"Kalo berbicara kekaryaan, lagu lagu yang sifatnya kritik sosial, lingkungan, ya ada almarhum Gombloh, Kelompok Musik Kampungan Jogja, mas Bram kalo gak salah, terus ada Godbless," Antok Yunus menjelaskan.
Baca Juga: Caca Tengker Isyaratkan Kelahiran Anak Kedua Nagita Slavina dan Raffi Ahmad
Karirnya di dunia musik dimulai sejak ia duduk di bangku sekolah SMP. Membawakan instrumen Jazz yang saat itu banyak diminati. "Awalnya ya sering manggung di acara pitulasan," ujar Mas Antok.
Dari hobi mendengar musik, meng-cover lagu, perlahan Antok Yunus mulai menemukan inspirasi untuk dapat membuat lagu, dan menghasilkan karya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, Antok Yunus bersama ke-enam temannya membuat satu grup musik yang bernama Etniki. Lalu bersama Abia Kana, Mas Antok membuat grup musik yang bernama Swara Akustik.
18 tahun bersama Swara Akustik, Mas Antok menghasilkan 4 buah album lagu. Serta mulai dikenal oleh kalangan pegiat seni, dan masyarakat Malang secara umum.
Perjalanan Mas Antok dalam bermusik tidaklah mulus. Saat berada di puncak karirnya, sosok Abia Kana, sahabatnya yang ikut membesarkan Swara Akustik harus berpindah tempat ke Ibu Kota karena urusan pekerjaan.
Setelah vakum beberapa tahun, di Kafe Pustaka UM, Antok Yunus bertemu anak anak muda yang kebetulan punya passion yang sama. Pertemuan ini menjadi awal terbentuknya Kerabat Swara hingga saat ini.
Sejauh ini, Kerabat Swara sudah menghasilkan 2 mini album. Lagu-lagunya sarat dengan kritik sosial, lingkungan, serta kehidupan masyarakat umum. Sebagian besar liriknya adalah puisi Sastrawan lokal Kota Malang.