Kumpulan Contoh Puisi HUT RI ke-77, Inspirasi dari Tokoh Nasional dalam Meraih Kemerdekaan Indonesia

- 15 Agustus 2022, 08:23 WIB
Ilustrasi: Kumpulan contoh puisi HUT RI ke-77 inspirasi tokoh sastra nasional Indonesia.
Ilustrasi: Kumpulan contoh puisi HUT RI ke-77 inspirasi tokoh sastra nasional Indonesia. /Pixabay/Nile

Atas Kemerdekaan oleh Sapardi Djoko Damono

kita berkata: jadilah-dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut-di atasnya: langit dan badai tak henti-henti-di tepinya cakrawala terjerat juga akhirnya-kita, kemudian adalah sibuk
Mengusut rahasia angka-angka-sebelum Hari yang ketujuh tiba-sebelum kita ciptakan pula Firdaus-dari segenap mimpi kita-sementara seekor ular melilit pohon itu:-inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah

Merdeka atau Mati oleh Yamin

Darah di tanah tak bertuan menggenang-Ratusan nyawa melayang-Bergelimpangan di medan perang-Mengangkat panji kemenangan
Seorang pejuang berteriak lantang-Gagah berani memegang senjata lawan penjajah-Dua kata menjadi pilihan-Merdeka atau mati
Tubuh kekar dihujani peluru-Penuh lubang di sekujur tubuh-Darah bercucuran mereka tetap tegak berdiri-Sekali lagi lantangkan merdeka atau mati

Baca Juga: Resiko Download Stumble Guys Mod Apk Unlock All Item Unlimited Gems Lewat ModCombo

Hikmah Kemerdekaan oleh Yamin

Tujuh puluh empat tahun silam
Ku belum dipertemukan
Raga belum terwujud
Nyawa belum bersemayam
Tapi tampak sinyal kehidupan
Di usiaku yang separuh baya ini
Aku hanya bisa menikmatimu
Belum bisa memberi warna
Teruntuk negeri ini
Pagi merayap siang
Tepat pukul sepuluh detik-detikmu diperdengarkan
Pekik merdeka menggema mengangkasa ke penjuru negeri
Dengan rasa haru ke sambut pekikmu

Baca Juga: Profil dan Biodata Patra M Zen, Pengacara Istri Ferdy Sambo: Pendidikan, Karir, Pengalaman

Karawang Bekasi oleh Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

Halaman:

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah