Selain mereka, juga Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mukhtar at-Tarid, Syaikh Said Jawani (seorang mufti Syafi’i), serta Syaikh Mahfud Termas.
Ahmad Sanusi juga mempelajari dan mendalami beberapa cabang ilmu umum, seperti Fisika, Kimia, dan sebagainya.
Selama bermukim di Mekah, Ajengan Sanusi telah mengenal ide-ide pembaharuan dari Syekh Muhammad Abduh, Syekh Rasyid Ridha, maupun Syekh Jamaluddin al-Afghani.
Kendati demikian, ia tetap berpegang teguh dengan tradisi Mazhab Syafi’i sebagaimana guru-gurunya di Mekah
Setelah kembali ke Tanah Air di tahun 1915, dia membantu mengajarkan ilmu agama di pesantren milik ayahnya.
Selanjutnya, ia pun mendirikan pesantren sendiri di Kampung Genteng, sehingga dirinya dikenal sebagai Ajengan Genteng.
Pesantren tersebut diberi nama Pondok Pesantren Babakan Sirna Genteng yang ia kelola selama 6 tahunan hingga 1927.
Ia meninggalkan pesantrennya itu karena dirinya ditahan 15 bulan di penjara Cianjur dan Sukabumi serta diinternir (dibuang) ke Batavia Centrum selama 6 tahunan.
Baca Juga: 10+ Contoh Pantun Hari Pahlawan 10 November untuk Lomba Sekolah SD, SMP, SMA
Meskipun tanpa memiliki pesantren di Batavia Centrum, namun kegiatan dakwahnya tak terhenti sehingga ia pun mendapat julukan Ajengan Batawi.