Network
Sebagaimana yang disampaikan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), perbedaan itu bisa terjadi karena terdapat dua kriteria utama yang digunakan di Indonesia dalam menentukan Hari Raya Idul Adha, yaitu Kriteria Wujudul Hilal dan Kriteria Baru MABIMS.
Penggunaan Kriteria Wujudul Hilal didasarkan pada kondisi dimana bulan lebih lambat terbenamnya daripada matahari.
Sedangkan Kriteria Baru MABIMS berdasarkan pada batasan minimal untuk terlihatnya hilal (imkan rukyat atau visibilitas hilal).
Yakni, fisis hilal yang dinyatakan dengan parameter elongasi (jarak sudut bulan-matahari) minimum 6,4 derajat, dan fisis gangguan cahaya syafak (cahaya senja) dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.
Baca Juga: Dibully 9 Temannya Saat Berangkat Sholat ke Musholah, Siswa MTs di Kotamobagu Meninggal Dunia
Pada saat magrib 29 Juni 2022 di Indonesia, posisi bulan sudah berada di atas ufuk, berarti Kriteria Wujudul Hilal telah terpenuhi, sehingga Muhammadiyah menetapkan 1 Dzulhijjah 1443 jatuh tanggal 30 Juni 2022.
Sementara mengacu pada garis tanggal Kriteria Baru MABIMS, menunjukkan bahwa di Indonesia pada waktu magrib 29 Juni 2022, tinggi bulan umumnya kurang dari 3° dan elongasinya kurang dari 6,4°.
Artinya, hilal terlalu tipis untuk bisa mengalahkan cahaya syafak yang masih cukup kuat, sehingga tidak mungkin dapat dirukyat.
Secara hisab imkan rukyat (visibilitas hilal), data itu menunjukkan bahwa 1 Dzulhijjah 1443 akan jatuh pada 1 Juli 2022 dan Idul Adha jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022.
Hal itulah yang menyebabkan bisa terjadi perbedaan Hari Raya Idul Adha 2022 menurut Muhammadiyah dengan Pemerintah, antara Sabtu dan Kamis.***
