Hotel Yamato Dulu dan Sekarang, Saksi Sejarah 10 November 1945

5 November 2022, 11:11 WIB
Penampakan hotel Yamato dulu dan sekarang yang menjadi hotel Majapahit /Instagram/@hotelmajapahitsby

MALANG TERKINI - Dulu bernama Hotel Oranje kemudian menjadi Hotel Yamato, dan sekarang dikenal dengan Hotel Majapahit adalah saksi bersejarah bagi bangsa Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia.

Di hotel Yamato, 19 September 1945 terjadi salah satu insiden yang memicu pecahnya pertempuran 10 November 1945.

Dan sekarang, hotel Majapahit masih berfungsi dan beroperasi secara normal dan baik, bahkan memiliki standar pelayanan modern bernuansa kolonial yang sangat menarik.

Baca Juga: Sejarah dan Kronologi Pertempuran Surabaya 10 November 1945 Lengkap dengan Tokoh-Tokoh Dibaliknya

Berdiri pada tahun 1910 menjadikannya hotel idola kalangan atas termasuk kalangan artis di masa pemerintahan kolonial Belanda.

Hotel Oranje ini pertama kali beroperasi pada tahun 1911, menjadi basis militer Belanda dan tempat berkumpulnya orang-orang kaya dari penjuru Hindia Belanda.

Setelah ditandatanganinya perjanjian Kalijati 8 Maret 1942, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menyerah kepada Kekaisaran Jepang.

Semenjak itulah nama Yamato muncul sebagai tanda bahwa penjajah Indonesia telah diambil alih oleh Jepang dan menjadi markas komando militer Jepang.

Hanya berselang tak lebih dari 3 tahun 5 bulan, 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu menyusul peristiwa Bom Hiroshima dan Nagasaki.

Kekosongan kekuasaan dimanfaatkan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Sejarah dan Link Logo Hari Pahlawan 10 November 2022

31 Agustus 1945, Pemerintah Indonesia melalui Presiden Soekarno memberikan maklumat pengibaran bendera Merah Putih di seluruh wilayah Indonesia mulai 1 September 1945.

Di sisi lain, kedatangan Sekutu pada 25 Oktober 1945 bersama AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Jepang yang berstatus menyerah kalah kepada Sekutu menyambut kedatangan mereka dan menyerahkan hotel Yamato kembali menjadi hotel Oranje sebagai markas bagi tentara sekutu.

Kedaulatan Indonesia terancam kembali dengan adanya markas-markas tentara Sekutu di Surabaya.

Insiden bermula pada malam 18 September 1945, sekitar pukul 21.00 WIB, orang Belanda yang dipimpin oleh W. V. Ch. Ploegman mengibarkan bendera Belanda di Hotel Yamato.

Tindakan orang Belanda ini membuat masyarakat geram, dianggap menghina kemerdekaan Indonesia dan ingin berkuasa kembali.

Kepala Residen Daerah Surabaya, Soedirman, dikawal oleh Sidik dan Hariyono menuju ke Hotel untuk berdialog dengan pemimpin Belanda agar menurunkan bendera.

Baca Juga: Makna, Sejarah, dan Isi Sumpah Pemuda 28 Oktober yang Perlu Diketahui

Ploegman menolak menurunkan bendera dan mengeluarkan pistol sehingga terjadi perkelahian dengan Sidik saat perundingan berlangsung.

Sidik mencekik Ploegman hingga tewas, sehingga tentara Belanda yang sedang berjaga menembak Sidik, sedangkan Soedirman dan Hariyono berhasil menyelamatkan diri keluar hotel.

Di luar hotel, Koesno Wibowo memanjat tiang bendera dan menurunkan bendera Belanda, kemudian merobek bagian birunya dan mengibarkan kembali.

Insiden ini menjadi salah satu pemicu dikeluarkannya ultimatum Sekutu yang memancing kemarahan para pejuang Surabaya sehingga terjadilah Pertempuran 10 November.

Menjadi salah satu pertempuran yang memakan ribuan korban di masa Revolusi Nasional Indonesia dan dikenang sebagai Hari Pahlawan Nasional Indonesia.

Setelah terjadinya insiden perobekan bendera 19 September 1945 di hotel tersebut, nama Yamato diganti dengan Merdeka.

Hotel Merdeka kembali dikelola oleh keluarga Sarkies sebagai pencetus awal dan pemilik pada tahun 1946, kemudian berubah namanya menjadi Lucas Martin Sarkies Hotel.

Baca Juga: Sejarah Museum Mpu Purwa Malang: Daftar Koleksi hingga Cara Masuk

Hotel ini kembali berubah nama lagi pada tahun 1969 menjadi hotel Majapahit saat diambil alih perusahaan Mantrust Holding Co dan bertahan sampai saat ini.

Untuk mengenang peristiwa bersejarah itu, pemerintah kota Surabaya selalu rutin menggelar teatrikal insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit.

Saat ini, hotel Majapahit masih berfungsi dan beroperasi dengan normal, dengan standar pelayanan modern bergaya kolonial menjadi nilai tersendiri bagi pengunjung.

Berbagai fasilitas hotel tersedia menyesuaikan perkembangan bisnis perhotelan, seperti adanya wifi gratis, kolam renang, ruangan ber-AC dan lain-lain.

Satu hal yang juga tak kalah menarik, kamar nomor 33 hotel Majapahit dijadikan ruang sejarah bernama Ruang Merdeka.

Kamar nomor 33 adalah ruang pusat komando baik oleh tentara Belanda, Jepang, maupun setelah dikuasai pejuang Indonesia.

Hotel ini tercatat sebagai warisan budaya dan sejarah yang resmi diakui pemerintah Indonesia sejak tahun 2014.***

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah

Tags

Terkini

Terpopuler