Baca Juga: Mengenal Nenek Nasional Dalam Drama Korea, Debut Selama 64 Tahun
Gus Baha memberi contoh kecil, ketika punya istri, orang membayangkan bahwa setiap ia pulang kerja istri sudah menyediakan kopi, makanan sudah mateng, dan lain sebagainya.
Jika standarnya seperti itu, maka ketika ia pulang kerja lalu tidak menemukan apa-apa pasti kecewa, marah, dan bahkan bisa jadi menjelek-jelekkan istri.
Lebih baik memasang standar hidup minimalis saja. Misalnya, kalau punya istri, yang penting istri agamanya Islam, pokok shalatnya menghadap kiblat, itu sudah cukup. Tidak perlu harus seperti ini, seperti itu.
Baca Juga: Apakah Doa Bisa Merubah Takdir? Ini Kata Gus Baha
Gus Baha mengaku bahwa seumur-umur ia tidak pernah menyuruh istrinya bikin kopi. Beliau bikin kopi sendiri. Karena menurutnya, itu lebih simpel, enjoy, dan jika pun kopinya kurang gula misalnya, ia tidak perlu menyalahkan siapa-siapa.
Selain mengambil standar minimalis, kiat hidup bahagia selanjutnya yang disebutkan Gus Baha adalah memandang bahwa hidup itu hanya dua menit. Karena manusia tidak pernah tahu pada detik keberapa ia meninggal.
Rasulullah pernah ditanya oleh sahabatnya, “Ya Rasulallah, kenapa Anda tidak menyiapkan makanan untuk besok?” Rasulullah menjawab, “Karena saya tidak yakin bahwa saya hidup sampai besok.”
Sehingga menurut Gus Baha, kunci kebahagiaan adalah ‘jangan berpikir terlalu panjang’. Tidak perlu memikirkan masa depan terlalu ruwet jika tidak yakin besok masih hidup.
Ulama menghitung hidup itu hanya dua menit atau dua detik. Dan itu waktu yang cukup untuk mengucapkan kalimat tauhid. Jikapun mati setelah itu, yang penting sudah baca laa ilaaha illalloh maka sudah cukup bahagia dengan jaminan surga.