MALANG TERKINI - Cublak Cublak Suweng merupakan lagu daerah dari Jawa Tengah yang biasa dijadikan pengiring permainan (dolanan) anak-anak.
Lirik syair Cublak Cublak Suweng ini diciptakan oleh Sunan Giri kala itu sebagai media dakwah.
Diciptakannya liriknya menggunakan bahasa daerah, dengan maksud tujuan dakwah bisa mudah diterima dan dihafalkan oleh masyarakat Jawa.
Hingga akhirnya lagu Cublak Cublak Suweng dijadikan pengiring permainan anak-anak pedesaan di Jawa pada masa itu.
Sama halnya seperti Sunan Kalijaga yang menciptakan lagu Lir-ilir, Sunan Giri menciptakan lagu tradisional ini dengan menyisipkan makna filosofi dalam liriknya.
Namun masih banyak yang belum tahu arti dari syair Cublak Cublak Suweng lagu daerah asli Jawa Tengah ini.
Terlebih mengetahui makna filosofi dari syair ini, untuk mengetahuinya silahkan simak terus artikel ini.
Baca Juga: Lirik Konnichiwa Sayonara Kochi Kochi Kachin Sayonara, Apa Artinya?
Lirik lagu Cublak Cublak suweng
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundhung gudel
Pak empong lera lere
Sapa ngguyu ndhelikkake
Sir sir, pong dhele kopong
Sir sir, pong dhele kopong
Arti syair Cublak-Cublak Suweng:
Tempat anting
Antingnya berserakan
Berbau anak kerbau yang terlepas
Bapak ompong yang menggeleng-gelengkan kepalanya
Siapa yang tertawa dia yang menyembunyikan
Hati nurani, kedelai kosong tidak ada isinya
Hati nurani, kedelai kosong tidak ada isinya
Makna lirik syair Cublak Cublak Suweng
Lirik "cublak cublak suweng" yang berarti tempat anting, menggambarkan tempat harta. Makna filosofi dari lirik ini yakni tempat harta yang berharga berupa Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) dengan kata lajn "harta sejati".
Kemudian diikuti lirik selanjutnya "suwenge ting gelenter" atau "antingnya berserakan", maknanya harta sejati sesungguhnya ialah kebahagiaan sejati, yang diibaratkan berserakan atau menyebar di sekitar kehidupan manusia.
Pada lirik ketiga "Mambu ketundhung gudel" yang artinya "berbau anak kerbau yang terlepas", dengan maksud banyaknya orang yang berusaha mencari harta sejati tersebut.
Bahkan diibaratkan dengan kata "Gudhel" atau orang-orang bodoh yang mencari harta itu dengan nafsu yang tinggi, penuh ego, hingga akhirnya korupsi dan serakah hanya untuk mengejar harta dunia agar menemukan kebahagiaan sejati.
Makna lirik berikutnya "Pak empong lera lere" atau artinya "Bapak ompong yang menggeleng-gelengkan kepalanya", filosofinya yakni orang-orang bodoh di baik sebelumnya seperti orang tua sudah ompong yang kebingungan.
Walaupun memiliki harta yang melimpah, namun ternyata semua adalah harta palsu, bukan harta sejati atau kebahagiaan sejati yang dicari selama ini.
Baca Juga: Lirik Lagu Indonesia Raya dalam 3 Stanza Karya WR Soepratman, Sejarah di Balik Lagu Nasional
Lalu mereka kebingungan sebab dikuasai oleh hawa nafsu keserakahan akan harta dari diri sendiri.
Lirik berikutnya berarti "Siapa yang tertawa dia yang menyembunyikan", filosofinya siapa saja yang bijaksana, dia yang akan menemukan harta sejati atau kebahagiaan sejati itu.
Digambarkan dengan orang yang tersenyum sumeleh atau iklhas dalam menjalani kehidupan, meskipun berada dilingkungan orang-orang yang serakah.
Selanjutnya bait "Sir sir, pong dhele kopong" yang memiliki arti Hati nurani, kedelai kosong tidak ada isinya. Maksud filosofinya bahwa untuk mencapai pada tempat harta sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang-orang harus mampu melepaskan diri dari rasa cintanya pada harta benda yang bersifat duniawi.
Baca Juga: Lirik Lagu ‘Mengheningkan Cipta’, Lagu Nasional untuk Mengenang Jasa Para Pahlawan
Diibaratkan dengan mengosongkan hati dan diri menjadi rendah hati, namun tidak merendahkan sesama, dan menggunakan hati nurani dalam kehidupan.
Melalui hati nurani manusia akan lebih mudah menemukan harta sejati atau kebahagian sejati, dan tidak akan lupa dengan akhirat.
Itulah arti dan makna filosofi lirik lagu Cublak-Cublak Suweng.***