Kisah Inspiratif Abu Muhammad al-Juwaini dan Perjalanan Kehidupan Imam Haramain

24 Agustus 2023, 22:02 WIB
Kisah Inspiratif Abu Muhammad al-Juwaini dan Perjalanan Kehidupan Imam Haramain /JATMAN

MALANG TERKINI - Dalam sejarah gemilang Islam, kisah-kisah inspiratif sering kali mewarnai perjalanan para tokoh agung. Salah satunya adalah kisah Abu Muhammad al-Juwaini, seorang pakar fikih ternama pada masanya.

Profesi utamanya sebagai seorang juru tulis tidak menghalangi dedikasinya dalam menginspirasi dan mendidik generasi berikutnya.

Dalam artikel ini, akan dikupas tentang bagaimana Abu Muhammad al-Juwaini membuktikan bahwa kepedulian terhadap nilai-nilai agama dan pendidikan dapat membentuk takdir yang gemilang, seperti yang terlihat dari perjalanan hidup putranya, Imam Haramain.

Abu Muhammad al-Juwaini, juga dikenal sebagai Abu Muhammad, menjalani kehidupan yang penuh perjuangan dan dedikasi terhadap ajaran Islam.

Ia bahkan tidak ragu untuk membeli seorang budak perempuan yang memiliki akhlak baik, sopan, dan salehah.

Dari budak perempuan itulah, lahirlah seorang anak yang kelak dikenal dengan sebutan Imam Haramain.

Tepat pada tanggal 18 Muharram 419 H, Imam Haramain tiba di dunia ini, menjadi cahaya yang menerangi perjalanan spiritual umat Islam.

Ketelitian Abu Muhammad terhadap nilai-nilai agama juga tercermin dalam cara ia menjaga aspek makanan. Ia tegas menolak memberikan makanan yang diragukan kehalalannya, apalagi yang jelas-jelas haram.

Bahkan, saat Imam Haramain masih bayi, Abu Muhammad telah memberikan pesan agar tidak ada seorang pun yang diperkenankan memberikan susu yang tidak halal kepada sang anak.

Salah satu momen mengharukan adalah saat ibu Imam Haramain jatuh sakit. Kondisi ini beriringan dengan kebutuhan sang bayi akan asi.

Seorang tetangga dengan tulus menawarkan bantuannya dengan memberikan ASI kepada sang bayi. Namun, Abu Muhammad dengan bijaksana langsung mengambil tindakan.

Ia menggendong dan mengusap perut kecil Imam Haramain, bahkan memasukkan jari-jari ke mulutnya untuk memuntahkan ASI yang telah masuk.

Dengan tegas, Abu Muhammad menyatakan bahwa meskipun ringan baginya jika Imam Haramain wafat, yang terpenting adalah menjaga kesucian dan kesehatan jiwa putranya.

Pendidikan dan perhatian yang cermat dari Abu Muhammad terhadap Imam Haramain membawa hasil gemilang. Imam Haramain tumbuh menjadi seorang pemimpin yang disegani dan alim.

Bahkan sejak usia belasan tahun, ia mampu menggantikan posisi ayahnya dalam memberikan pengajian agama kepada masyarakat.

Orang terkemuka pada zamannya, Al-Mujasyi, memberikan komentar penuh pujian terhadap kualitas Imam Haramain. Ia menyatakan bahwa jarang sekali ditemui orang yang lebih mencintai ilmu daripada Imam Haramain.

Begitu juga dengan Abu Ishaq yang menyatakan bahwa bersenang-senanglah dalam proses belajar bersama Imam Haramain, karena ia adalah sosok yang suci dan tulus dalam menjalani hidupnya.

Semangat belajar, pengaruh positif pada masyarakat, serta dedikasi dalam beribadah yang dimiliki oleh Imam Haramain merupakan hasil nyata dari ketelitian dan nilai-nilai luhur yang ditanamkan oleh sang ayah, Abu Muhammad al-Juwaini.

Kehalalan makanan yang menjadi fokus perhatian Abu Muhammad adalah simbol dari komitmen yang tak tergoyahkan terhadap ajaran agama.

Melalui kisah ini, kita diajak untuk mengenang betapa pentingnya peran orang tua dalam membentuk generasi masa depan yang berakhlak mulia dan berprestasi.***

Editor: Ianatul Ainiyah

Tags

Terkini

Terpopuler