Zuckerberg juga memperlihatkan demo video seperti apa metaverse itu, dengan orang-orang terhubung sebagai avatar dan akan dibawa ke versi digital dari berbagai tempat dan periode waktu.
Dia menjelaskan bahwa metaverse perlu dibangun dengan mempertimbangkan keamanan dan privasi.
Perubahan nama itu terjadi ketika perusahaan tersebut tengah menghadapi serangkaian kritik dari pembuat undang-undang dan regulator atas dominasi pasar, sistem algoritmik, dan pemolisian penyalahgunaan pada layanannya.
Baca Juga: Masa Haid Dalam Pandangan Agama Islam: Mulai Paling Lama, Normal Hingga yang Sangat Sebentar
"Meskipun akan membantu mengurangi kebingungan dengan membedakan perusahaan induk Facebook dari aplikasi pendirinya, perubahan nama tidak tiba-tiba menghapus masalah sistemik yang mengganggu perusahaan,” ungkap direktur riset di firma riset pasar Forrester, Mike Proulx.
Profesor pemasaran di Georgetown University McDonough School of Business, Prashant Malaviya, menilai perubahan nama itu tampak seolah perusahaan ingin menghindari kritik dan pengawasan.
Dalam kontroversi terbaru, mantan karyawan Facebook, Frances Haugen, membocorkan dokumen yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih keuntungan daripada keamanan pengguna.
Dalam beberapa pekan terakhir, Haugen telah bersaksi di hadapan subkomite Senat Amerika Serikat dan anggota parlemen di Parlemen Inggris.***