Rabu Wekasan Menurut Islam, Begini Penjelasan Para Ulama Ahlussunnah

15 September 2022, 11:16 WIB
Penjelasan tentang Rebo Wekasan menurut Islam sebagaimana /Pixabay/Anamul_/Malang Terkini/Achmad Hudaifi/

MALANG TERKINI - Rebo wekasan atau Rabu pungkasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar yang tahun ini jatuh pada tanggal 21 September 2022.

Dalam tradisi umat Islam, terutama muslim di Indonesia, Rabu wekasan dianggap hari yang sakral. Pasalnya pada hari tersebut dipercaya sebagai hari turunnya bala bencana.

Anggapan itu sesuai dengan apa yang disebutkan dalam kitab Kanzun Najah Wassurur. Dalam kitab tersebut dijelaskan tentang fenomena Rebo wekasan.

Baca Juga: Kapan Rebo Wekasan 2022? Berikut Sejarah Hingga Amalannya

Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi dalam kitab Kanzun Najah Wassurur tersebut menyebutkan bahwa ada seorang ahli mukasyafah yang melihat turunnya bala bencana pada hari Rabu wekasan. Berikut redaksinya:

ذكر بعض العارفين من اهل الكشف والتمكين انه ينزل في كل سنة ثلاثمائة الف بلية وعشرين الفا من البليات وكل ذلك في يوم الاربعاء الاخير من صفر فيكون ذلك اليوم اصعب ايام السنة.

Artinya: "Sebagian arifin (orang-orang yang mengenal Allah) dari ahli mukasyafah menuturkan bahwa setiap tahun Allah menurunkan 320.000 bala', dan itu pada hari Rabu terakhir dari bulan Safar. Maka jadilah hari tersebut hari paling sulit dalam setahun."

Berdasarkan keterangan tersebut akhirnya banyak orang yang percaya bahwa Rabu terakhir di bulan Safar itu memang hari diturunkannya bencana. Bagaimana Islam memandang masalah Rabu wekasan ini?

Baca Juga: Amalan Rebo Wekasan: Sholat Hajat Tolak Bala' Hingga Minum Air Salamun

BULAN SAFAR BUKAN BULAN SIAL

Safar berasal dari bahasa Arab صفر yang artinya sepi, kosong, kuning. Dinamakan Safar karena konon penduduk Makkah pada bulan ini merantau meninggalkan kotanya.

Ada yang berpendapat juga bahwa bulan ini disebut bulan Safar (kuning) karena pada bulan tersebut tetumbuhan menguning dan meranggas.

Dulu, orang Arab Jahiliah mempunyai kebiasaan memuji suatu bulan dan mencela bulan yang lain. Misalnya pada bulan Safar, mereka mencelanya karena dianggap bulan sial dan banyak bencana terjadi.

Selain kepercayaan tersebut, orang jahiliah juga mempercayai penularan penyakit dan bahwa rohnya orang yang mati akan menjadi burung.

Kemudian setelah islam datang, Nabi Muhammad menghapus semua kepercayaan jahiliyah yang dianggap menyesatkan tersebut.

Kemudian Rasulullah SAW mengganti nama bulan Safar dengan nama Safar Al Khair, artinya bulan yang baik.

Baca Juga: Kapan Rabu Wekasan 2022 dan Apa Hubungannya dengan Bayi yang Lahir Pada Hari Itu?

HADITS TENTANG LARANGAN MEMPERCAYAI BULAN SIAL

Berkaitan dengan mitos bahwa bulan Safar adalah bulan sial dan bulan diturunkannya bala bencana, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya sebagai berikut ini:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم.

Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya sial dari bulan Shafar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati, rohnya menjadi burung yang terbang. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dalam menafsirkan kalimat “walaa shafar” dalam hadits di atas, al-Imam al-Hafizh al-Hujjah Ibn Rajab al-Hanbali, ulama salafi dan murid terbaik Syaikh Ibn Qayyim al-Jauziyah, berkata sebagai berikut:

أَنَّ الْمُرَادَ أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوْا يَسْتَشْئِمُوْنَ بِصَفَر وَيَقُوْلُوْنَ: إِنَّهُ شَهْرٌ مَشْئُوْمٌ، فَأَبْطَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ذَلِكَ، وَهَذَا حَكَاهُ أَبُوْ دَاوُودَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ رَاشِدٍ الْمَكْحُوْلِيِّ عَمَّنْ سَمِعَهُ يَقُوْلُ ذَلِكَ، وَلَعَلَّ هَذَا الْقَوْلَ أَشْبَهُ اْلأَقْوَالِ، وَ كَثِيْرٌ مِنَ الْجُهَّالِ يَتَشَاءَمُ بِصَفَر، وَ رُبَّمَا يَنْهَى عَنِ السَّفَرِ فِيْهِ، وَ التَّشَاؤُمُ بِصَفَر هُوَ مِنْ جِنْسِ الطِّيَرَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا. (الإمام الحافظ الحجة زين الدين ابن رجب الحنبلي، لطائف المعارف، ص/١٤٨).

Artinya: "Maksud hadits di atas, orang-orang jahiliyah meyakini datangnya sial dengan bulan Shafar. Mereka berkata, Shafar adalah bulan sial. Maka Nabi SAW membatalkan hal tersebut. Pendapat ini diceritakan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya berpendapat demikian. Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Shafar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu. Meyakini datangnya sial dengan bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini adanya pertanda buruk) yang dilarang." (Al-Imam al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif, hal. 148).

Baca Juga: Amalan Rebo Wekasan Tolak Seluruh Mara Bahaya Diijazahkan Oleh Mbah Maimun Zubair Serta Sejarahnya

RABU WEKASAN MENURUT ISLAM

Mempercayai bahwa bulan Safar adalah bulan sial dan turunnya bencana itu tidak benar. Lalu bagaimana dengan tradisi Rebo wekasan menurut Islam?

Pada hari Rabu terakhir di bulan Safar memang ada ahli mukasyafah yang menyampaikan bahwa pada hari tersebut diturunkan 320.000 bala' sebagaimana dijelaskan di muka.

Ahli mukasyafah adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengetahui alam gaib karena mendapat ilham dari Allah, dan biasanya hanya dimiliki oleh seorang wali.

Banyak orang yang mempercayai bahwa pada hari Rabu wekasan turun banyak bencana dan penyakit. Karena itu banyak juga ulama yang menganjurkan juga untuk melaksanakan salat hajat tolak bala.

Baca Juga: Tata Cara Sholat Hajat Beserta Doa nya Lengkap

Diantara Ulama Indonesia yang senantiasa melaksanakan tradisi shalat empat rakaat Rebo wekasan adalah KH Maimoen Zubair, Sarang Jawa Tengah.

Terkait dengan amaliah shalat 4 rakaat di atas bagaimana posisi hukumnya? Secara fiqih dalilnya memang tidak ada.

Tetapi melakukan shalat hajat dengan harapan terhindari dari berbagai malapetaka hukumnya diperbolehkan, asalkan tidak mempercayai bahwa malapetaka tersebut terjadi pada hari atau bulan tertentu.

Imam al-Hafizh al-Hujjah Zainuddin Ibn Rajab al-Hanbali dalam kitabnya, Lathaif al–Ma’arif lebih menganjurkan menyibukkan diri dengan amal-amal yang dapat menolak bala seperti berdoa, berdzikir, bersedekah, memantapkan tawakal kepada Allah dan beriman kepada keputusan dan ketentuan Allah SWT.

RabuBaca Juga: 3 Amalan Rebo Wekasan yang Pasti Diterima Oleh Allah Menurut Gus Baha, Caranya Mengamalkannya Begini

Itulah yang dijadikan pedoman kyai-kyai di Indonesia melakukan ritual di Rabu terakhir bulan Safar itu.

Kesimpulannya, Islam melarang mempercayai suatu keyakinan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya dengan dalil maupun fakta, misalnya meyakini bahwa bulan Safar adalah bulan sial dan bahwa pada Rabu Wekasan itu hari turunnya bencana.

Tetapi Islam juga tidak melarang sholat hajat dan berdoa untuk menolak bala bencana yang tidak dikhususkan di hari tertentu seperti pada hari Rabu wekasan.***

Editor: Ianatul Ainiyah

Tags

Terkini

Terpopuler