Pseudosains, Apa Itu? Kenali Kriterianya agar Terhindar dari Pengetahuan Palsu

10 Februari 2023, 18:28 WIB
Pengetahuan pseudosains, kriteria, dan cara menghindarinya ///Pixabay/memyselfaneye//

MALANG TERKINI - Di tengah gempuran era digital seperti sekarang ini, banyak sekali informasi yang bisa diakses. Tak elak, hal tersebut memicu munculnya pseudosains. Ada beberapa kriteria pseudosains yang bisa diamati agar tidak terjebak dalam pengetahuan ‘palsu’.

Pseudosains berasal dari kata 'pseudo' dan 'science'. Pseudo berarti semu atau palsu, sedangkan science berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan.

Dari dua kata tersebut, dapat diketahui bahwa pseudosains adalah sebuah pengetahuan, praktik, maupun informasi yang seolah-olah terlihat ilmiah tetapi sebenarnya tidak atau belum mengikuti metode ilmiah.

Lawan dari pseudosains adalah sains.

Baca Juga: Apa itu ChatGPT? Teknologi Kecerdasan Buatan yang Sedang Viral

Apa itu pseudosains?

Jika pseudosains merupakan pengetahuan ‘palsu’, maka sains adalah produk-produk ilmiah yang sudah melewati peer review dan standar yang ketat untuk mendapatkan kejujuran serta akurasi.

Manusia bisa memercayai pseudosains lantaran adanya ketidaksempurnaan kognitif dan penalaran pada diri mereka.

Dalam hal ini, ketidaksempurnaan dimaksudkan sebagai ketidaksadaran manusia yang cenderung mengikuti keyakinan rata-rata orang maupun kelompok di sekitar mereka.

Bagaimana cara mengidentifikasi pseudosains?

Ada enam kriteria yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi pseudosains, yaitu:

Baca Juga: Apa Itu Brain Fog? Inilah Penjelasan Gejala Pasca Covid-19

1. Pernyataan yang samar dan tidak bisa difalsifikasi

Kriteria ini merujuk kepada suatu informasi yang tidak bisa dibuktikan kesalahannya. Hal itu disebabkan karena pernyataan informasi pseudosains bersifat subjektif.

Selain itu, tidak ada alat atau cara yang secara teknis dapat digunakan untuk membuktikan informasi pseudosains tersebut.

Teori konspirasi disebut sebagai salah satu produk dari pseudosains karena tidak dapat diuji, spekulatif, dan bukan merupakan hasil observasi eksperimental.

2. Teori tidak dapat diuji ulang oleh pihak lain

Sebuah percobaan yang sudah memberikan hasil penelitian yang saintifik, tepercaya, dan dapat dilihat signifikansinya harus bisa diuji ulang oleh peneliti lain dengan hasil akhir yang terbukti sama.

Baca Juga: Melaney Ricardo Lakukan Operasi Angkat Rahim karena Idap Adenomiosis, Apa Itu?

Namun, teori dalam pseudosains tidak demikian. Teori atau produk pseudosains tidak dapat diuji ulang, direproduksi, maupun diverifikasi oleh pihak lain.

3. Pseudosains mengabaikan bukti-bukti yang bertentangan dengannya

Tidak ada pijakan ilmiah dalam pseudosains. Mereka menyortir bukti empiris yang hanya mendukung pernyataannya saja dan mengabaikan bukti lain yang tidak sesuai dengannya.

4. Pseudosains mengandalkan bukti yang tidak akurat

Ilmuwan pseudosains umumnya mendapatkan nafkah dengan menjual layanan ‘palsu’, misalnya horoskop, prediksi, dan instruksi dalam mengembangkan kekuatan paranormal.

Terkadang, pseudosains menjadikan kepentingan politik dan bisnis sebagai pijakan. Padahal, tindakan itu dapat membahayakan orang-orang yang memercayainya.

Baca Juga: Apa Itu Mythomania? Gangguan Kepribadian yang Menyebabkan Seseorang Berbohong secara Terus-Menerus

5. Pengembang pseudosains memanfaatkan ketidaktahuan pihak tertentu

Bagi pengembang pseudosains, mereka akan memanfaatkan ketidakmampuan pihak tertentu untuk membuktikan klaim yang disajikannya.

Akhirnya, korban pseudosains adalah orang-orang yang rentan untuk memercayai klaim semu yang mereka buat.

6. Pengembang pseudosains membesar-besarkan klaim mereka tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu

Pseudosains menekankan pada penegasan dibanding penolakan. Mereka juga kurang memiliki data yang terbuka pada suatu hasil uji yang dilakukan oleh ilmuwan.

Kegagalan dalam pseudosains akan selalu diabaikan, disembunyikan, dirasionalkan agar selalu benar. Oleh sebab itu, pseudosains tidak memajukan ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Apa Itu Campak? Ini Penjelasan, Gejala, Bahaya, sampai Pencegahan

Dengan beberapa kriteria pseudosains tersebut, lantas apa yang dapat dilakukan untuk memberantasnya?

Dilansir Malang Terkini dari The Conversation, ada sebuah cara terbaik yang dapat dilakukan untuk melawan penyebaran pseudosains.

Dikatakan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk memusnahkan pseudosains yaitu membanjiri sumber pencarian berita dengan informasi yang akurat, mudah dipahami, menarik, dan juga mudah dibagikan melalui media yang ada di ponsel.***

Editor: Niken Astuti Olivia

Tags

Terkini

Terpopuler