Cerita Rakyat Malin Kundang, Dongeng Nusantara Berkisah Anak Durhaka

- 18 November 2022, 17:39 WIB
Cerita rakyat Malin Kundang, Dongeng nusantara menceritakan tentang anak durhaka
Cerita rakyat Malin Kundang, Dongeng nusantara menceritakan tentang anak durhaka /Tangkapan layar Youtube @ Riri Cerita Anak Interaktif

MALANG TERKINI - Indonesia terkenal dengan berbagai cerita rakyat atau dongeng nusantaranya, salah satunya yaitu Malin Kundang kisah anak durhaka yang dikutuk ibunya.

Cerita rakyat malin kundang berasal dari Padang, Sumatera Barat. Memiliki pesan moral yang mendalam tentang berbakti atau durhaka kepada orang tua.

Malin Kundang menjadi salah satu cerita rakyat atau dongeng yang sering dibawakan dalam teater drama atau hanya sekedar cerita kepada anak-anak.

Baca Juga: Kumpulan Dongeng Bahasa Jawa Singkat: Roro Jonggrang hingga Keong Emas

Berikut ini cerita rakyat malin kundang yang Malang Terkini dapatkan dari berbagai sumber, nantinya bisa diambil pesan moralnya.

Dahulu kala diceritakan ada seorang janda bernama Mande Rubayah yang tinggal dipesisir pantai , ia tinggal bersama anak tunggalnya bernama Malin yang sangat ia sayangi.

Waktu berlalu, Mande Rubayah yang semakin tua hanya mampu menjual kue keliling untuk menyambung hidup bersama anak semata wayangnya.

Meskipun hidup kekurangan, Malin dan ibunya hidup bahagia ia tumbuh menjadi anak yang baik dan penurut.

Saat usia Malin sudah semakin dewasa, ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi bekerja atau merantau.

Awalnya, Mande Rubayah berat ingin memberikan izin pada Malin pergi berlayar untuk merantau.

Namun, Malin terus meyakinkan ibunya bahwa tidak akan terjadi apa-apa padanya, dan ia akan kembali ke kampung halaman sebagai saudagar kaya.

Saat Malin pergi berlayar, sang ibu Mande Rubayah terus mendoakannya dan tak bosan-bosannya memandang laut setiap harinya.

Tubuhnya yang semakin tua, menunggu kedatangan anak semata wayang yang sangat ia sayangi dan berharap agar Malin cepat pulang dari perantauannya.

Suatu hari, hatinya sangat gembira karena ia melihat kapal besar megah datang menepi.

Baca Juga: Mengenal Ritual Santhara Salah Satu Acara Puasa Ekstrim hingga Meninggal Dunia

Saat kapal besar sudah menepi dan disambut kegembiraan oleh warga sekitar, ibu Malin langsung memeluk erat tubuhnya dan menanyakan kenapa ia lama sekali tak memberi kabar.

Malin Kundang yang datang bersama istrinya mengenakan pakaian bak bangsawan terkejut disambut oleh wanita tua yang miskin.

Malin Kundang pun mengatakan jika ia bukanlah anak dari Mande Rubayah dengan hinaan yang membuat hati ibunya sakit.

Istri Malin Kundang juga menghina sang ibu karena tak percaya dan tak ingin memiliki ibu mertua yang miskin dan tua seperti Mande Rubayah.

Setelah menghina dan menendang Mande Rubayah, Malin Kundang kembali berlayar bersama sang istri dengan kapal besar nan megahnya.

Mande Rubayah yang tak kuasa menahan sakit hatinya, menangis terisak-isak dipinggir pantai dan berdoa kepada Tuhan.

Jika ia (anak laki-laki) bukanlah anaknya maka ia memaafkannya, namun jika ia adalah Malin Kundang anak semata wayangnya.

Maka ia ingin pria yang ia yakini sebagai Malin Kundang tersebut mendapat hukuman dari Tuhan atas sikap congkak dan durhakanya kepada ibunya.

Saat Malin Kundang dan istri berada di tengah laut, cuaca cerah seketika berubah menjadi badai dasyat yang ahrinya menghancurkan kapal besar tersebut menjadi berkeping-keping.

Baca Juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 133, Apa yang Dimaksud Kesenjangan Sosial Ekonomi?

Tubuh Malin berubah menjadi batu dan tubuh istrinya berubah menjadi ikan-ikan kecil.

Dari cerita rakyat Malin Kundang diatas, bisa diambil pesan moral bahwa jangan pernah melupakan jasa orang tua karena telah merawat tanpa imbalan. Bahkan sampai berbuat durhaka.***

Editor: Ianatul Ainiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x