Tradisi Irigasi Subak Bali Diakui Unesco, Ini Alasannya

- 1 Agustus 2021, 15:24 WIB
ilustrasi: tradisi irigasi Subak Bali
ilustrasi: tradisi irigasi Subak Bali /Humas Pemkab Gianyar/Denpasar Update

MALANG TERKINI – Bali dengan landscape alam natural dan terkenal sebagai World Heritage Culture dengan masyarakat yang mempertahankan tradisi leluhur.

Tradisi Bali yang memegang teguh tatanan dengan sistim penataan lanskap untuk area pertanian atau sawah dikenal dengan istilah Subak.

Dilansir dari kniu.kemdikbud.go.id Sistim Subak atau sistim irigasi khusus untuk menanam padi menjadi salah satu kearifan lokal masyarakat Bali untuk mempertahankan hasil panen agar lebih optimal.

Baca Juga: Jurnalis Punya Peran Penting Halau Gerakan Anti Vaksin, WHO dan UNESCO Sampaikan Hal Ini

Terdapat ritual khusus baik perseorangan maupun kelompok seperti mencangkul, menabur benih, menanam, bahkan memanen. Sedangkan ritual berkelompok terdiri dari ritual pengolahan tanah, upacara agar terhindar dari hama, hingga jelang panen.

Dilansir dari whc.unesco.org, menyebutkan bahwa penyelenggarakan sistim Subak berpedoman pada hukum adat yang diwariskan oleh leluhur yaitu Tri Hita Karana.

Filosofi Tri Hita Karana yang memiliki arti diantaranya Tri berarti tiga sedangkan Hita berarti kebahagiaan dan kesejahteraan serta Karana berarti penyebab.

Dapat disimpulkan sebagai tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan. Ketiga hal tersebut kemudian diimplementasikan dalam sistim Subak sebagai parahyangan, artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.

Sawah adalah denyut nadi kehidupan, bahkan bukan sekedar situs alam dalam bentuk materi melainkan terdapat filosofi yang harus dilindungi.

Halaman:

Editor: Lazuardi Ansori

Sumber: Kemendikbud UNESCO


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x