7 Jenis Pendekatan Pola Asuh Anak, Nomor 4 Tidak Disarankan

25 Februari 2023, 15:40 WIB
Ilustrasi. Kebersamaan anak dan orang tua /Pexels/Vidal Balielo

MALANG TERKINI - Setiap orang tua punya harapan besar untuk anak-anak kelak, mengatur aspek kecil kehidupan mereka agar aman dan menyiapkan untuk sukses hingga dewasa.

Namun perlu diperhatikan, pendekatan pola asuh tentu berbeda-beda pasti ada saja yang cocok dan tidak cocok untuk anak-anak. Meskipun psikolog mencoba mengatur orang tua kedalam kategori yang rapi.

Dilansir Malang Terkini dari webmd.com, Jephtha Tausig ph.d psikolog klinis dari New York menyebut, mungkin pola asuh berubah berdasarkan tempramen dan umur yang sudah bertambah berdasarkan tempramen dan umur anak yang juga bertambah pula.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Buku Parenting agar Tak Gagal Jadi orang Tua, Nomor 5 Cukup Memukau

"Saya pikir, sangat sedikit dari kita yang cocok dengan wadah yang kaku, dan orang dapat berayun diantara berbagai pola." Jelasnya.

Berikut ini adalah 7 pendekatan pola asuh anak yang diterapkan dikebanyakkan orang tua:

1. Otoriter

Jenis pola asuh ini adalah yang konvensional, dimana pola ini orang tua yang memegang kendali. Sedangkan anak harus patuh apapun yang terjadi.

Sisi baiknya, orang tua tahu persis apa yang menjadi batasannya dan konsekuensi bila anak melanggar. Tapi sisi buruknya itu, pola ini hanya menitikberatkan satu arah, anak ditekankan untuk hormati orang tua tapi belum tentu orang tua setidaknya menghormati anak-anak.

Dampaknya jika dibesarkan dengan cara ketat, anak cenderung memberontak saat remaja dan memandang orang tua terlalu mengekang gerak mereka.

Baca Juga: 5 Destinasi Wisata Sampang, Madura yang Dijuluki Kota Sate

2. Permisif

Kebalikkan dari otoriter, pola asuh ini menjadikan orang tua sebagai "sahabat" anak-anak.

Terlihat mengasuh, tapi kelemahannya adalah terlalu bebas hingga mereka tidak mengetahui didunia nyata, ada konsekuensi atas perbuatannya.

Seperti contoh yang terjadi pada kasus MDS, ini karena pola asuh orang tua yang permisif dan merasa orang tuanya pejabat kalangan kaya dan bebas melakukan apapun.

Selain itu, bisa memaksa anak membuat banyak pilihan sebelum mereka siap.

3. Otoritatif

Sebagai jalan tengah antara otoriter dan permisif. Ini merupakan pola asuh yang menurut pakar aman dan mengurangi konflik.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Tempat Wisata di Sampang Madura yang Hits dan Wajib Dikunjungi Saat Berlibur

Anak merasa lebih aman untuk mengetahui batasan dan konsekuensi yang berlaku. Mereka dapat mengandalkan dan mempercayainya

Tidak seperti otoriter, pola asuh ini memberikan ruang bagi anak-anak untuk berdemokrasi, dalam artian menyampaikan masukkan meskipun terkadang tidak mendapat keputusan akhir.

4. Negligent

Mirip dengan permisif, tapi disini, orang tua benar-benar lepas tangan. Pakar tidak menyarankan pola asuh ini karena orang tua tidak mau terlibat untuk memantau perkembangan anak-anak, dampaknya anak-anak akan tumbuh dengan penuh depresi.

5. Pola asuh helikopter

bukan termasuk pola asuh resmi, tetapi salah satu yang tak luput dari perhatian dalam beberapa tahun terakhir seperti kebanyakan pendekatan (selain dari negligent), orang tua helikopter ingin melindungi anak-anak mereka, membuat mereka bahagia, dan mengatur mereka untuk sukses dengan sangat buruk sehingga mereka menjadi terlalu mengekang dalam hidup mereka.

Baca Juga: Rajin Minum Air Putih di Pagi Hari, Ini Manfaatnya

Dampaknya, anak-anak mereka tidak belajar bagaimana menemukan solusi mereka sendiri atau menahan kekecewaan apa pun.

6. Pola asuh bebas

Mirip dengan permisif, tapi lebih banyak mencakup aturan dan panduan.

Pola asuh bebas didefinisikan sebagai, mempercayai anak-anak untuk

Melakukannya secara mandiri. Dengan catatan tidak mengarah ke pola asuh yang lalai (negligent).

7. Pola asuh attachment (lampiran)

Dicetuskan oleh dokter anak William Sears, MD, dan Martha Sears, RN, pola asuh ini merujuk pada keseimbangan fisik dan emosional orang tua dan anak dari bayi.

Baca Juga: Ilmu Parenting Sering Diremehkan hingga Pernikahan Usia Dini Marak Terjadi

Pola asuh ini memprioritaskan cinta dan lingkungan pengasuhan, yang sebagian besar merupakan hal yang baik, kata Tausig. Namun ada yang menangkap. Mengikuti filosofi ini dengan ketat sering kali memberi terlalu banyak tekanan pada orang tua dan ibu pada khususnya. Mereka mungkin merasa tidak punya pilihan selain menyusui sesuai permintaan atau tidur bersama.

Apapun bentuk pola asuhnya. Orang tua tetap memantau tumbuh kembang anak agar kelak ketika dewasa, mereka sudah paham konsekuensi nyata dan intinya, tidak boleh terlalu memanjakan seorang anak bila ia menginginkan sesuatu hal.***

Editor: Iksan

Sumber: webmd.com

Tags

Terkini

Terpopuler