Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 119 Semester 2 Kegiatan 5

16 Januari 2023, 14:24 WIB
Kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 119, Kurikulum Merdeka /Pixabay/Pexels

MALANG TERKINI - Halo adik-adik, jumpa kembali! Pada kesempatan kali ini kita akan membahas kunci jawaban Bahasa Indonesia halaman 119, Kurikulum Merdeka.

Tugas yang memerlukan kunci jawaban terdapat pada buku teks Kemendikbud Kurikulum Merdeka mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 7 halaman 119.

Nah, kakak akan membuat kunci jawaban halaman 119 pada buku teks Bahasa Indonesia Kelas 7 untuk membantu adik-adik menyelesaikan tugas.

Tapi, sebelum adik-adik menggunakan kunci jawaban ini, silahkan mempelajari semua materi yang ada di buku Bahasa Indonesia Kelas 7 tentang Media Informasi.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 126, Telaah Teks Diskusi ‘Daur Ulang untuk Gaya Hidup Hijau’

Agar adik-adik dapat dengan mudah menyelesaikan tugas halaman 119 dengan baik, tanpa bergantung pada kunci jawaban.

Jika adik-adik mengalami kesulitan pada tugas halaman 119 Bahasa Indonesia Kelas 7 tersebut, silahkan memakai kunci jawaban ini sebagai alternatif.

Sudah siap adik-adik? Berikut ini kunci jawaban Bahasa Indonesia halaman 119, Kegiatan 5, Kurikulum Merdeka.

Kegiatan 5: Mengidentifikasi Unsur Berita di Berbagai Media

Mengamati

Tuliskan ulang judul dan simpulkan teras dan isi berita dalam ketiga teks berita cetak, digital, dan audiovisual di atas dengan bahasa kalian sendiri.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 171 Semester 2: Membandingkan Pantun, Syair, dan Gurindam

Tabel 4.6 Identifikasi Unsur Berita di Berbagai Media

Embed 1 Tangkap layar buku Kemendikbud

Dengan membandingkan unsur berita pada media yang berbeda, kalian berlatih untuk membedakan karakteristik media dan tujuannya secara analitis.

Jawab:

1. Teks pada Majalah Digital Nuansa
Judul Berita:
Volunteer Pelindung Bumi, Tanam Mangrove hingga Pungut Sampah di Gunung

Teras Berita:
Kepedulian dan solidaritas akan keberlanjutan lingkungan dan bumi ditunjukkan oleh Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT) dengan menanam Mangrove, dan Trashbag Community yang memungut sampah di gunung.

Isi Berita:
Para Volunteer pelindung bumi sedang menebar virus cinta lingkungan dengan menanam mangrove hingga memungut sampah di gunung.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP MTS Halaman 175: Menyimpulkan Isi Pantun

Hal itu dilakukan oleh Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur (KeSEMaT), Trashbag Community, dan Komunitas Peduli Bumi 'AtmosPHere'.

KeSEMaT merupakan himpunan mahasiswa Ilmu Kelautan Undip yang melakukan giat penanaman bibit mangrove di area Teluk Awur.

Mereka sangat prihatin dengan kerusakan ekosistem yang terjadi di Teluk Awur pada saat melakukan penelitian sebagai tugas mata kuliah Ilmu Kelautan.

Sebab itulah, tak hanya untuk meneliti, mereka juga mewujudkan rasa kepedulian terhadap lingkungan dengan tindakan nyata.

Melalui KeSEMaT, mereka mendirikan Mangrove Education Center of Kesemat (MECoK) yang didukung oleh CV KeMANGI dan Yayasan Ikatan Alumni KeSEMAT (IKAMaT).

Mereka fokus melakukan berbagai kegiatan konservasi, pendidikan, dan penelitian. Bahkan juga pemberdayaan masyarakat pesisir untuk penguatan sektor ekonomi.

Selama 14 tahun lebih mereka berjuang dengan berbagai kendala dan apresiasi positif dari berbagai pihak. Berhasil menghijaukan kembali beberapa pesisir jawa.

Hal itu membawa mereka meraih berbagai penghargaan tingkat nasional seperti Coastal Award 2012 dan KEHATI Award VIII 2015.

Sementara itu, komunitas pecinta alam Trashbag Community melakukan aksi pungut sampah di gunung setiap kali melakukan kegiatan hiking ke puncak-puncak gunung.

Mereka sangat prihatin dengan kondisi puncak gunung yang dipenuhi dengan sampah, hingga mereka membentangkan tulisan bernada provokatif 'gunung bukan tempat sampah'.

Hal serupa tapi lebih berkembang juga dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri sebagai Komunitas Pelindung Bumi 'AtmosPHere'.

Komunitas ini bisa dikatakan melakukan banyak hal meliputi apa yang dilakukan KeSEMaT dan Trashbag Community.

Mereka melakukan kegiatan daur ulang sampah plastik, menanam mangrove, dan aksi pungut sampah di berbagai lingkungan, serta berkampanye dan memberdayakan masyarakat pesisir.

Pergerakan para volunteer untuk melindungi bumi seperti ini diharapkan menjadi tonggak awal gerakan cinta lingkungan secara menyeluruh.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Halaman 167, Bagian B: Pasangkanlah Struktur Teks Ulasan Novel

2. Teks pada Harian Kompas Cetak
Judul Berita:
Eksploitasi Mendegradasi Fungsi Hutan Kalteng

Teras Berita:
Kalimantan Tengah memiliki kekayaan alam berupa hutan belantara yang tak ternilai. Tapi, fungsi hutan sebagai daya dukung lingkungan bergeser akibat eksploitasi alam. Sangat prihatin melihat kondisi hutan yang tak kunjung tindakan peduli dari para pemimpin.

Isi Berita:
Salah satu anggota tim pemadam kebakaran asal Temanggung Tilung, Kota Palangkaraya, yang bernama Maslani menjalani pemeriksaan kesehatan pasca upaya pemadaman kebakaran hutan, pada Kamis, 19 September 2019.

Sudah jatuh tertimpa tangga, Maslani yang kesehariannya bekerja sebagai pembuat sumur bor sebagai sumber air pemadam kebakaran tak lagi bisa membuat sumur.

Selain didera masalah kesehatan, kondisi sumber air yang sudah sangat sulit dicari, bahkan banyak sumur bor yang telah dibuat tidak lagi mengeluarkan air.

Berbeda dengan satu tahun lalu, di musim kemarau, Maslani masih sangat sibuk membantu pemadaman kebakaran hutan dengan mencari titik sumur bor sebagai sumber air.

Saat ini, jangankan sumur bor, sumber air sangat sulit ditemui. Ahmad, salah satu warga Jalan Mahir Mahar Palangkaraya sampai memadamkan api menggunakan ember pada saat terjadi kebakaran hutan.

Akibatnya, sepanjang tahun 2019, terdapat 44.000 hektar hutan terbakar di seluruh wilayah Kalimantan Tengah.

Apalagi ketika musim hujan tiba, bukan sumber air yang ditemui, justru banjir melanda di mana-mana. Delapan Kabupaten di Kalteng terendam banjir.

Padahal di waktu sebelumnya, wilayah-wilayah seperti Lamandau, Kapuas, Katingan, Gunung Mas, Murung Raya, Seruyan, Kotawaringin Timur, dan Kotawaringin Barat, tak pernah diterpa banjir.

Banjir di Kalteng menyebabkan 10.459 rumah terdampak, berdasarkan laporan Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Kalteng.

Sehingga, sejumlah 4.391 orang mengungsi ke tempat-tempat pengungsian yang disediakan pemerintah setempat.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 118, Semester 2, Kegiatan 1: Tentukan Pokok Pikiran Paragraf

3. Teks Skrip pada Berita TVRI
Judul Berita:
Anugerah dan Petaka Potensi Timah

Teras Berita:
Anugerah dan petaka muncul dari potensi timah Bangka Belitung, selain berfungsi ekonomi tinggi, pertambangan merusak sebagian besar wilayahnya.

Isi Berita:
Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan setidaknya 80 persen lahan di Bangka Belitung ini kritis dan perlu direhabilitasi, berdasarkan hasil pencitraan satelit pada tahun 2016 menunjukkan.

Hal itu dikarenakan praktik pertambangan yang membabi buta terhadap keberadaan timah yang berpotensi ekonomi tinggi.

Akibatnya, pada bulan Februari 2016 silam, musibah banjir merendam ibu kota dan menimbulkan banyak kerugian.

Selain itu, aktivitas perekonomian di pusat kota pun terganggu. Penyebabnya adalah, pertambangan yang merusak alam.

Banjir masih saja terjadi pada tahun 2017, menyebabkan jembatan putus dan mengganggu jalur transportasi lintas kabupaten dan provinsi.

Semua disebabkan oleh fungsi sungai yang tidak berjalan baik akibat penambangan. Masyarakat Pangkalpinang selalu khawatir dengan banjir saat musim hujan tiba.

Merespon hal tersebut, beberapa komunitas yang menyemarakkan peringatan hari bumi dan sepakat bahwa Bangka Belitung harus selamat dari kerusakan lingkungan.

Komunitas-komunitas tersebut menyuarakan “Jaga Bangka Belitung dari Kerusakan” diawali dengan berkemah Kawasan Hutan Lindung Bukit Maras, tepatnya di bawah Bukit Mupos, Desa Bermura, Kabupaten Bangka.

Selama ini berbagai bentuk pengrusakan alam lewat eksploitasi pertambangan timah, illegal logging, dan pembakaran hutan, terus terjadi.

Berbagai komunitas pecinta Hari Bumi berkumpul dan berkemah, mendekat dengan alam. Bahkan banyak pelajar yang ikut bergabung.

Kerusakan alam mengakibatkan hilangnya keasrian yang seharusnya bisa dinikmati. Kita harus bersahabat dengan alam, agar alam bersahabat dengan kita.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Halaman 130, Semester 2, Makna Denotasi dan Makna Konotasi

Itulah adik-adik, kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 halaman 119, pada Kegiatan 5 Mengidentifikasi Unsur Berita di Berbagai Media.

Terimakasih, semoga adik-adik berkenan dengan tulisan kakak. Artikel ini ditulis oleh alumni Universitas Terbuka Negeri, Agung Wiyono, S.Pd.

Disclaimer:

1) Konten ini hanya pilihan, dibuat untuk membantu orang tua membimbing anak di tingkat SMP/MTs dalam belajar, selayaknya dijelaskan proses penemuan jawaban dan bukan hanya hasil akhirnya.
2) Jawaban bersifat terbuka, dimungkinkan bagi siswa dan orang tua dapat mengeksplorasi jawaban lebih baik.
3) Jawaban ini telah diverifikasi dan disetujui oleh kak Gilang Rafiqa Sari, S.Pd alumni Universitas Negeri Malang.
4) Artikel kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Kurikulum Merdeka ini tidak mutlak menjamin kebenaran jawaban karena tidak menutup kemungkinan ada eksplorasi jawaban lainnya.***

Editor: Niken Astuti Olivia

Sumber: Buku Kemendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler