Network
MALANG TERKINI – Teknologi di bidang kesehatan terus berkembang, dan mempermudah bagi para pasien. Salah satunya adalah pada bidang Obstetri dan Gynecology (Obgyn).
Berkat perkembangan teknologi di bidang reproduksi ini, muncul istilah egg freezing atau pembekuan sel telur.
Ada beberapa indikasi yang menyebabkan sel telur harus dibekukan, di antaranya adalah wanita yang akan menjalani kemoterapi, pasangan yang tidak mendapatkan sperma pada hari ovum pick up di program bayi tabung atau IVF (in vitro fertilization), dan wanita yang menginginkan menunda penuaan sel gamet mereka.
Baca Juga: 4 Tanda Red Flag dalam Hubungan yang Harus Diwaspadai
Apa itu egg freezing atau pembekuan sel telur?
Pembekuan telur atau egg freezing, juga dikenal sebagai kriopreservasi oosit, adalah proses yang memungkinkan individu untuk mengawetkan telurnya untuk digunakan di masa mendatang.
Dalam metode ini, sel telur wanita akan diambil dari ovarium, yang kemudian selanjutnya sel telur tersebut dibekukan dan disimpan, untuk digunakan ketika wanita telah siap untuk memiliki anak.
Prosedur pembekuan sel telur atau egg freezing ini hampir sama dengan proses pembekuan sperma dan embrio. Dengan menggunakan media tertentu yang mengandung cryoprotectant, sel telur kemudian di simpan ke dalam liquid nitrogen pada suhu minus 196 derajat Celcius.
Sebelum dibekukan, sel telur yang didapatkan dari proses ovum pick up terlebih dahulu harus dikultur, agar sel telur yang dibekukan nanti, telah terpilih dengan kondisi matang dan normal. Nantinya sel telur yang dibekukan dapat disimpan selama bertahun-tahun, dan dapat digunakan kapan saja ketika wanita telah siap untuk hamil.
Baca Juga: Growth Mindset Pada Anak: Pengertian dan Cara yang Harus Diajarkan
