MALANG TERKINI - Terkait konflik yang terjadi di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, sosiolog Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Dr. Funco Tanipu, S.T., M.A. memaparkan rekomendasi penyelesaian.
Menurutnya, peristiwa yang terjadi di Kabupaten Pohuwato pada Kamis (21/9) menjadi konflik terbesar kedua di kawasan Teluk Tomini, setelah konflik Poso.
"Agenda jangka pendek dan jangka panjang harus segera dirumuskan untuk dapat meredam konflik horisontal," ucap Funco di Gorontalo, Ahad.
Pertama, bahwa Pohuwato adalah miniatur Indonesia karena ada multietnis dan agama, sehingga peristiwa tersebut jangan sampai akan memicu konflik yang lebih besar hingga melebar menjadi konflik etnis dan agama.
"Tanda-tanda itu sudah terlihat sejak peristiwa barusan," ucapnya.
Ia berpendapat bahwa potensi sumber daya alam di Pohuwato harusnya menjadi anugerah dan karunia dari Tuhan untuk kemaslahatan rakyat, jangan malah sebaliknya, kekayaan alam malahan menjadi akar persoalan hingga berakhir musibah.
Diperlukan model tata kelola konflik yang menjadi rumusan komprehensif untuk dijadikan solusi jangka pendek bagi pengelolaan sumber daya alam Pohuwato, kata Funco.
Model tata kelola konflik tersebut harus menjadi basis perencanaan pembangunan Pohuwato yang dimasukkan ke dalam dokumen induk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang akan disusun ke depan, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.