Golongan tua berpendapat, lebih baik menunggu sampai waktu kemerdekaan Indonesia yang ditetapkan Marsekal Terauchi ketika menerima Soekarno Hatta Radjiman di Dalat, yakni pada 24 Agustus.
Para pemuda di bawah pimpinan Sukarni, Chairul Saleh, Wikana bersepakat untuk mengamankan dwitunggal bersama Ibu Fatmawati dan Guntur ke Rengasdengklok pada dini hari 16 Agustus 1945, dengan harapan bahwa mereka akan menuruti keinginan golongan muda.
Namun, sepanjang hari pada 16 Agustus 1945, hingga sore hari, kesepakatan belum juga tercapai.
Dwitunggal kembali dilepaskan karena bujukan dari Ahmad Soebardjo dengan jaminan yang diberikan Soebardjo bahwa keesokan harinya proklamasi akan terjadi.
Dwitunggal dan Ahmad Soebardjo tiba kembali di Jakarta pada dini hari, dan langsung menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji Dori nomor 1.
Maeda mempersilahkan mereka bertemu Gunseikan untuk membahas upaya tindak lanjut dari masalah tersebut, akan tetapi Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan menyuruh mereka untuk menunggu hingga sekutu datang, dan melarang perubahan situasi.
Baca Juga: Wajib Tahu! Inilah Sejarah dan Lirik Lagu Hari Merdeka, Peringati HUT RI ke-76
Pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, naskah proklamasi disusun di ruang makan Maeda oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo. Naskah selesai dibuat dalam waktu dua jam, dan diketik oleh Sayuti Melik dan didampingi oleh BM Diah, dan diserahkan Kembali ke Soekarno untuk ditandatangani.
Naskah proklamasi dibaca di halaman rumah Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56, pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.