Bung Tomo: Profil dan Biodata Lengkap Pahlawan Nasional Pemimpin Pertempuran 10 November 1945

3 November 2022, 20:15 WIB
Bung Tomo Pahlawan Nasional pemimpin pertempuran 10 November 1945 /suaramuhammadiyah.id

MALANG TERKINI - Bung Tomo merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang memimpin pertempuran heroik 10 November 1945 di Surabaya.

Menjelang memperingati Hari Pahlawan Nasional, masyarakat banyak mencari profil dan biodata Bung Tomo yang memiliki nama asli Soetomo ini.

Banyak hal yang belum diketahui oleh masyarakat Indonesia tentang berbagai data Bung Tomo mulai dari masa remaja, keluarga, karier politik, karier militer, pekerjaan, hingga hal kontroversi tentang beliau.

Nama Bung Tomo sangat melekat erat dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November, karena hari itulah pertempuran dahsyat Surabaya berlangsung yang menewaskan ribuan pejuang Indonesia.

Baca Juga: Mengapa Hari Pahlawan Diperingati Tiap 10 November? Ini Penjelasan dan Tokoh yang Ikut Andil

Soetomo Muda

Soetomo atau lebih dikenal dengan Bung Tomo lahir pada Minggu, 3 Oktober 1920 di Surabaya dari pasangan Kartawan Tjiptowidjojo dan Soebastita.

Beliau merupakan anak sulung dari 6 bersaudara, Soetomo, Soelastri, Soentari, Gatot Soeprapto, Soebastuti, dan Hartini.

Soetomo muda mengenyam pendidikan formalnya di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Namun beliau terpaksa putus sekolah akibat adanya depresi besar ekonomi dunia yang terjadi sejak tahun 1929, tapi bisa melanjutkan ke jenjang SMA yang pada waktu itu bernama Hoogere Burger School (HBS) dan lulus.

Baca Juga: Jelang Hari Pahlawan 10 November, Ini 10 Singkatan Nama Pahlawan Nasional

Tercatat sebagai Pramuka Garuda di usia 17 tahun, merupakan awal prestasi besar Bung Tomo pada masa pemerintahan Hindia Belanda dengan bergabung di Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI).

Selanjutnya Bung Tomo lebih banyak berkecimpung di dunia Jurnalistik dengan menjadi wartawan lepas beberapa surat kabar harian dan majalah.

Soetomo dalam Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Keterlibatan Bung Tomo dalam pertempuran Surabaya yang menjadi salah satu tonggak Revolusi Nasional Indonesia, bermula pada saat beliau bergabung dengan kelompok politik dan sosial.

Baca Juga: 10 Tips Konsisten yang Harus Dilakukan Agar Program Diet Berhasil, Nomor 4 Wajib Tahu!

Gerakan Rakyat Baru (GBR) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI) merupakan organisasi politik dan sosial yang mengantar Bung Tomo memiliki akses ke stasiun radio.

'Merdeka atau Mati' merupakan pekikan orasi Bung Tomo yang paling terkenal untuk membakar semangat perjuangan arek-arek surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan RI.

Bung Tomo memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) melalui siaran radio dengan orasinya pada saat pertempuran 10 November 1945 pecah.

Pertempuran dahsyat itu mampu memukul mundur pasukan Inggris meski menimbulkan ribuan korban jiwa di pihak pejuang Indonesia.

Sampai dengan saat ini, belum ada pernyataan secara resmi jumlah korban pejuang Indonesia dalam peristiwa pertempuran itu, sekira 6000-16.000 pejuang gugur.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 77: Tugas Materi Teks Cerpen, Penulisan Kalimat Ekspresif

Keluarga

Bung Tomo menikah pada 19 Juni 1947 dengan seorang perawat PMI (Palang Merah Indonesia) bernama Soelistina.

Dari perkawinan itu, Bung Tomo dikaruniai empat orang putra putri, yakni Tin Soelistami (Titing), Bambang Soelistomo, Sri Soelistami, dan Ratna Soelistami.

Karier Politik

Kiprah Bung Tomo di dunia politik Nasional mencapai puncaknya ketika beliau ditunjuk sebagai Menteri Urusan Negara Bekas Pejuang Indonesia pada masa Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

Jabatan tersebut diterima Bung Tomo sejak 12 Agustus 1955 hingga 24 Maret 1956, dan sejak 18 Januari 1956 beliau merangkap sebagai Menteri Sosial.

Selanjutnya, selepas dari kabinet sejak tahun 1956 Bung Tomo menjadi anggota Konstituante (sekarang Dewan Perwakilan Rakyat) dari unsur Partai Rakyat Indonesia.

Semenjak diterbitkannya Dekrit Presiden Soekarno 5 Juli 1959 akhirnya Lembaga Negara tersebut dibubarkan.

Protes keras disampaikan Bung Tomo kepada Soekarno, akibatnya sampai ke meja pengadilan. Semenjak itu Bung Tomo menarik diri dari dunia politik dan pemerintahan secara perlahan.

Karier Militer

Bung Tomo tercatat sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) sejak 12 Oktober 1945.

Setelah pertempuran Surabaya 10 November 1945, beliau sering terlibat berbagai bentrokan dengan tentara Sekutu yang mendukung Belanda melalui kontak senjata maupun pertentangan diplomasi.

Masa-masa itu disebut dengan Revolusi Nasional Indonesia yang berlangsung dari tahun 1945 sampai dengan 1949.

Pekerjaan

Bung Tomo juga dikenal sebagai seorang Jurnalis sebagai wartawan lepas dan penyiar radio yang dijadikan pekerjaan kesehariannya.

Tercatat pernah bekerja sebagai jurnalis lepas untuk harian Ekspres, Soeara Oemoem, Poestaka Timur, dan Pembela Rakyat.

Kontroversi

1. Melawan Ir. Soekarno
Bung Tomo memiliki sikap kritis sejak remaja karena tumbuh dilingkungan menengah jika dilihat dari garis keturunan ayahnya yang merupakan trah prajurit Pangeran Diponegoro.

Dibubarkannya Konstituante membuat Bung Tomo protes keras dan dianggap melawan keputusan Presiden Soekarno yang mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Perseteruan Bung Tomo dengan Presiden Soekarno berlanjut ke meja hijau dan berakhir dengan kekalahan Bung Tomo untuk mempertahankan Konstituante.

2. Penggelapan Uang Pabrik Sabun
Sikap kepedulian Bung Tomo kepada rakyat tidak selamanya berbuah manis, pabrik sabun yang rencananya dibangun dengan uang iuran para tukang becak di Surabaya raib.

Bung Tomo dianggap menggelapkan uang pembangunan pabrik sabun yang mangkrak di tengah jalan pada pertengahan tahun 1950.

Iuran para tukang becak Surabaya yang dihimpun melalui sebuah koperasi itu tidak ada pertanggungjawabannya begitu saja.

3. Masuk Penjara di masa Orde Baru
Kontroversi terakhir yang terjadi pada Bung Tomo adalah pada masa Orde Baru pemerintahan Presiden Soeharto, hingga berakibat masuk penjara selama 1 tahun.

Bung Tomo yang berlatar belakang bentrok dengan Soekarno mulai muncul kembali dengan mendukung pemerintahan Soeharto pada awal masa Orde Baru.

Namun sikap kritisnya muncul kembali dengan mengkritik kebijakan Soeharto sejak awal tahun 1970-an dan dianggap melakukan tindakan makar atau subversif.

Puncaknya pada saat beliau mengkritik keras proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Bung Tomo ditangkap dan dimasukkan ke penjara pada tanggal 11 April 1978.

Baca Juga: Kunci Jawaban Matematika Kelas 9 Halaman 102, Tugas Latihan 2.3 Materi Sumbu Simetri dan Titik Optimum

Masa Tua

Masa tua Bung tomo lebih mengarah dalam kehidupan yang lebih religius, memilih hidup tenang bersama keluarga dan mendalami ilmu agama.

Beliau mengesampingkan sikap vokalnya terhadap pemerintah dan tak banyak ikut campur dalam urusan pemerintahan.

Dan pada akhirnya, Bung Tomo tutup usia pada 7 Oktober 1981 pada saat menunaikan ibadah haji. Beliau dimakamkan di TPU Ngagel Surabaya sesuai wasiat semasa hidupnya.

Pada tahun 2008, Bung Tomo dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui SK No. 041/TK/Tahun 2008.

Istri Bung Tomo, Ny.Sulistina yang diundang langsung ke Istana Negara menerima SK tersebut secara langsung.

Baca Juga: Profil dan Biodata Fuji Utami: Adik Bibi Ardiansyah Sekaligus Pacar Thariq Halilintar

Biodata

Berikut biodata lengkap Bung Tomo yang berhasil dirangkum Tim Malang Terkini:

Nama: Soetomo.
Nama tenar: Bung Tomo.
Tempat lahir: Kampung Blauran, Surabaya.
Tanggal lahir: 3 Oktober 1920.
Tanggal meninggal: 7 Oktober 1982.

Pendidikan:
SR (Sekolah Rakyat) tahun 1926-1929.
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) tahun 1929- tidak tamat.
HBS (Hoogere Burger School) HBS tahun 1933-1937.

Nama istri: Soelistina.
Nama anak: Tin Soelistami (Titing), Bambang Soelistomo, Sri Soelistami, dan Ratna Soelistami.
Nama ayah: Kartawan Tjiptowidjojo
Nama ibu: Soebastita
Nama saudara kandung: Soelastri, Soentari, Gatot Soeprapto, Soebastuti, dan Hartini.

Baca Juga: Profil dan Biodata Lengkap Sejeong yang Gelar Fanmeeting 4 November 2022 di Jakarta

Karier:
1938: Pramuka Garuda.
1939-1944: Jurnalis.
1944-1945: Gerakan Rakyat Baru.
1945-1949: Pimpinan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia.
1955-1956: Menteri Urusan Negara Bekas Pejuang.
1956-1956: Menteri Sosial.

Partai politik: Gerakan Rakyat Baru, Pemuda Republik Indonesia.

Riwayat perang:
1945: Pertempuran Surabaya (10 November 1945).
1945-1949: Revolusi Nasional Indonesia.

Itulah Bung Tomo, Pahlawan Nasional yang memimpin pertempuran Surabaya 10 November 1945 beserta profil dan biodatanya.***

Editor: Iksan

Tags

Terkini

Terpopuler