Sejarah Batik Indonesia Hingga Diakui Sebagai Warisan Dunia

2 Oktober 2021, 11:33 WIB
Sejarah batik Indonesia /Pixabay/MahmurMarganti

MALANG TERKINI - Batik adalah karya seni di atas kain dengan ragam corak khas filosofi budaya Indonesia.

Batik tentu tidak lepas dari warisan nenek moyang kita, sehingga bisa diakui oleh UNESCO yakni Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan sebagai warisan budaya dunia.

UNESCO telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009 dan menjadi Hari Batik Nasional.

Baca Juga: BRI dan Pemerintah Perkuat Sinergi dalam Membangun Ekosistem Pembiayaan Rumah Murah

Pengakuan tersebut merupakan pengakuan internasional terhadap mata budaya Indonesia.

Batik Sudah ada Sejak Abad ke-17

Dilansir dari laman Kemendikbud, Sabtu, 2 Oktober 2021, bahwa batik diketahui sejak abad 17 yang ditulis dan dilukis pada daun lontar.

Motif dan pola batik saat itu masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Tapi seiring perkembangannya, batik memiliki kemajuan yakni mulai beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya.

Baca Juga: 10 Ucapan Selamat Hari Batik Nasional 2 Oktober 2021, Cocok Dijadikan Status dan Caption di Media Sosial

Batik Dikenal Sejak Zaman Majapahit

Di Indonesia, kerajinan batik dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit.

Sedangkan mulai meluasnya batik di Indonesia khususnya suku Jawa yaitu awal abad ke-19.

Pada saat itu, batik yang dihasilkan adalah batik tulis hingga awal abad ke-20.

Sedangkan batik cap mulai dikenal setelah akhir perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920.

Baca Juga: 15 Twibbon Hari Batik Nasional dan Internasional 2 Oktober 2021 Lengkap Cara Pasang Bingkai Foto di Twibbonize

Batik Hanya Untuk Keluarga Raja

Zaman dahulu, kesenian batik hanya untuk salah satu pakaian kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia.

Saat itu, batik dikerjakan terbatas dalam keraton saja. Kemudian hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya.

Namun karena sebagian besar dari pengikut raja tinggal di luar kraton, maka kesenian batik tersebut dibawa oleh mereka dan dikerjakan di tempat tinggal masing-masing.

Lambat laun, batik ditiru oleh masyarakat terdekat hingga meluas dan menjadi pekerjaan para wanita untuk mengisi waktu luang.

Baca Juga: Mensos Risma Mau Tembak PKH, Gubernur Gorontalo: Seorang Menteri yang Kurang Patut

Dari sini batik yang tadinya hanya pakaian keluarga keraton, selanjutnya menjadi pakaian rakyat yang digemari semua kalangan.

Sedangkan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Untuk pewarna, zaman dulu menggunakan bahan alami dari tumbuh-tumbuhan seperti  pohon mengkudu, soga, tanaman nila. Bahan sodanya terbuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Setiap daerah memiliki ciri dan corak tersendiri. Hal tersebut karena budaya dan tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang berbeda. Setiap batik juga memiliki filosofinya tersendiri yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut.

Salah satunya adalah batik Motif Anggur asal Probolinggo yang  bermakna harapan bagi orang yang mengenakannya agar memiliki kehidupan sosial yang baik. Motif Anggur juga sebagai gambaran bawa Anggur merupakan salah satu ciri khas daerah tersebut.

Itulah sejarah tentang batik. Sebagai anak bangsa, tentu harus bangga akan warisan nenek moyang yang sampai diakui Internasional dan dijadikan sebagai warisan dunia.***

Editor: Lazuardi Ansori

Tags

Terkini

Terpopuler