Baca Juga: Meninggal Dunia Hari Ini, Berikut Profil dan Biodata lengkap Edelenyi Laura Anna
Banyak nelayan dengan riang gembira mengumpulkan batu apung yang didorong oleh arus laut ke pinggir pantai menghampiri mereka.
Nelayan-nelayan itu tampak membawa pengki, karung, dan ember untuk mengumpulkan batu-batu apung itu di pinggir pantai, sampai-sampai ada yang mengumpulkan di pinggir laut.
Batu apung dari GAK tampak berbentuk bulat batu dan mengapung dengan tekstur kasar dipilah untuk dimasukkan ke dalam karung.
“Ini dari Krakatau, biasanya hanya muncul di bulan Desember. Ini baru pertama di tahun ini dan selalu muncul setiap tahunnya,” kata salah satu nelayan.
Fenomena batu apung kiriman dari Gunung Anak Krakatau tidak datang setiap hari. Batu yang sangat ringan itu datangnya hanya di akhir tahun saja.
Kiriman dari Gunung Anak Krakatau itu ternyata membawa rejeki untuk para nelayan. Dari Batu apung itu para nelayan dapat menjual ke pasar atau pengepul.
Batu apung itu ternyata memberikan rejeki kepada para nelayan. Dengan mengumpulkan batu-batu apung itu, mereka bisa menjual ke pengepul yang bersedia menampung.
Dari pengepul itu mereka mendapatkan harga Rp2.000–Rp3.000 per kilogramnya. Batu ini dibutuhkan masyarakat untuk alat penyaring, membersihkan kotoran aquarium dan bahkan untuk hiasan.