Hukum Berebut Makanan Saat Maulid Nabi, Ini Penjelasan Buya Yahya

- 17 Oktober 2021, 17:42 WIB
Berebut makanan yang tidak boleh pada perayaan maulid
Berebut makanan yang tidak boleh pada perayaan maulid /Pixabay/diapicard

MALANG TERKINI – Pada acara maulid nabi, rebutan makanan masih sering ditemukan di sejumlah daerah. Bahkan terkadang menimbulkan kericuhan.

Hampir setiap tahun pasca acara maulid beredar video-video yang menayangkan kelucuan saat rebutan makanan di tengah-tengah acara maulid. Secara kacamata sosial tentu itu tidak etis.

Lalu, bagaimana sebenarnya hukum berebut makanan seperti yang banyak ditemukan di masyarakat?

Baca Juga: Arti dari Mimpi Gigi Copot Menurut Buya Yahya: Tergantung Siapa yang Menafsirkan

Terkait hal ini, Habib Yahya Zainul Ma’arif atau yang akrab disapa Buya Yahya memberikan penjelasan dalam sebuah unggahan YouTube Buya Yahya pada 4 Nopember 2020.

Dalam keterangannya, Buya Yahya menjelaskan bahwa memuliakan Rasulullah hukumnya wajib. Memuliakannya tentu saja harus dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.

Memuliakan Nabi dengan cara-cara yang bertentangan dengan syariat tidak diperkenankan. Misalnya dengan bersikap tidak sopan saat membaca sholawat pada acara maulid.

Perayaan maulid harus menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama, seperti campur baur antar laki-laki dan perempuan, saling sikut berebut makanan, dan perbuatan lain yang tidak terpuji.

Baca Juga: Daftar Lomba Islami yang Dapat Digunakan Untuk Memeriahkan Perayaan Maulid Nabi SAW

Buya Yahya memberi analogi tentang keharaman berebut makanan saat maulid dengan mencium hajar aswad.

Hukum mencium hajar aswad adalah sunah. Namun jika sampai berebutan yang mengakibatkan orang lain sakit hati, atau misalnya dengan cara membayar sejumlah uang agar dapat mencium hajar aswad, maka hal itu tidak boleh.

Begitu halnya dengan berebut makanan. Itu merupakan ekspresi kebahagiaan menyambut ulang tahun Rasulullah. Tetapi jika sampai membahayakan orang lain maka hukumnya tidak boleh.

Baca Juga: 4 Amalan Bulan Maulid yang Paling Utama

Buya Yahya menegaskan, jangan sampai kesunahan-kesunahan yang dilakukan justru berakhir dengan dosa akibat kesalan cara melaksanakannya.

Dalam kaidah fikihnya, mendahulukan orang lain dalam urusan dunia itu sunah. Sementara mendahulukan orang lain dalam urusan ibadah hukumnya makruh.

Dalam konteks acara maulid, penerapan kaidah tersebut berarti lebih baik mengalah dalam mengambil makanan. Tidak perlu rebutan. Mestinya yang perlu diperebutkan adalah membaca sholawatnya, bukan makanannya.

Baca Juga: Kisah Maulid Nabi Muhammad: Bilal Bin Rabah Pingsan Tak Kuasa Menahan Rindu Kepada Rasulullah

Sebagai tuan rumah penyelenggara acara maulid mestinya membuat aturan agar orang yang hadir tidak berebutan makanan. Himbauan tokoh masyarakat diperlukan agar acara maulid berjalan tertib.

Buya Yahya berharap agar non-muslim tidak memberi cap negatif terhadap Islam akibat adanya perayaan maulid yang kurang beretika.***

Editor: Gilang Rafiqa Sari

Sumber: YouTube Buya Yahya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x