MALANG TERKINI - Capung masuk rumah di saat maghrib atau sore hari ternyata punya makna tersendiri bagi beberapa orang.
Setiap kelompok masyarakat punya pemaknaan yang tak sama soal arti atau pertanda dari masuknya capung ke dalam rumah.
Masyarakat Tiongkok dan Jawa memiliki perbedaan dalam memandang atau memaknai fenomena tersebut.
Baca Juga: Arti Capung Masuk Rumah Waktu Maghrib, Ini Pertada Menurut Primbon Jawa
Arti Capung Masuk Rumah Menurut Kepercayaan Masyarakat Tiongkok
Menurut kepercayaan masyarakat Tiongkok, kehadiran capung di dalam rumah dapat dianggap sebagai pertanda baik atau buruk tergantung pada situasi dan keadaan tertentu.
Berikut ini beberapa makna yang bisa dikaitkan dengan capung dalam kepercayaan masyarakat Tiongkok:
1. Keberuntungan
Capung dianggap sebagai simbol keberuntungan yang membawa rejeki dan kesuksesan. Oleh karena itu, kehadiran capung di dalam rumah dianggap sebagai tanda baik dan berarti bahwa keluarga yang tinggal di rumah tersebut akan beruntung dalam waktu dekat.
Baca Juga: Arti Kodok Masuk Rumah Menurut Agama Islam, Pertanda Apa?
2. Pertanda kedatangan tamu
Capung juga dianggap sebagai pertanda kedatangan tamu yang tidak terduga. Jadi, jika ada capung yang terbang masuk ke dalam rumah, mungkin akan ada tamu yang datang berkunjung dalam waktu dekat.
3. Peringatan akan bahaya
Di sisi lain, kehadiran capung di dalam rumah juga bisa dianggap sebagai peringatan akan bahaya atau bencana yang akan datang. Oleh karena itu, jika ada capung yang terbang masuk ke dalam rumah, mungkin keluarga yang tinggal di rumah tersebut harus lebih berhati-hati dan waspada dalam waktu dekat.
Baca Juga: Ramalan Primbon Jawa: Arti atau Pertanda Ular Masuk Rumah
Arti Capung Masuk Rumah Menurut Kepercayaan Masyarakat Jawa
Di masyarakat Jawa, capung juga memiliki makna dan simbolisme tersendiri. Berikut ini beberapa makna yang bisa dikaitkan dengan capung dalam kepercayaan orang Jawa:
1. Pertanda datangnya musim
Capung dianggap sebagai tanda awal datangnya musim kemarau di masyarakat Jawa. Ketika capung mulai muncul dan terbang di sekitar lingkungan, orang Jawa percaya bahwa musim kemarau akan segera tiba.
2. Pertanda keselamatan
Capung juga dianggap sebagai simbol keselamatan dan perlindungan di masyarakat Jawa. Ada kepercayaan bahwa capung yang terbang masuk ke dalam rumah membawa perlindungan bagi keluarga yang tinggal di dalamnya.
Baca Juga: Arti Mimpi Anjing Masuk Rumah Menurut Islam dan Primbon Jawa, Berkaitan dengan Keluarga?
3. Pertanda akan datangnya tamu
Di samping itu, kehadiran capung juga dianggap sebagai pertanda akan datangnya tamu. Jadi, jika ada capung yang terbang masuk ke dalam rumah, mungkin akan ada tamu yang datang berkunjung dalam waktu dekat.
Alasan Capung Masuk Rumah Berdasarkan Sains
Kepercayaan masyarakat Tiongkok atau Jawa yang dipaparkan di atas bersifat mitos dan tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Dari sisi sains, capung masuk ke rumah bisa dikarenakan banyak hal, di antaranya adalah:
1. Penerangan
Capung adalah serangga yang aktif terbang di malam hari, dan mereka biasanya tertarik pada cahaya. Oleh karena itu, jika ada lampu terang yang ditinggalkan menyala di malam hari di dalam rumah, capung dapat terbang ke arah cahaya tersebut dan masuk ke dalam rumah.
2. Kelembaban
Capung dapat terpengaruh oleh kelembaban lingkungan. Jika udara di dalam rumah cukup lembab, maka capung dapat merasa nyaman untuk berkembang biak di dalamnya atau untuk mencari tempat berteduh.
Baca Juga: Amalan Sebelum Masuk Rumah dari Gus Baha, Hidup Akan Jauh dari Kondisi Fakir
3. Sirkulasi udara
Capung biasanya terbang di sekitar area terbuka yang terkena sirkulasi udara. Namun, jika sirkulasi udara di dalam rumah buruk atau terhambat, capung mungkin terdorong masuk ke dalam rumah.
4. Kesalahan navigasi
Capung juga dapat masuk ke dalam rumah secara tidak sengaja karena kesalahan navigasi saat terbang. Misalnya, mereka mungkin terbang terlalu rendah dan tidak dapat menghindari dinding atau jendela, sehingga terbang masuk ke dalam rumah.
Dalam hal ini, capung masuk ke dalam rumah lebih merupakan perilaku alami serangga tersebut dan bukan karena adanya faktor mitos atau kepercayaan masyarakat tertentu.***