Covid-19 Bermutasi Lagi, Apa yang Dikhawatirkan Para Ilmuwan dari Varian Baru Omicron?

- 29 November 2021, 18:44 WIB
Ilustrasi Virus Covid-19 bermutasi menjadi varian baru Omicron
Ilustrasi Virus Covid-19 bermutasi menjadi varian baru Omicron /Pixabay/Tumisu

MALANG TERKINI - Varian baru COVID-19 Omicron yang diidentifikasi pertama kali di Afrika Selatan, kini juga terdeteksi di Eropa dan Asia. Hal ini meningkatkan kekhawatiran para ilmuwan di seluruh dunia mengingat jumlah mutasi mungkin membantunya menyebar. 

Berita tentang varian tersebut mendorong berbagai negara untuk mengumumkan pembatasan perjalanan pada Jumat lalu dan membuat produsen obat-obatan sibuk memastikan apakah vaksin COVID-19 mereka tetap protektif.

Mengapa Para Ilmuwan Khawatir?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Jumat mengklasifikasikan varian B.1.1.529, atau Omicron, sebagai varian dari SARS-CoV-2 yang mendapat perhatian, dan menyatakan varian ini bisa menyebar lebih cepat daripada bentuk virus corona lainnya.

Baca Juga: Antisipasi Virus Omicron, Satgas Keluarkan Peraturan SE Nomor 23 Tentang Perjalanan Internasional  

Dr. Graham Snyder, direktur medis, pencegahan infeksi dan epidemiologi rumah sakit di University of Pittsburgh Medical Center memberikan keterangan pada Reuters bahwa varian Delta tetap dominan di seluruh dunia, dan belum jelas apakah Omicron akan dapat menggantikan Delta.

Tetapi varian baru memiliki lebih dari 30 mutasi pada bagian virus yang menjadi target vaksin saat ini. Hal ini juga diduga mendorong lonjakan infeksi baru di Afrika Selatan.

Sementara itu, Dr. David Ho, profesor mikrobiologi dan imunologi di Universitas Columbia menyatakan bahwa mutasi Omicron cenderung membuat perawatan COVID-19 tertentu menjadi tidak efektif.

Pil antivirus eksperimental seperti Paxlovid dari Pfizer Inc (PFE.N) dan molnupiravir dari Merck & Co Inc (MRK.N) menargetkan bagian virus yang tidak berubah dalam Omicron, dan obat ini dapat menjadi lebih penting jika diinduksi vaksin dan kekebalan alami terancam.

Baca Juga: Update Pengeroyokan di Jl Merbabu Malang, Polresta Malang Kota Umumkan Hukuman untuk Pelaku

Apa yang Belum Diketahui?

Para ilmuwan mengatakan mungkin perlu beberapa minggu lagi untuk dapat menentukan jenis penyakit yang disebabkan oleh varian tersebut, menentukan seberapa menularnya dan mengidentifikasi seberapa jauh penyebarannya.

Beberapa mencatat bahwa varian lain yang menjadi perhatian, termasuk Beta, yang juga pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, akhirnya digantikan oleh Delta.

Namun, tetap saja pertanyaan terbesar adalah apakah perlindungan dari vaksin COVID-19 akan bertahan dan, apakah orang yang sebelumnya pernah terinfeksi virus corona akan kebal dari infeksi Omicron?

Para ahli juga belum tahu apakah Omicron akan menyebabkan COVID-19 yang lebih parah atau lebih ringan dibandingkan dengan jenis virus corona lainnya.

Baca Juga: Megan Thee Stallion Tampil Bersama BTS di Hari Kedua Konser ‘Permission to Dance On Stage’

Respon Terbaik

Snyder dari University of Pittsburgh Medical Center mengingatkan bahwa beberapa negara telah membatasi perjalanan dari Afrika selatan dan tiap individu masih harus mewaspadai COVID terutama saat mereka membuat keputusan perjalanan untuk liburan akhir tahun.

Dia dan yang ilmuwan lainnya mengatakan vaksinasi harus tetap menjadi prioritas meskipun ada pertanyaan tentang efektivitas terhadap Omicron, sebab kemungkinan mereka masih tetap protektif sampai batas tertentu.

Setiap orang juga harus terus memakai masker, menghindari keramaian, dan mencuci tangan.

Baca Juga: Bisakah Diare Menjadi Gejala Awal COVID-19 dan Bagaimana Membedakannya?

Sementara itu, Dr. Eric Topol, direktur Institut Terjemahan Penelitian Scripps di La Jolla, California memastikan bahwa mereka memiliki semua alat yang dianggap bisa melawan varian apapun.***

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah