MALANG TERKINI – Warna biru yang dihasilkan dari tanaman Indigofera memiliki warna biru yang khas, ciri khasnya antara lain warnanya yang tidak terlalu mencolok, lebih ramah lingkungan, dan lebih hemat bahan pencelupan.
Pewarna alam didapatkan dari ekstrak tumbuh-tumbuhan atau hewan. Ekstrak tumbuh-tumbuhan didapat dari buah, daun, batang, kulit batang, bunga, kulit buah dan akar.
Tanaman yang berkambium hampir bisa dipastikan memiliki zat warna. Namun, kadarnya berbeda-beda. Kadar inilah yang mempengaruhi kelayakan apakah tumbuhan ini bisa digunakan sebagai bahan pewarna atau tidak.
Salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai pewarna alami adalah Indigofera.
Indigofera tinctoria merupakan salah satu spesies Indigo yang sering digunakan untuk pewarnaan alami pada kain.
“Orang Jawa mengenalnya dengan nama Nilo/Nila/Nilam. Orang Sunda lebih akrab menyebutnya dengan nama Tarum. Rata-rata warna indigo yang beredar di pasaran sudah dalam bentuk pasta/serbuk. Jadi, ini kenapa harus menggunakan beberapa zat tambahan lain supaya bisa mendapatkan hasil warna birunya.” tutur Saipul pengrajin Tie Dye.
Sejarah Indigo di Indonesia. Di beberapa daerah di Indonesia seperti Sumatera Utara, Indigofera dianggap sebagai komoditi penting layaknya emas karena pewarna Indigo digunakan sebagai pewarna biru pada kain ulos.
Baca Juga: Apa itu Klitih? Korban Bertambah, Terbaru dari Sleman Hingga Meresahkan Masyarakat