Baca Juga: Menko Polhukam Mahfud MD Undang MUI Berdialog Bahas Penanganan Covid-19
“Saya komunikasi ke teman-teman BEM, dan mereka menyatakan tidak tahu menahu terkait hal itu,” jelas Hersubeno.
Diskusi virtual tersebut juga merespon Menko Polhukam yang mengungkapkan bahwa rapat itu dilakukan bersama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Kepala Kejaksaan, Jaksa Agung Panglima Abri dan Polri.
“Kepanikan itulah yang dibaca oleh rakyat bahwa istana tidak memiliki pola dalam menangani tekanan publik,” kata Rocky.
Melihat kesertaan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam rapat di Istana, Hersubeno menyatakan bahwa masyarakat menginginkan bahwa badan intelijen Indonesia adalah betul-betul badan intelijen yang kuat.
“Kita pengen agar tidak hanya memata-matai rakyat sendiri, tetapi juga memata-matai kekuatan asing yang mungkin masuk ke Indonesia,” kata Hersubeno menambahkan.
Rocky Gerung juga menjelaskan bahwa rapat Istana merupakan bentuk kecurigaan pada pihak-pihak tertentu.
Baca Juga: Fahri Hamzah Sebut Indonesia Tidak Punya Data Pemilih Sah yang Kredibel
Menurutnya, tuduhan-tuduhan itu sering dicuitkan oleh para buzzer. Ia kemudian mengutip bahwa Jusuf Kalla (JK) juga menyebutkan buzzer sebagai masalah baru di negeri ini.
“jadi keberadaan buzzer ini memburukkan citra kita di luar negeri dan memecah belah bangsa,” tegas laki-laki yanag biasa dipanggil Profesor itu.