Di Balik Teror Pertanyaan ‘Kapan Nikah’ Saat Lebaran, Pengaruhnya pada Kesehatan Mental dan Tips Mengatasinya

- 26 Maret 2023, 12:21 WIB
Ilustrasi. Tekanan pertanyaan “kapan nikah”
Ilustrasi. Tekanan pertanyaan “kapan nikah” ///Pixabay/Ylanite

MALANG TERKINI – Semakin matangnya usia menikah di Indonesia, tidak mengurangi pertanyaan “kapan nikah” atau “kapan lainnya” yang sering dilontarkan sanak saudara ataupun para tetangga saat silaturahmi Lebaran.

Meskipun sekedar basa-basi, pertanyaan itu menjadi cerminan ekspektasi sosial terhadap status pernikahan seseorang, yang membuat para lajang harus selalu bersiap menghadapinya.

Bagi sebagian orang, momen Lebaran bisa menjadi suatu peringatan dan membuat rasa waswas. Ketika bersilaturahmi dengan keluarga, pertanyaan bersifat personal seperti ”kapan nikah” selalu tak terhindarkan. Berapapun usianya, ketika diketahui belum memiliki pasangan, pertanyaan itu dipastikan selalu muncul.

Baca Juga: Kronologi Polisi di Gorontalo Ditemukan Meninggal dalam Mobil Dinas Polri dengan Luka Tembak pada Dada Kiri

Lebaran tiba, siap-siap diberondong pertanyaan "kapan nikah?"

Tekanan untuk berubah menjadi dewasa begitu berusia 25 tahun, krisis seperempat kehidupan mulai melanda, dan tiba-tiba merasa dibebani dengan tanggung jawab yang mungkin sebelumnya tidak terlalu dipikirkan.

Mendapatkan pekerjaan yang baik, mendapatkan sejumlah uang, lalu tiba-tiba semua temanmu menikah.

Tiba-tiba juga kerabat yang tidak pernah kita ajak bicara, datang membombardir dengan pertanyaan "kapan nikah?"

Perasaan mengganggu karena harus menikah ini ternyata berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional seseorang, selain tanggung jawab dan tekanan lain yang lebih penting dalam hidup.

Baca Juga: 8 Fakta dan Tradisi Perayaan Bulan Suci Ramadhan di Mesir, Cahaya Fanoos hingga Tembakan Meriam

Bagaimana tekanan untuk menikah memengaruhi seseorang?

Dilansir Malang Terkini dari Indiatimes, menurut ahli psikologi dan ahli kesehatan mental, tekanan pernikahan dapat mendorong seseorang untuk merasakan berbagai emosi yang sulit. Yang juga termasuk gangguan kesehatan mental tertentu, di antaranya:

1. Kecemasan sosial

Saat akan pergi ke pesta apapun atau saat momen Lebaran, yang kita lihat adalah orang-orang seusia kita yang akan menikah, bersiap menikah, atau berbicara tentang kehidupan pernikahan. Di momen ini biasanya semua kerabat mengomeli untuk segera mencari pasangan. Hal ini membuat munculnya rasa takut untuk keluar dan bertemu dengan orang lain.

2. Rendah diri

Tekanan untuk menikah dapat menyebabkan rasa tidak mampu dan rendah diri, terutama jika individu tersebut merasa tidak memenuhi harapan mereka sendiri atau orang lain. Selain itu, jika individu ini tidak memiliki siapa pun dan tidak bertemu siapa pun di masa depan, hal itu juga dapat menyebabkan rasa rendah diri.

Baca Juga: Mobil Pertamina Oleng ke Sungai Dekat Pom Bensin Bululawang Malang

3. Depresi

Perasaan sedih dan putus asa tertentu dapat terpicu ketika menghadapi tekanan untuk menikah. Terutama jika orang tersebut merasa mereka tidak membuat kemajuan apa pun dalam menemukan pasangan atau mencapai tujuan mereka.

4. Kelelahan emosi

Jika seseorang mencurahkan banyak energi dan waktu untuk mencari pasangan untuk menikah, itu juga dapat menyebabkan kelelahan ketika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang mereka inginkan. Orang tersebut tidak hanya kehilangan harapan, tetapi juga merasa kewalahan dengan hasil yang sama berulang kali.

Bagaimana seseorang mengatasi tekanan pertanyaan “kapan nikah”?

Ada beberapa tips di mana seseorang dapat mengatasi pertanyaan “kapan nikah” dan tekanan untuk menikah, agar dapat menjaga kesehatan mental dan emosional:

Baca Juga: Doa Puasa Ramadhan Hari Ke 4: Arab, Latin dan Artinya

1. Berkomunikasi dengan keluarga dan teman

Jika tekanan dari teman dan keluarga terlalu berat untuk ditangani, duduklah dan lakukan sesi pembicaraan yang baik dengan mereka. Komunikasikan dengan keluarga bahwa ceceran pertanyaan tersebut tidak bekerja dengan baik untuk Anda, atau memengaruhi kesehatan mental Anda.

Bisa juga menjelaskan kepada teman, bahwa urusan pernikahan tidak seharusnya memengaruhi barometer persahabatan.

2. Pahami tujuan

Bagi sebagian orang, menikah mungkin menjadi tujuan setelah usia tertentu, tetapi banyak juga yang ingin berbuat lebih banyak sebelum itu. Seperti bepergian ke tempat-tempat yang diimpikan atau ingin menyelesaikan studi yang lebih tinggi.

Pelajari apa tujuan Anda sehingga kebisingan “kapan nikah” di sekitar tidak memengaruhi sama sekali.

Baca Juga: Ketika Idola Menjadi Objek Obsesi Para Pemuja Selebriti, Hati-hati Kena Sindrom Ini

3. Yakinlah dengan pilihan hidup

Pilihan apapun yang dibuat dalam hidup, yang mungkin terkait atau tidak terkait dengan pernikahan, jangan meragukannya jika karena tekanan “kapan nikah”.

Rayakan pilihan hidup, prioritaskan karier, dan habiskan lebih banyak waktu dengan diri sendiri, kenal lebih banyak orang sebelum memilih salah satu untuk menjadi teman hidup kelak.

4. Jangan terburu-buru

Tekanan mental dan sosial mungkin akan menjadi beban dan alasan sehingga harus melakukan pernikahan, tetapi pernikahan adalah komitmen seumur hidup. Tidak seorang pun boleh melompat ke dalamnya hanya karena semua orang melakukannya.

Berhenti sejenak dan pahami diri sendiri seperti apa pasangan hidup yang diinginkan dan diharapkan, agar dapat meraih kebahagiaan seumur hidup akan membuat masa depan lebih baik.

Meskipun ada banyak alasan untuk menyerah pada tekanan media sosial dan masyarakat tentang pertanyaan “kapan nikah” atau desakan untuk menikah, penting untuk dipahami bahwa seseorang harus memprioritaskan diri sendiri, dan fokus pada pertumbuhan dan pemenuhan pribadi di luar ekspektasi penilaian masyarakat.***

Editor: Niken Astuti Olivia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x