Cara Menyikapi Cinta yang Ditolak, Begini Menurut Teori Filsafat

- 14 Januari 2022, 07:20 WIB
Cara menyikapi cinta yang ditolak menurut Dr. Fahruddin Faiz, seorang pakar fisafat Islam
Cara menyikapi cinta yang ditolak menurut Dr. Fahruddin Faiz, seorang pakar fisafat Islam /Pixabay/Alexas_Fotos

MALANG TERKINI – Bagaimana cara menyikapi cinta yang ditolak? Pertanyaan seperti ini tidak terlalu penting bagi sebagian orang. Karena pada kenyataannya, ketika cinta ditolak maka seseorang tidak begitu memerlukan metode apapun untuk menyikapinya.

Cara menyikapi cinta yang ditolak yang paling umum adalah menerima kekecewaan sambil lalu menjalani cerita hidup yang terus berlanjut hingga episode kesekian.

Tetapi menurut teori filsafat, seseorang yang jatuh cinta kemudian mendapat penolakan dari obyek, semestinya ia tidak berhenti mencintai.

Baca Juga: Kumpulan Quotes Tentang Cinta dalam Bahasa Inggris Lengkap Terjemahan: Cocok untuk Caption Patah Hati

Dr. Fahruddin Faiz, seorang pakar fisafat Islam dan guru besar di UIN Sunan Kalijaga menuturkan bahwa hakikat cinta itu tidak sama dengan menikahi.

Ketika seseorang cintanya ditolak kemudian mengatakan bahwa cintanya sudah hilang, maka kemungkinan kemarin-kemarin bukan cinta, melainkan nafsu, keinginan untuk dituruti, atau semacam dagang.

Cinta yang didasari negosisi seperti perdagangan bukanlah cinta yang hakiki. Misalnya seseorang mengatakan, “Aku sudah memberikan cinta kepadamu, maka kamu juga harus memberikan cinta kepadaku.”

Sebab jika benar-benar cinta maka ditolak pun tidak masalah. Ketika “dia” sudah menikah bukan berarti dilarang mencintai, meskipun cara mencintainya bisa berbeda.

Baca Juga: Gus Miftah Jelaskan Bahwa Malaikat Pertama yang Kita Ketemu di Dunia adalah Orang Tua

“Seandainya tidak bisa menikah sekalipun bukan berarti “kalau begitu aku tidak mencintaimu lagi.” Tetapi, “sekarang aku masih mencintaimu, namun dengan cara yang berbeda,” kata Dr. Fahruddin.

Beliau memberikan contoh, misalnya dengan cara tidak mengganggu keluarganya, tidak muncul lagi dalam kehidupannya agar “dia” lebih bahagia.

Contoh sikap seperti itulah yang menurut Dr. Fahruddin justru merupakan manifestasi cinta sejati. Ketika cinta ditolak lalu “dia” dimusuhi itu tanda bahwa cintamu hanya nafsu belaka.

Memang diakui, sikap cinta sejati menurut teori filsafat ini sulit dipraktikkan oleh kebanyakan orang. Sebab setiap orang terkadang memiliki tuntutan masing-masing.

Karena itu, para pecinta sebaiknya bersiap-siap mengalami pertarungan-pertarungan antara kubu cinta dan kubu nafsu atau kebencian.

Baca Juga: Romantisnya, Sandiaga Uno Masih Simpan Surat Cinta Pemberian Istri 31 Tahun Lalu

Jika cinta benar-benar tulus, maka pertahankanlah cinta itu hingga mengalahkan nafsu. “Karena kebahagiaan hidup jalurnya yang paling dekat itu ya jalur cinta,” kata Dr. Fahruudin.

Usia manusia itu tidak panjang. Usia yang pendek itu jangan sampai diwarnai dengan depresi-depresi, stres, ambisi hawa nafsu, dan sebagainya. Khawatir usia habis hanya sibuk mengurusi nafsu dan belum menikmati bahagia.

“Maka mari kita bahagia mulai sekarang, antara lain dengan mengembangkan hidup di level yang penuh cinta tadi. Tidak apa-apa. Tidak harus gelisah. Asalkan tidak menyerah,” kata Dr. Fahruddin mengakhiri.

Kesimpulannya, cara menyikapi cinta yang ditolak adalah dengan tetap mencintainya, namun dengan cara yang berbeda. Kecewa dengan cinta yang ditolak adalah tanda bahwa cinta itu tidak tulus.***

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah

Sumber: YouTube Ngaji Filsafat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x