. Fanbase merupakan wadah dari fandom yang bersifat regional. Mereka melakukan kegiatan dengan saling berbagi informasi up-to-date mengenai idol mereka.

Mengenai hal tersebut, sebagian dari mereka melakukannya dengan sukarela dan sebagian juga menarik tarif biaya atas jasa tersebut.

Baca Juga: Kronologi Crazy Rich Surabaya, Wahyu Kenzo Diamankan Polisi Diduga Terlibat Penipuan Robot Trading ATG

Menurut Irma, para penggemar K-Pop sangat solid untuk mempromosikan karya idola mereka dengan berbagai cara seperti ketika BTS mengeluarkan album. Para army mengatur strategi sedemkian rupa agar album idol mereka dapat memuncaki tangga lagu di Spotify, Youtube, dan lain sebagainya.

Selain itu, mereka melakukan gerakan secara mandiri dan organik dalam mendukung idola mereka. Hal tersebut dapat terjadi karena para penggemar memiliki ikatan emosional dengan para idola mereka.

Berdasarkan hal tersebut, para penggemar K-Pop memiliki hubungan emosional yang sangat erat dengan idola mereka seperti teman, sahabat atau lebih dari itu seolah-olah mereka tumbuh bersama idola mereka.

“Kita itu bisa segitunya karena kita itu punya keterikatan emosional dan kita ngerasa kalau mereka itu bukan artis tapi ngerasa kayak temen,” ujar Irma.

Baca Juga: Viral! Akibat Kegiatan Trail Adventure, Kebun Bunga Edelweis Rawa di Ranca Upas Rusak Parah

Gerakan penggemar terkenal sangat solid dan terorganisir terutama di media sosial. Bahkan, menurut lembaga survei bahwa K-Popers disebut sebagai preman Twitter.

Dalam dunia K-Pop, ada istilah ‘sasaeng’ yang dapat diartikan sebagai fans atau penggemar K-Pop yang sangat terobsesi dengan idol mereka. Para sasaeng melakukan berbagai cara agar dapat terus dekat dengan idol mereka sehingga cenderung merugikan idol mereka sendri.

Selain itu, aksi para penggemar K-Pop juga terkenal masif dan penuh strategi seperti pada saat mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan kampanye. Sekelompok army melakukan hackling atau sabotase dengan cara mendaftar ke kampanye Trump. Akibatnya, para pendukung Trump yang benar-benar ingin menghadiri kampanye menjadi kehabisan kuota seat.

Walaupun demikian, Irma menjelaskan bahwa ia menyukai K-Pop karena banyak pesan bernilai yang mendorong pengembangan diri Irma. Karya idol K-Pop mereka dinilai sangat mewakili para penggemar sehingga membuat mereka menjadi semangat dan termotivasi dalam menjalani hidup.

“Konten-konten seperti itu membawa pesan yang bisa membuat anak-anak muda semangat. Jadi itu nge-trigger fans-fans nya ini untuk speak for themselves,” ungkap Irma.

Baca Juga: Rekomendasi Tempat Wisata di Malang, No 6 Punya Nuansa Ala Jepang

Para penggemar K-Pop memiliki pengaruh yang kuat terhadap suatu isu dan kebijakan. Mereka memanfaatkan semua platform sosial media sebagai senjata para K-Popers untuk melakukan gerakan terhadap isu yang menurut mereka penting dan layak untuk diperjuangkan.

Salah satu grup K-Pop yakni BTS sempat menjadi sorotan ketika mereka menyuarakan dukungannya terhadap gerakan ‘black lives matter’ dan diundang PBB sehingga menuai sorotan dunia.

Hal tersebut merupakan sejarah karena mereka cenderung tidak membicarakan isu politik karena hal tersebut merupakan isu sensitif dan beresiko bagi industri.

Pelaku industri K-Pop juga mempertimbangkan para penggemar K-Pop yang memiliki latar belakang sosial dan budaya yang berbeda-beda.

Sebagai penggemar BTS, Irma sangat bangga ketika para penggemar berhasil mengumpulakn donasi bernilai lebih dari 1juta US Dollar untuk dukungannya terhadap ‘Black Lives Matter’. Hal tersebut menunjukkan solidnya penggemar K-pop.

Irma berpandangan bahwa kesuksesan Korean wave atau gelombang budaya Korea tidak terlepas dari tiga kunci. Pertama adalah pemerintah Korea. Sebagai pemangku kebijakan mendukung industri kreatif Korea. Salah satunya adalah mendanai atau mensubsidi konser-konser K-Pop. Pemerintah mendukung dan ikut terlibat dalam meningkatkan industri kreatif.

Baca Juga: Jadwal Puasa Ramadhan 2023, Lihat Tanggal-tanggal Penting Bulan Puasa Tahun 1444 Hijriyah

Kedua adalah pelaku dan pelaku seni atau idol industri kreatif Korea. Pelaku seni Korea dituntut untuk professional dan sempurna. Mereka melewati tahapan-tahapan yang sangat panjang dan ketat untuk menjadi idol.

“Mereka itu bisa jadi seorang idola K-Pop tahapannya panjang dan tidak instan seperti di Indonesia,” ujar Irma menambahkan.

Bahkan, para calon idol dilatih sejak masih usia dini. Sistem pelatihan dan mentoring para calon idol sangat terorganisir dan sistematis. Menurut Irma, tidak sampai sekira tahun 2017, pelaku bisnis dan pelaku seni K-Pop telah mencapai sekira 77.000 orang.

Ketiga adalah konsumen atau target pasar industri kreatif Korea. Industri kreatif Korea melakukan kapitalisasi melalui talenta yang dimiliki idol K-Pop. Mereka menjunjung tinggi perfeksionisme dan professionalisme sehingga berpengaruh terhadap meningkatnya permintaan konsumen.

Selain itu, K=Pop juga merupakan produk politik. Hal tersebut diasumsikan dari peran signifikan pemerintah Korea. Kehadiran industri kreatif Korea muncul ketika pemerintah Korea melakukan pengalihan kebijakan pada masa krisis moneter pada 1997.

Pemerintah Korea merasa bahwa mereka tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga mereka memanfaatkan sumber daya manusia, salah satunya meningkatkan bidang industri kreatif. Pemerintah Korea Selatan memikirkan potensi yang dapat diekspor ke seluruh dunia dengan logika kapital dan market yang luas.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Ras Kucing Peliharaan untuk Pemula

“K-Pop ini salah satunya kenapa dia sukses karena landasan utamanya itu adalah dia itu harus dijadikan sesuatu yang bisa diekspor, logikanya capital,” ungkap Irma.

Selain itu, K-Pop bukan hanya tentang idol tetapi juga budaya, film, makanan, pariwisata, hingga cara berpikir. Pada saat ini juga banyak sekali fashion dan restoran khas negeri ginseng tersebut mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.

Dengan hadirnya industri kreatif tersebut, manufaktur Korea juga mulai tumbuh seiring berjalannya waktu. Pada faktanya, salah satu donator terbesar ekonomi Korea adalah Industri K-Pop.

Selain itu, banyak fanbase dari berbagai negara memilih untuk menyuarakan pandangan politik atau preferensi mereka terhadap isu tertentu seperti fanbase di Indonesia, Amerika Serikat, Bangladesh, dan berbagai negara lainnya.

Sebaliknya, justru fandom Korea tidak melakukan gerakan politik karena memilih untuk mengikuti idol mereka yang cenderung bersikap netral dalam dinamika isu politik. Mereka menganggap hal tersebut merupakan hal sensitif dan beresiko menimbulkan kontroversi.

Irma memberikan kesimpulan bahwa kekuatan anak muda sangat diperhitungkan di Korea Selatan. Mereka merupakan mesin ekonomi bagi Korea selatan. Industri Korea Selatan melebarkan sayapnya berkat political will pemerintah Korea Selatan.

Selain itu, Irma menjelaskan bahwa gerakan tidak hanya dilakukan oleh kelompok kepentingan yang didorong oleh ideologi dan aliran-aliran tertentu. Menurutnya, hobi dan minat juga berperan besar dalam menciptakan suatu gerakan dalam proses perubahan sosial.

Baca Juga: VIVIZ: Girlgroup K-POP dari 3 Eks-Member GFRIEND telah Debut dengan Lagu BOP BOP!

Mengenai hal tersebut, yang menyatukan K-Pop bukanlah ideologi dan bukan juga aliran, melainkan minat. Minat telah menciptakan kelompok-kelompok yang sangat berpengaruh bagi perubahan sosial.

Selanjutnya, keberhasilan industri kreatif Korea Selatan dapat terwujud berkat kepercayaan pemangku kebijakan terhadap anak muda di sektor industri kreatif. Dengan demikian, masa depan Korea berada di tangan anak muda.

Berdasarkan hal tersebut, Irma berharap kesuksesan Korea juga dapat dilakukan Indonesia yang memliki banyak anak muda berbakat. Dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia, bukan hal yang tidak mungkin bahwa Indonesia dapat memanfaatkan berbagai potensi yang tersedia.***

Editor: Iksan

Tags

Terkini

Terpopuler