Pada 1935, Rasuna Said menjadi pemimpin redaksi sebuah majalah, Raya, yang menjadi acuan pergerakan kemerdekaan rakyat Sumatera Barat.
Tulisan-tulisan Rasuna Said yang berani, radikal, kritis dan tajam terhadap Pemerintah Hindia Belanda membuatnya dikenal sebagai Singa Betina.
Tak hanya itu, Rasuna Said pun sangat piawai dalam berorasi hingga terkena hukuman Speak Delict, yakni hukum Pemerintah Hindia Belanda terhadap mereka yang dianggap menyampaikan hujatan terhadap penguasa.
Baca Juga: 14 September 2022 Kalender Islam, Berapa Hijriah? Cek Selengkapnya!
Akibatnya, Polisi Rahasia Belanda (PID) mempersempit pergerakan Rasuna Said dan membredel majalah Raya sehingga dia pindah ke Medan, Sumatera Utara.
Perjuangan Kemerdekaan dan Partai Politik
Sebelum menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Raya, Rasuna Said tercatat bergabung dengan Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris Cabang.
Kemudian, Rasuna Said bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI).
Profesi gurunya tak pernah dia tinggalkan, Rasuna Said mengajar di puluhan sekolah yang didirikan PERMI hingga ia mendirikan sekolah Islam Nasionalis pertama yakni Sekolah Thawalib di Padang.
Tercatat, Rasuna Said pun aktif di beberapa patai politik seperti Sarekat Rakyat yang kemudian menjadi Parpol, Sarekat Islam, hingga pada akhirnya memilih untuk menetap di Permi setelah resmi dinyatakan sebagai Parpol.