Network
MALANG TERKINI - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, telah mengidentifikasi dampak kekeringan yang merenggut luas areal persawahan seluas 153 hektare. Laporan dari Dinas Pertanian setempat telah mengkonfirmasi kondisi tersebut.
Menurut Kepala BPBD Lebak, Febby Rizki Pratama, saat ini sulit untuk menghitung kerugian pasti yang dialami oleh areal persawahan dan krisis air bersih di 18 kecamatan akibat fenomena kemarau, yang disebabkan oleh El Nino.
Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak negatif yang dapat timbul, termasuk potensi gagal panen atau hilangnya hasil pertanian.
Kondisi ini semakin diperparah oleh prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memprediksi bahwa kemarau ekstrem diperkirakan akan berlanjut hingga September 2023.
BPBD Lebak tak tinggal diam, mereka sedang berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut dari fenomena El Nino ini.
Dengan ditetapkannya "Status Darurat Kekeringan," langkah-langkah pencegahan diambil untuk memitigasi konsekuensi yang dapat muncul.
Situasi ini memicu kekhawatiran akan kesulitan pasokan air bersih, ancaman terhadap ketersediaan pangan, serta risiko penyebaran penyakit menular.
Sebagai respons, BPBD Lebak telah mengadakan rapat koordinasi guna merumuskan strategi penghadapan terhadap situasi kekeringan yang mungkin mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Kepala BPBD Lebak, Febby, menegaskan bahwa kerja sama yang erat dengan instansi lain adalah kunci dalam menghadapi tantangan ini.
