Ada ketegangan antara Nim dan Noi sejak Noi menolak warisannya dan memeluk agama Kristen, sehingga memaksa menyerahkan aktivitas perdukunan pada Nim.
Nim dengan santai menceritakan banyak sejarah tragis selama satu sesi wawancara. Ini adalah adegan yang dibingkai sedemikian rupa hingga The Medium memulai pergeserannya dari film dokumenter langsung menjadi horor full-on found-footage, lengkap dengan shakey-cam dan night vision hijau yang menyeramkan.
Dalam kisah itu, kru Shaman Bloodline memutuskan untuk tetap berada di sekitar keluarga besar Nim. Saat itu, mereka jelas-jelas melihat Mink yang cantik dan lincah mulai bertingkah aneh dan mengeluh sakit fisik yang tidak wajar, sedang dipersiapkan untuk melayani sebagai dukun Ba Yan berikutnya.
Noi kesal sebab dia tidak ingin menjadi dukun dan dia juga tidak ingin putrinya menjadi dukun. Hingga pada akhirnya semua orang mulai berpikir bahwa kondisi Mink yang memburuk mungkin disebabkan oleh jenis transformasi spiritual yang berbeda.
Untuk sebuah film dengan sub genre found footage, The Medium dibuat dengan lebih elegan daripada kebanyakan film lain. Ini membuat film tersebut seolah-olah dibuat oleh kru dokumenter profesional.
Baca Juga: Jadwal Arema Fc Vs Persebaya, Derby Jawa Timur Dalam Pekan Ke 11 BRI Liga 1 2021
Akting yang natural dan benar-benar over-the-top; Gulmongkolpech khususnya, sama meyakinkannya dengan sosok gadis pesta dan monster dengan mata tanpa ekspresi.
Kemudian, film The Medium ini terkesan tidak berusaha menghindari hal-hal tabu, tidak ada sesuatu yang suci dan sakral. Bahkan tidak ada yang ada dalam posisi aman, termasuk tokoh juru kamera, Shaman Bloodline yang pemberani.
Di akhir film ini, mungkin Anda akan memahami mengapa The Medium menjadi hit musim panas di box office Korea. Penggemar film horor yang mencari tontonan mengerikan tidak akan kecewa.***