Ketika seseorang mengejar kenikmatan, seseorang tersebut bukan mengejar perasaan nikmat, melainkan kenikmatan itu sendiri dipandang sebagai sesuatu yang memiliki nilai.
Selain itu, nilai merupakan sesuatu yang konkret, bukan hanya sekedar ide atau cita-cita. Nilai tidak dapat dialami dengan akal, melainkan emosi dan intuisi seseorang. Berdasarkan hal tersebut, nilai hanya dapat ditangkap dengan jiwa.
Nilai sering disalahpahami dengan ‘hal yang bernilai’. Nilai adalah kualitas yang membuat sesuatu menjadi hal yang bernilai. Sedangkan hal yang bernilai merupakan sesuatu yang menjadi sebab munculnya nilai tersebut.
Alat musik hanyalah suatu barang. Bagi beberapa orang, alat musik merupakan sesuatu yang biasa-biasa saja. Namun, bagi seorang musisi, alat musik memiliki suatu keindahan tersendiri.
Perasaan mengenai keindahan itulah yang disebut dengan nilai, sedangkan alat musik hanyalah barang yang membuat sesuatu itu bernilai. Oleh sebab itu, keindahan dan barang merupakan dua hal yang berbeda.
Mengetahui sifat-sifat nilai
Nilai merupakan sesuatu tersembunyi di balik kenyataan. Inilah yang menjadi akar pemikiran Scheler bahwa nilai merupakan sesuatu yang objektif dan mutlak.
Selain itu, bagi Scheler, tindakan baik yang dilakukan seseorang bukan karena dorongan kewajiban berbuat baik tetapi karena seseorang menganggap bahwa melakukan perbuatan baik merupakan suatu hal yang memiliki nilai.
Menolong orang lain merupakan suatu perbuatan yang memiliki nilai. Namun, menolong orang lain karena tuntutan kewajiban atau didasarkan motif tertentu tidak dapat disebut sebagai usaha mewujudkan nilai.
Baca Juga: Menggugah Imajinasi, Simak 5 Rekomendasi Novel Filsafat Karya Jostein Gaarder