Apa itu Fimosis pada Bayi? Sering Dianggap Remeh Orang Tua Tetapi Bisa Berbahaya

- 25 Februari 2023, 14:10 WIB
Bayi demam bisa menjadi tanda gejala fimosis
Bayi demam bisa menjadi tanda gejala fimosis /pixabay.com

MALANG TERKINI - Fimosis merupakan kelainan pada kulup penis bayi, dimana itu terjadi pada kondisi ketika kulup penis menempel terlalu ketat pada kepala penis sehingga tidak dapat ditarik kebelakang. Fimosis pada bayi memang sudah umum terjadi dan dianggap normal, tetapi jika terus dibiarkan akan menimbulkan resiko medis lebih lanjut kepada bayi.

Sebagian kasus fimosis pada bayi memang tidak memerlukan perawatan khusus, karena seiring berjalannya waktu dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, kulup ini akan mengendur dan dapat ditarik ke bawah dengan lebih mudah.

Kulup pada penis bayi pada umumnya mengalami pengencangan ketika bayi baru lahir. Kemudian akan mulai mengendur saat anak berusia 2 tahun dan mulai akan terpisah dengan kepala penis antara usia 2 sampai 6 tahun.

Banyak dokter menyarankan untuk menunggu apakah kondisi bayi yang terkena fimosis membaik dengan sendirinya. Jika bayi terkena fimosis namun tidak menimbulkan masalah, bisa menunggu sampai sekitar usia 3 tahun untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.

Baca Juga: Jangan Panik, Ternyata Cegukan pada Bayi Punya Beberapa Manfaat Kesehatan

Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah kulupnya dapat ditarik kembali, sedikit, atau tidak sama sekali. Jika terdapat masalah kulup penis maka harus dilakukan penanganan lebih lanjut.

Fimosis dianggap berbahaya pada bayi jika menyebabkan sulit buang air kecil atau kencing. Kemudian dianggap berbahaya juga ketika menimbulkan efek berkepanjangan pada bayi. Bayi tiba-tiba sering demam, ini merupakan gejala yang sering terjadi jika bayi terkena fimosis. Jika bayi terdapat kondisi tersebut maka segera periksakan bayi agar segera dilakukan penanganan terhadap fimosis yang diderita.

Ada beberapa cara mengatasi fimosis pada bayi, itu tergantung pada usia bayi, tingkat masalah, dan penyebabnya. seperti kutipan dari laman The Children’s Hospital of Philadelphia, dalam Divisi Urologi, fimosis dapat diobati dengan aman dan efektif dengan krim steroid topikal.

Kebanyakan dokter anak akan memberi petunjuk mengenai penggunaan krim yang tepat untuk digunakan pada bayi. Jika pemberian krim steroid tidak menimbulkan efek yang membaik atau gagal dan kulup tetap menyempit, maka dianjurkan untuk mengambil tindakan lebih lanjut yaitu sunat pada bayi.

Baca Juga: Viral Bayi Obesitas di Bekasi, Bisa Sebabkan 5 Komplikasi Ini

Cara mengatasi fimosis pada bayi

1. Untuk Bayi yang Tidak Disunat

Jika bayi yang terkena fimosis tidak disunat artinya tidak membuang kulit di kepala penisnya. Sehingga, tidak perlu melakukan pembersihan khusus. Pembersihan cukup diberikan pada area kuncup penis saat mengganti popok dan bilas dengan air hangat saat mandi.

Tidak disarankan dan jangan pernah mencoba menarik kulup penis bayi untuk membersihkan bagian bawahnya. Pada usia ini, kulup penis tersebut masih menyatu ke kepala penis. Jika dipaksakan kembali dapat menyebabkan rasa sakit atau pendarahan pada penis bayi. Pemisahan alami kulup penis dari kepala penis bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Baca Juga: 5 Zodiak dengan Intelektual Tinggi, Dikenal Cerdas Sejak Bayi, Kamu Termasuk?

Kemudian yang perlu diperhatikan juga yaitu hindari membersihkan bagian bawah kulup penis dengan cotton bud, antiseptik, salep atau krim khusus yang sebelumnya tidak diresepkan oleh dokter. Pembersihan cukup dengan sabun dengan air biasa yang dioleskan dan diusapkan pada bagian luar.

Waspadai juga cairan keputihan yang berasal dari bawah kulup penis. Cairan ini disebut smegma bayi dan hal ini normal terjadi. Sel-sel kulit terlepas secara alami dan berkumpul di bawah. Cara pembersihannya cukup dengan menyeka lembut kumpulan putih ini saat mandi atau mengganti popok.

2. Untuk Bayi yang Disunat

Jika bayi yang terkena fimosis diharuskan untuk disunat, itu berarti kulit kulup penis yang menutupi kepala penisnya telah dilepas dan ujungnya terbuka.

Setelah prosedur sunat selesai, maka olesi penisnya dengan petroleum jelly atau obat yang telah diresepkan oleh dokter. Biasanya penis akan diperban oleh dokter dan biarkan perban selama 48 jam setelah prosedur.

Baca Juga: Kronologi Ibu Bakar Bayi di Madiun Diketahui Warga, Motif Sakit Hati Dituduh Hasil Selingkuh oleh Suami

Kemudian Gantilah perban secara rutin untuk mencegah infeksi pada penis setelah disunat. Setelah beberapa hari dan lukanya mulai mengering, lepas perban dan cukup oleskan petroleum jelly di ujungnya. Ini akan mencegah penis menempel pada popoknya. Biasanya ujung penis terlihat merah dan memiliki lapisan putih atau kuning berkerak. Hal ini normal dan jangan disingkirkan, karena lapisan ini akan membantu area tersebut cepat sembuh.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x