Pada 1922, Idham melanjutkan pendidikan ke Madrasah Ar-Rasyidiyyah. Ia tekun mempelajari bahasa Arab, bahasa Inggris, maupun ilmu pengetahuan umum.
Baca Juga: Resmi Bank Indonesia Luncurkan Uang Baru 2022: Mulai dari Pecahan Rp1.000 Hingga Rp100.000
Selanjutnya, Idham menimba ilmu di pesantren Gontor Ponorogo, Jawa Timur. Di sana ia juga memperdalam bahasa Inggris, Jepang, dan Prancis.
Seusai tamat dari pesantren Gontor pada 1943, Idham melanjutkan pendidikan ke ibu kota Jakarta.
Kefasihannya dalam berbahasa Jepang membuat kagum penjajah Dai-Nippon sehingga dalam beberapa pertemuaan dengan alim-ulama sering diminta menjadi penerjemah.
Ketika Jepang kalah perang dan Sekutu masuk Indonesia, ia bergabung ke dalam badan-badan perjuangan.
Baca Juga: 4 Arti Mimpi Menghitung Uang: Pertanda Mendatangkan Rezeki yang Tak Diduga
Idham Khalid juga turut aktif dalam Panitia Kemerdekaan Indonesia Daerah di kota Amuntai.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, ia bergabung dengan Persatuan Rakyat Indonesia, partai lokal, kemudian pindah ke Serikat Muslim Indonesia.
Kariernya di ormas Nahdlatul Ulama (NU) dimulai dengan aktif di Gerakan Pemuda (GP) Ansor.