MALANG TERKINI – Pengamat Politik Rocky Gerung sebut ada perselingkuhan pemodal besar dengan pemegang kekuasaan dalam kasus sengketa tanah.
Rocky Gerung juga menyebut bahwa kasus sengketa tanah juga mendominasi di Komnas HAM.
“File di Komnas HAM itu, 90% kasus yang masuk di Komnas HAM itu soal tanah, sengketa tanah,” kata Dosen Filsafat Universitas Indonesia itu.
Rocky Berung menyebut kasus sengketa tanah merupakan terjadi akibat adanya kongkalikong pemodal dengan pemegang kekuasaan.
“Betul-betul hal yang esensial itu (kasus sengketa tanah), rakyat berupaya mempertahankan hak dia walaupun tinggal 0,2 hektar itu,” kata Rocky.
“Tapi yaudah itu, karena modal besar, dan selingkuh dengan kekuasaan, suka-suka aja tuh,” tambahnya.
Pernyataan ini disampaikannya dalam diskusi bersama Anggota DPR RI Fadli Zon yang disiarkan pada Youtube Fadli Zon Official pada 18 September 2021.
Pembicaraan ini menyambung kasus sengketa tanah yang sedang dialami oleh Rocky Gerung dengan PT Sentul City.
Fadli Zon menambahkan bahwa fenomena ini tidak relevan dengan apa yang diterangkan Pemerintah sebelumnya.
Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Tegaskan Penyaluran BSU Tidak Dikenai Potongan Biaya Apapun
Pemerintah menerangkan bahwa terdapat 9-11 juta hektar tanah pertanian yang available. Sementara dari data terakhir yang diketahui Fadli, tanah yang available hanya 7-8 juta hektar.
“Jadi ada yang tumpang tindih di atas 7 itu sehingga jadi 9,” kata Rocky Gerung sambil tertawa.
Rocky melihat bahwa fenomena ini adalah sebuah kontradiksi. Di satu sisi petani diminta untuk tetap bercocok tanam, di sisi lain mengizinkan penyerobotan lahan Petani.
Di masa pemerintahan 3 tahun yang tersisa, Presiden dianggap masih memiliki kesempatan dalam melakukan apa yang diinginkan rakyat dan bukan keinginan oligarki.
Presiden harus memberikan keputusan yang baik demi sajarah, demi konstitusi dan demi keadilan sosial.
Baca Juga: 4 Jenis Sumber Pendapatan Menurut Kartu Prakerja, Anda di Posisi Mana?
Terkait kasus sengketa tanah yang sedang dihadapinya, Rocky Gerung menganggap bahwa somasi yang diterima bukan hanya diberikan pada dirinya, melainkan pad lingkungan dan ekosistem.***