Frugal Living, Sering Disangka Pelit, Simak Sisi Buruk Gaya Hidup Hemat dan Cara yang Bijak

- 16 Maret 2023, 15:05 WIB
Sisi buruk gaya hidup hemat frugal living dan cara menjadi seorang frugal yang bijak/Pexels/Cottonbro Studio
Sisi buruk gaya hidup hemat frugal living dan cara menjadi seorang frugal yang bijak/Pexels/Cottonbro Studio /pexels.com/cottonbro studio

MALANG TERKINI – Dalam arus kapitalisasi, sebagian orang memilih untuk melawan arus dengan menghindari sifat konsumtif dan memilih menjalani frugal living. Untuk menjalani seorang frugal yang bijak, kita harus mengatasi sisi buruk gaya hidup yang sering dianggap pelit tersebut.

Frugal Living dapat diartikan hidup cermat dalam menggunakan uang. Seorang frugal menghargai dan memaknai setiap barang bukan dari harganya tetapi dari fungsinya. Mereka juga tidak membeli barang untuk membuat orang lain terkesan.

Seorang frugal mengetahui apa yang mereka butuhkan dan merasa cukup dengan hal-hal yang dimiliki saat ini. Mereka memaknai hidup dengan sederhana demi mencapai tujuan finansial yang lebih penting.

Baca Juga: Mengenal Frugal Living, Sebuah Gaya Hidup Hemat untuk Mencapai Tujuan Finansial

Di sisi lain, frugal living juga memiliki sisi buruk yang berdampak terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Setiap hal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tetapi bukan berarti kita tidak dapat mengatasinya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai sisi buruk menjalani frugal living sebagai berikut:

Sisi Buruk dalam Menjalani Frugal Living

1. Membatasi diri dalam bersosialisasi

Bagi orang yang menjalani hidup frugal, terkadang bersosialisasi dianggap sebagai kegiatan yang mengharuskan melakukan pengeluaran tidak penting. Bukan berarti mereka anti sosial tetapi mereka mempertimbangkan biaya pengeluaran dalam bersosialisasi sesuai target finansial mereka.

Kegiatan ini dianggap kurang penting apalagi jika tidak ada hal serius yang perlu dibahas. Oleh karena itu, orang frugal biasanya sangat sulit untuk diajak bersantai jika kegiatan tersebut harus mengeluarkan uang.

Baca Juga: Mengenal Minimalisme, Sebuah Gaya Hidup Praktis Anti Ribet untuk Kehidupan Sehari-hari

2. Stigma pelit

Seorang frugal sangat ketat dalam mengatur keuangan sehingga mereka disangka pelit oleh orang sekitar. Menjalani hidup frugal harus siap dengan stigma pelit karena mereka sangat peduli terhadap keberlangsungan hidup.

Menjalani hidup frugal berarti menjalani hidup secara mandiri sehingga mereka berusaha untuk meminimalkan resiko untuk tidak merepotkan orang lain dengan kondisi keuangan mereka.

Berdasarkan hal tersebut, hemat bukan berarti pelit. Sifat pelit cenderung merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri. Sedangkan hemat berfokus pada berusaha mendapatkan nilai terbaik dari setiap pengeluaran uang.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 126, Telaah Teks Diskusi ‘Daur Ulang untuk Gaya Hidup Hijau’

3. Kurang memperhatikan kualitas

Banyak pelaku frugal yang cenderung memperhatikan kualitas barang. Bagi mereka yang utama adalah fungsi dan manfaatnya. Meskipun sebagian dari mereka lebih teliti dalam memilih barang yang berkualitas.

Seorang frugal cenderung ingin mendapatkan harga terbaik ketika membeli barang dengan mencari diskon, membeli pakaian bekas, elektronik yang tidak tahan lama, dan barang-barang lain yang mudah rusak.

Berdasarkan hal tersebut, mereka cenderung kurang memperhatikan kualitas barang. Beberapa barang hanya akan menumpuk ketika sudah tidak bisa digunakan lagi karena cepat rusak.

Baca Juga: Dampak Positif dan Negatif Perkembangan Teknologi Gaya Hidup Generasi Milenial

Cara Mengatasi Kekurangan dalam Menjalani Frugal Living

1. Membuat perencanaan bulanan

Kamu perlu merinci kebutuhan bulanan dari mulai kebutuhan tempat tinggal, biaya transportasi, konsumsi makanan, serta kebutuhan rumah tangga lainnya.

Alokasikan biaya lain untuk kebutuhan lain yang tidak terduga dan secara konsisten untuk mengikuti rencana keuangan dalam upaya mencapai kemandirian finansial.

Baca Juga: Dampak Positif dan Negatif Perkembangan Teknologi Gaya Hidup Generasi Milenial

2. Tidak mengikuti trend

Trend merupakan hal yang akan terus berubah seiring berkembangnya zaman. Semakin kamu kejar, semakin ia menjauh. Oleh karena itu, seorang frugal tidak mengikuti trend. Mereka berdiri di tempat yang membuat mereka bahagia.

Trend dibuat produsen melalui para influencer agar masyarakat terus konsumtif dan membeli produk mereka. Oleh sebab itu, fokuslah terhadap kebutuhan dan lupakan trend yang dapat membuatmu semakin impulsif dalam membelanjakan uang.

3. Menghargai uang

Mulailah untuk tidak meremehkan arti uang. Meskipun terlihat kecil, bila kamu lakukan secara terus menerus, maka bila dijumlah akan menjadi besar. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Baca Juga: Dampak Positif dan Negatif Perkembangan Teknologi Gaya Hidup Generasi Milenial

4. Menjaga pola hidup sehat

Menjaga pola hidup sehat dapat menghindarkan dari berbagai penyakit sehingga kita perlu mengeluarkan biaya pengeluaran yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, mulailah untuk tidur tepat waktu, minum air teratur, makan makanan sehat, dan rutin berolahraga.

5. Cermat dalam mengeluarkan uang

Mulailah belajar cermat dalam menganalisis setiap pengeluaran. Pertimbangkanlah nilai dan manfaat sebuah barang atau jasa dengan setiap uang pengeluaran. Tidak masalah sedikit lebih mahal bila lebih banyak nilai yang kamu dapatkan.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 126 127, Kegiatan 3: Daur Ulang untuk Gaya Hidup Hijau

Dalam berbelanja, utamakan kualitas dibandingkan merk atau gengsinya. Kamu juga tidak perlu menghindari nongkrong bersama teman. Circle pertemanan positif juga merupakan sebuah nilai berharga yang dapat membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik.

“Kita membutuhkan jauh lebih sedikit daripada yang kita pikir kita butuhkan.” Maya Angelou.

Menjalani hidup frugal menjadikan kita hidup dengan penuh kesadaran terhadap kebutuhan pribadi dan tidak membutuhkan pandangan orang lain. Seorang frugal dapat lebih menikmati hidup tanpa terus-menerus dihantui trend global.

Segala hal indah yang kita butuhkan sudah tersedia tetapi manusia membuat standar sendiri mengenai kebahagiaan. Kita cenderung mengejar standar kebahagiaan yang terus-menerus menjauh dan melupakan kebahagiaan nyata di depan kita.

“Banyak orang kehilangan kebahagiaan-kebahagiaan kecil karena mengharapkan kebahagiaan yang besar.” Pearl S. Buck.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x