MALANG TERKINI - Prof. Dr. KH. Luqman Hakim menyatakan Idul Fitri (عيد الفطر) bisa bermakna kembali ke fitrah ataupun perayaan pestanya fitrah manusia.
"Maka, momentum Idul Fitri dalam situasi seperti saat ini haruslah kita tanamkan di dalam jiwa kita bahwa apa sesungguhnya yang dimaksud 'kita harus kembali ke fitrah' ini," ungkapnya, dikutip dari tayangan di kanal YouTube SufiNews Official.
Ia menyampaikan bahwa Idul Fitri adalah momentum masuk ke dalam titik margin yang akan melangkah ke dunia atau alam baru tetapi didasari oleh fitrah.
"Inilah yang sebenarnya kita tunggu-tunggu setelah selama sebulan kita dikandung di dalam kandungan bulan suci Ramadhan," tuturnya.
KH. Luqman mengibaratkan seperti halnya berada di dalam kepompong dan terlahir sebagai kupu-kupu yang terbang begitu indah ke cakrawala dengan berbagai warna-warni sesuatu yang baru.
Ia pun menyebutkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berikut.
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
"Setiap yang dilahirkan itu dalam keadaan suci," terangnya.
Pengasuh ponpes Raudhatul Muhibbin Bogor itu meyampaikan bahwa 'alam fitrah' sudah ada sebelum manusia dilahirkan ke dunia, yaitu yang disebut wilayah atau alam 'Alastu Birobbikum'.
"Dimana Tuhan pernah bertanya ketika kita ada di alam fitrah itu, 'Alastu birobbikum' (yang artinya): bukankah Aku ini Tuhanmu?," ungkap KH. Luqman.
"'Qooluu balaa syahidnaa', semuanya menjawab: benar, Engkau Tuhan kami, kami menyaksikan," ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, Direktur Sufi Center Jakarta tersebut menjelaskan bahwa Idul Fitri itu bukan sekedar baju baru, tetapi baju hati yang harus baru.
"Baju hati kita harus baru. Jadi, seluruh apa yang ada di dalam ruang jiwa kita, nuansa kembali kepada Allah, nuansa istiqamah, nuansa ketaqwaan, nuansa tawakkal, syukur kita, ridha kita, ikhlas kita, semua harus refresh, bener-bener lahir kembali," tuturnya.
Baca Juga: Aplikasi untuk Membuat Kartu Ucapan Idul Fitri 2022: Canva hingga Muslim Greetings
Ia juga mengungkapkan bahwa ketika manusia dikembalikan ke wilayah fitri maka ia telah lahir dalam suasana suci yang oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy disebut dengan 'thiflul ma'ani' atau bayi maknawi.
'Bayi maknawi' itu, menurut KH. Luqman, menggambarkan atau metafora mengenai kesucian bayi dari jiwa yang penuh dengan makna-makna agung dari Allah Ta'ala.
"Kita ini seperti mendapatkan amanah, membesarkan bayi fitrah ini yang harus kita ramut, yang harus kita pupuk, harus kita asupi dengan kebajikan demi kebajikan," paparnya.
"Jangan pernah lagi ada niat buruk ke depan. Itu berarti melukai bayi Anda, bayi maknawi, bayi fitrah Anda," pungkas CEO cahaya Sufi Mag tersebut.***