Lalamove Jawab Tantangan Pengiriman Middle Mile di Indonesia

- 17 September 2022, 14:19 WIB
Lalamove Kirim Paket Lebih Cepat dengan Harga Terjangkau
Lalamove Kirim Paket Lebih Cepat dengan Harga Terjangkau /lalamove.com/id/

MALANG TERKINI - Ketika berbicara terkait dengan distribusi barang, tentu kamu akan mengetahui bahwa pengiriman sebuah barang memiliki tiga fase. Diantaranya first mile, middle mile dan last mile. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan ekspedisi.

Begitu juga dengan Lalamove sebagai perusahaan distribusi barang maka dikenal first mile yaitu sebuah kegiatan distribusi logistik pemindahan pertama, biasanya dari lokasi produksi ke gudang pusat. Middle mile yaitu, proses pendistribusian produk dari pabrik/gudang pusat ke gudang regional atau pusat distribusi. Sedangkan last mile merupakan proses pengiriman yang mengantarkan barang ke penerima akhir.

Berkat pesatnya perkembangan bisnis e-commerce dalam beberapa tahun terakhir, segmen last mile delivery telah menarik perhatian banyak orang di Indonesia. Sejumlah brand ekspedisi ternama terus bersaing dalam memberikan pelayanan yang maksimal ke masyarakat. Begitu juga Lalamove sebagai pemain baru juga menghadapi persaingan yang ketat.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Motor Matic Bekas 2022 Harga 3-5 Jutaan, Lengkap dengan Tips Memilih di Showroom Terdekat!

Ini bukan untuk mengatakan bahwa inovasi hanya muncul pada para pemain dari mil terakhir. Di area half-mile delivery, sudah bermunculan beberapa startup yang ingin menghadirkan inovasi menarik.

Misinya adalah menyediakan proses logistik yang efisien, yang dapat menghasilkan biaya logistik yang lebih rendah bagi produsen. Efisiensi logistik tetap rendah. Minimnya standarisasi di sektor logistik domestik menjadi masalah utama yang dihadapi segmen pengiriman middle mile yang saat ini sebagian besar mengandalkan truk.

Beberapa hal yang menjadi dilema di lapangan mulai dari jenis truk, cara pemesanan, hingga prosedur pengiriman. Diperkirakan pada tahun 2020, transportasi darat akan berkontribusi hingga 55,2% dari aktivitas logistik di Indonesia.

Ini menunjukkan betapa Indonesia bergantung pada ekosistem truk. Salah satu penyebab minimnya standarisasi di industri ini adalah hampir semua perusahaan logistik berbasis truk di Indonesia memiliki prosedur dan proses bisnis yang berbeda.

Sebagian besar proses dilakukan secara manual. Saat ini, sekitar 80% armada truk di Indonesia dioperasikan oleh operator kecil yang belum tersentuh teknologi. Banyak kegiatan perencanaan, pemantauan dan penagihan beban masih ditangani secara manual.

Halaman:

Editor: Gilang Rafiqa Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x