Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dari Arab hingga Indonesia

- 9 Oktober 2021, 08:03 WIB
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW /Pixabay/chiplanay
 
MALANG TERKINI – Sejarah peringatan  Maulid Nabi Muhammad SAW seperti dilansir dari portal Universitas Krisnadwipayana, 8 Oktober 2021 disebutkan bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan setelah Nabi Muhammad SAW wafat. 
 
Peringatan ini dilakukan oleh Muzhaffaruddin al-Kaukabri, Raja Irbil (sekarang termasuk wilayah Iraq), di awal 100 tahun ke 7 Hijriyah.
 
Disebutkan dalam kitab Tarikh, Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awwal. Dia merayakannya secara besar-besaran. 
 
 
Muzhaffaruddin al-Kaukabri disebur sebagai Dia seorang yang berani, pahlawan, dan alim.
 
Begitu pula pernyataan senada diucapkan oleh Sibth (cucu) Ibn al-Jauzi, bahwa dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Sultan al-Muzhaffar mengundang para ulama dari berbagai disiplin ilmu dan  semua rakyatnya. 
 
 
Ulama-ulama diundang baik ulama yang tergabung dalam anggota ilmu hadits, fiqh, ilmu kalam, ulamausul,  dan lainnya.
 
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dipersiapkan mulai 3  hari sebelumnya. 
 
Muzhaffaruddin al-Kaukabri  telah mempersiapkan ribuan unta dan kambing untuk disembelih menjadi hidangan para tamunya untuk perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
 
 
Saat itu semua ulama sepakat dengan yang dilakukan Sultan Al-Muzhaffar.
 
Mereka menyambut baik kegiatan yang dilakukan Sultan sebagai rasa syukur dan penghormatan kepada Nabi besar Muhammad SAW. 
 
Seorang ulama, al-Imam al-Hafizh Ibn Dihyah bercerita bahwa dia kebetulan dalam perjalanannya dari Moroco ke negara Syam melintasi Irbil sekitar tahun 604.
 
Cerita ini ditulis oleh Ibn Khallikan dalam kitab Wafayat al-A`yan.
 
 
Dalam kitab itu dia berkisah mendapati Sultan al-Muzhaffar, raja Irbil benar-benar menaruh hormat dan menjunjung tinggi Nabi Muhammad SAW tampak dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang sangat megah. 
 
Oleh sebab itu, al-Hafzih Ibn Dihyah  menulis kayanya dalam buku tentang Maulid Nabi yang berjudul “al-Tanwir Fi Maulid al-Basyir an-Nadzir”.
 
Selanjutnya buku karyanya ini  diberikan kepada Sultan al-Muzhaffar sebagai hadiah. 
 
Para ulama beranggapan bahwa yang sudah dilakukan oleh Sultan al-Muzhaffar adalah suatu hal yang baik, sehingga sejak saat itu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW digelar setiap tahun. 
 
 
Bahkan salah satu ulama  al-Imam al-Suyuthi menulis sebuah karya khusus berkaitan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW berjudul “Husn al-Maqsid Fi ‘Amal al-Maulid”. 
 
Akhirnya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan umat Islam sedunia pada bulan Rabi'ul Awwal  dari masa ke masa, dari generasi ke generasi. 
 
Begitu pula umat Islam di Indonesia, umumnya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar berbagai perayaan keagamaan seperti pengajian, pembacaan shalawat, dan syair Barzanji.
 
Dalam kalender Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud.***

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Sumber: UNKRIS Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x