Peringati Hari Pangan Sedunia, Gereja Katolik Indonesia Gelar Pelatihan Farming

- 16 Oktober 2021, 18:57 WIB
Usaha urban farming di Gereja Ksatrian Malang.
Usaha urban farming di Gereja Ksatrian Malang. /Dok. Malang Terkini

MALANG TERKINI - Pandemi Covid-19 sudah melanda dunia selama hampir dua tahun dengan membawa dampak ekonomi yang luar biasa.

Menurut bidang pangan dunia, Food Agriculture Organization (FAO), ada 27 negara terancam mengalami krisis pangan akibat pandemi Covid-19.

Food Program mencatat ada 4 faktor yang mempengaruhi krisis pangan negara yang terancam pandemi Covid-19. Pertama lapangan kerja dan upah yang menurun. 

Baca Juga: Hari Santri Nasional 2021: Twibbon HSN 22 Oktober dengan Tema Santri Siaga Jiwa Raga, Download Gratis

Kedua produksi dan pasokan pangan yang menurun. Ketiga turunnya pendapatan pemerintah akibat tertutupnya ekspor impor. Keempat ketidakstabilan politik.

Dengan kondisi tersebut, gereja Katolik melalui pemimpinnya tertinggi Paus Fransiskus dalam Food System Summit 2021 menghendaki agar kebijakan pembangunan selalu memperhatikan penataan kehidupan manusia yang bermartabat dan kesejahteraan umum.

Seruan ini berdasarkan kenyataan masih adanya mereka yang kelaparan, kekurangan gizi, bahkan mati kelaparan. Maka kesejahteraan umum haruslah menjadi perhatian setiap langkah kebijakan pembangunan.

Dalam peringatan Hari Pangan Sedunia 2021 gereja Katolik di Indonesia memperhatikan masalah ini dengan tema "Membangun Ketahanan Pangan dan Gizi".

Langkah nyata yang dilakukan di antaranya mengadakan pelatihan urban farming bagi siapa pun yang tertarik. Pelatihan mulai dari pemanfaatan lahan sempit dengan penanaman di polybag dan hidroponik dengan memperhatikan ekologi. 

Baca Juga: Sinopsis Serial Uttaran Hari Ini 15 Oktober 2021: Meethi Terkena Guna-Guna Nandini

Artinya mengurangi pemakaian pupuk kimia dengan mengutamakan pupuk organik.

Pengadaan pupuk organik atau eco enzym pun membuat sendiri yang terbuat dari sisa makanan, sayur, dan buah.

Usaha yang tampaknya sepele ini ternyata sedikit banyak bisa meningkatkan gizi keluarga. Bahkan jika produksi berlebih bisa dipasarkan sehingga menambah pendapatan ekonomi keluarga atau kelompok.

Upaya di atas memang bukan hanya dilakukan oleh gereja tetapi banyak juga pribadi, komunitas, dan LSM yang memberdayakan masyarakat dalam ketahanan pangan dan gizi.

Ketahanan pangan dan gizi dibangun untuk kebutuhan riil demi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dan ini menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat.

Sehingga kejadian wasting (kurang gizi) dan stunting (pertumbuhan lambat) seperti di awal pandemi Covid-19 di negeri kita terjadi lagi.***

Editor: Yuni Astutik


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah