Ganjar Pranowo: Tembakau Terbaik di Dunia Dihasilkan di Tanah Kita

- 2 Oktober 2021, 20:37 WIB
GUBERNUR Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kenaikan cukai rokok berakibat pada anjloknya harga tembakau di kalangan petani. Tembakau grade A sampai D yang seharusnya memiliki harga 90 ribuan jatuh hingga 10 ribuan.
GUBERNUR Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kenaikan cukai rokok berakibat pada anjloknya harga tembakau di kalangan petani. Tembakau grade A sampai D yang seharusnya memiliki harga 90 ribuan jatuh hingga 10 ribuan. //Instagram @ganjar_pranowo

MALANG TERKINI – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ungkap Indonesia penghasil tembakau terbaik di dunia.

Ia mencontohkan dengan tembakau dari Jember yang telah melakukan produksi dan ekspor untuk cerutu terbaik dunia.

Ganjar Pranowo menyebut Indonesia sangat potensial untuk pertanian tembakau. Terlebih, hal ini karena tembakau telah menyumbang cukai besar melalui pabrik rokok.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Sebut Petani Tembakau Tumpuan Ekonomi Indonesia

Terdapat 4 provinsi yang menghasilkan tembakau dalam jumlah besar. Provinsi tersebut adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB, dan Jawa barat.

Tembakau terbaik di dunia dihasilkan di negara kita ini,” kata Gubernur yang diusung PDI ini.

Ia menerangkan bahwa di Temanggung terdapat tembakau srintil. Di Madura terkenal dengan tembakau rancak-nya, serta tembakau virginia yang ada di NTB.

Semua ini hebatnya bukan main,” kata Ganjar Pranowo.

Selain dari daerah-daerah yang disebutkan, masih terdapat 17 daerah lain lagi yang menjadi penghasil tembakau.

Tembakau terbagi dalam beberapa grade, yakni dari grade A sampai dengan grade G yang paling bagus dan mahal.

Grade G yang biasanya berasal dari Temanggung memiliki harga Rp1 juta per kilonya. Sedangkan grade A sampai C sekitar 40 ribu sampai 90 ribu per kilonya.

Baca Juga: Bincang Dengan Refly Harun, Ganjar Pranowo Pilih Megawati Dibandingkan Jokowi

Penjelasn ini dipaparkan oleh Gubernur usia 53 tahun ini dalam vlog Instagramnya @ganjar_pranowo pada 2 Oktober 2021.

Dari jumlah harga yang diterngkan, maka seharusnya tingkat kesejahteraan Petani Tembakau sudah sangat terpenuhi.

Akan tetapi, Ganjar mendapati pengaduan dan keluhan-han terkait hal tersebut. Hal demikian terjadi karena kurangnya keberpihakan pada petani.

Sebagian besar dari mereka hidup segan mati tak mau,” kata Ganjar.

Petani memiliki daya tawar yang rendah. Ketika perusahaan telah mematok harga, maka mereka tidak memiliki bargaining.

Selain itu, kenaikan cukai memiliki dampak besar pada petani. Ketika cukai naik, perusahaan mengurangi serapan, hingga harga tembakau menjadi anjlok.

Grade A sampai D yang seharusnya sekitar 90 ribuan harganya anjlok sampai 10 ribuan, remuk pokoknya,” papar Ganjar Pranowo.

Ia menerangkan bahwa dahulu pernah ada wacana mengubah komoditi tembakau menjadi kayu manis dan kopi.

Namun ternyata, impor tembakau dari luar negeri malah semakin banyak. Pada tahun 2015 impor tembakau mencapai 75 ribu ton.

Demikian di tahun-tahun berikutnya semakin meningkat. Dalam catatannya, laki-laki 53 tahun itu menyebut tahun 2018, impor tembakau mencapai 121 ribu ton.

Padahal kata ganar, Petani Tembakau adalah salah satu tumpuan perekonomian Indonesia.***

Editor: Yuni Astutik

Sumber: Instagram/@ganjar_pranowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x