Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 75 dan 76, Struktur Isi Cerpen ‘Pohon Keramat’

- 27 Oktober 2022, 20:41 WIB
Ilustrasi: Kunci jawaban bahasa Indonesia kelas 9 halaman 75 dan 76
Ilustrasi: Kunci jawaban bahasa Indonesia kelas 9 halaman 75 dan 76 /Pixabay/Sasin Tipchai

MALANG TERKINI – Berikut ulasan kunci jawaban bahasa Indonesia kelas 9 halaman 75 dan 76 Kegiatan 2: Menyimpulkan Struktur cerpen ‘Pohon Keramat’ karya Yus R. Ismail.

Pada buku bahasa Indonesia kelas 9 halaman 75 dan 76, para siswa diminta mengidentifikasi struktur cerpen ‘Pohon Keramat’ karya Yus R. Ismail.

Sebelum melihat kunci jawaban ini, para siswa sebaiknya telah mengerjakan tugasnya secara mandiri.

Baca Juga: Tabel 2.3 Arti Penting UUD Negara RI Tahun 1945, Kunci Jawaban PKn Kelas 9 SMP/MTs Halaman 41 dan 42

Artikel kunci jawaban ini menjadi pedoman bagi siswa dalam mengerjakan soalnya dengan mengeksplorasi jawaban yang ada.

Adapun kunci jawaban bahasa Indonesia kelas 9 halaman 75 dan 76 ini mengacu pada buku Bahasa Indonesia kelas 9 terbitan Kemendikbud.

Kunci Jawaban ini telah diverifikasi dan disetujui oleh Gilang Rafiqa Sari, S.Pd alumni Universitas Negeri Malang.

Baca Juga: Mengidentifikasi Cerpen (Cerita Pendek), Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP/MTs Halaman 60

Kunci jawaban bahasa Indonesia kelas 9 halaman 75 dan 76.

Kegiatan 2: Menyimpulkan Struktur
Isi struktur berikut sesuai isi cerpen “Pohon Keramat”

Orientasi:

Di sebelah barat kampung ada gunung yang tidak begitu besar. Disebut gunung barangkali tidak tepat karena areanya yang terlalu kecil. Lebih tepatnya disebut bukit. Tapi, penduduk kampung, sejak dulu sampai sekarang menyebutnya dengan Gunung Beser.

Meski areanya kecil, jangan tanya siapa saja penduduk yang pernah masuk ke dalam Gunung Beser. Mereka akan bergidik hanya membayangkan keangkerannya. Mereka, kakek-nenek sampai anak-anak, hafal cerita keangkeran Gunung Beser.

Saat pendudukan Belanda, di kampungsaya ada seorang tokoh yang melawanBelanda yang berjuang sendirian tanpapasukan bernama Jayasakti. Tentu sajatokoh ini menjadi incaran Belanda untukditangkap dan dipenjarakan. Jayasakti laridari kampung ke Gunung Beser danbersembunyi agar Belanda tidakmenimpakan kemarahan kepadamasyarakat kampungnya. Bertahun-tahun pasukan Belanda dan centeng-centeng Demang mengepung GunungBeser, tapi Jayasakti tidak pernahmenyerah. Pasukan Belanda dengandipandu centeng-centeng demangpernah melacak Jayasakti ke dalamgunung, tapi tidak ada seorangpun darimereka yang selamat. Kata orang-orangpintar, Jayasakti bersemedi dan tubuhnyamenjadi pohon harum yang baunya dibawa angin ke sekitar gunung.

Baca Juga: Kunci Jawaban IPS Kelas 9 Halaman 149,150,Uji Kompetensi Pilihan Ganda dan Esai

Rangkaian Peristiwa:

Karena cerita itu dipercayakebenarannya, tidak seorang punpenduduk berani masuk ke kelebatanGunung Beser. Mereka menghormatiperjuangan yang pernah dilakukan Mbah Jayasakti. Selain itu, konon, mereka takutmasuk ke dalam gunung karena dulu adabeberapa orang pencari kayu bakar nekad masuk ke dalam, akan tetapi diabernasib seperti pasukan Belanda dancenteng-centeng demang itu, tidak bisakembali. Siapapun akan berhati-hati bilaberhubungan dengan Gunung Beser. Parapencari kayu bakar dan penyabit rumput hanya berani sampai ke kaki gunung.

Sejak saya ingat, cerita yang diketahuiseluruh penduduk kampung juga meliputikharisma Gunung Beser. Tiap malamtertentu, katanya, dari Gunung Beserkeluar cahaya yang begitu menyejukkan.Hanya orang tertentu yang melihatcahaya itu. Konon, apabila seseorangdapat melihat cahaya itu dengan matabatinnya, maka ia termasuk orang yangbijaksana dan tinggi ilmunya. Apa bila ada seorang saja dari seluruh pendudukkampung yang bisa melihat cahaya itu,artinya Mbah Jayasakti, begitu pendudukkampung menyebut penghuni GunungBeser, melindungi kampung. Tapi bila adaorang yang sembrono melanggarkeheningan Gunung Beser, MbahJayasakti bisa marah. Jangankanmenebang pohon tanpa izin, masuk sajake dalam gunung bisa kualat. Bisa-bisadianggap mata-mata Belanda oleh MbahJayasakti. Itulah sebabnya pendudukkampung begitu takut menggangguketenangan Gunung Beser.

Bagi saya, Gunung Beser menyimpankenangan tersendiri. Sejak umur 5 tahunsaya sering tidur di rumah Kakek. Setiapsubuh Kakek membangunkan saya danmengajak pergi ke masjid kecil di pinggirsawah. Saya yang kadang masih merasangantuk, begitu turun dari rumah selalutakjub melihat Gunung Beser berdirikokoh. Saya merasa kesegaran pagi--harum dedaunan dan bau tanah adalahbau khas Gunung Beser. Saya selalu berharap begitu turun dari rumah bisamelihat gunung itu bercahaya.

Selesai sholat Kakek biasa mengontrol airsawah. Saya selalu menguntitnya daribelakang tanpa banyak bicara. Barangkalianak lain akan mengeluh karena air danudara sawah dingin. Tapi, saya tidak. Sayamenyukai kesegaran air dan udara itu.Tak jarang saya mandi di pancuransawah.

Dari pematang yang lebar-lebar sayamenyaksikan bagaimana Gunung Beseryang seperti patung raksasa hitam itulambat laun bercahaya tertimpa sinarmatahari. Saya sering beranggapanbahwa cahaya itu bukan dari matahari,tapi keluar dari hati saya sendiri. Setiapmelihat dedaunan yang bergoyangan,saya sering melamun melihat Jayasaktisholat di atas daun pisang.

Bagi sawah-sawah di kampung saya, airtidak mesti diperebutkan. Gunung Besermemang memberikan air yang melimpah.Nama Gunung Beser sendiri berartimengeluarkan air terus-terusan. Mata airyang berada di kaki gunung mengalirkansungai yang lumayan besar. Sebagian airitu dialirkan ke kampung untukmemenuhi bak-bak mandi. Sisanya yangmasih melimpah mengairi sawah dankolam. Selain itu, masih banyak mata airkecil yang dipakai penduduk sebagai pancuran.

Oleh karena itu, belum pernah ada beritapara petani berkelahi karena berebut air.Kakek dan para petani lain yang jugasering mengontrol sawah pagi-pagi,bukan mengontrol takut sawahkekeringan, tepi memeriksa kalau adaurugan kecil atau lubang-lubang yangdibikin ketam. Atau siapa tahu adaberang-berang yang menyerang kolam. Biasanya pemangsa ikan itu menyisakankepala ikan di atas pematang. Bila hal ituterjadi, kemarahan para petani tidakakan terbendung lagi. Berang-berang ituakan diburu oleh orang sekampung.

Saya tidak begitu jelas menangkap apa yang dibicarakan mereka. Akan tetapi, dari nada suara yang semakin meninggi, saya tahu bahwa mereka bersitegang. Saya mengintip peristiwa itu dari balik kamar. Saya bersiap meloncat seandainya mereka melakukan kekerasan terhadap Kakek. Akan tetapi, kejadian yang saya lamunkan itu tidak terjadi. Mereka pulang setelah terlebih dahulu menyalami kakek. Besoknya saya baru tahu bahwa kakek menyetujui pembukaan sebagian Gunung Beser.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75

Komplikasi:

"Saat ini saat sulit", kata Kakek ketika malamnya saya menanyakan kenapa Kakek menyetujui pembukaan sebagian Gunung Beser.
"Semakin banyak kebutuhan hidup dan semakin banyak orang yang merasa pintar. Tapi, orang-orang pintar itu tidak tahu tentang kebijaksanaan. Mereka tidak sadar bahwa sebagian besar manusia yang ada di dunia ini adalah yang ada di bawah standar kepintaran. Kisah Mbah Jayasakti masih diperlukan untuk melindungi Gunung Beser. "

Saya kurang mengerti apa yang dikatakan Kakek. Dan ketika malam besoknya kakek bercerita bahwa Mbah Jayasakti dan keangkeran Gunung Beser itu tidak ada, saya semakin tidak mengerti dengan kakek kalau begitu, kenapa tidak dari dulu Gunung Beser itu dibuka?

"Gunung Beser akan marah kalau dibuka," kata Kakek.
"Kan Mbah Jayasakti dan keangkeran itu tidak ada."
"Ya, tidak ada. Akan tetapi, Gunung Beser akan tetap marah bila dibuka."
"Kenapa Kakek menyetujui?"
"Mereka berjanji akan membuka sampai perbatasan kaki gunung saja."

Pembukaan kaki Gunung Beser itu akan dilakukan bergotong-royong Bantuan tenaga dan dana besar dari pihak pabrik disambut masyarakat. Kejadian yang semakin langka itu ditandai dengan syukuran kampung yang dipimpin oleh pak bupati yang sengaja datang. Tidak ada kejadian-kejadian aneh selama pembukaan kaki gunung. Tanaman pun tumbuh bagus karena tanahnya memang subur dan air melimpah. Rumah-rumah dibangun karena pabrik-pabrik membutuhkan pekerja banyak yang sebagian besar didatangkan dari daerah lain. Para penggerak pembangunan itu mendapatkan pujian dari hampir seluruh penduduk kampung. Mereka dibicarakan di setiap pertemuan resmi dan tidak resmi.

Kakek meninggal tidak lama kemudian. Kematian Kakek tidak mendatangkan perhatian yang besar dari penduduk. Saya sedikit cemburu kepada penggerak pembangunan yang sudah mencuri perhatian penduduk dari Kakek itu. Tapi, kecemburuan itu bisa diredam karena saya yang sudah masuk sekolah menengah mengagumi juga apa yang mereka lakukan. Keberhasilan pertanian dan pabrik itu memberi kemewahan tersendiri bagi kampung saya. Sarana-sarana umum dibangun. Banyak rumah memiliki pesawat televisi. Semakin banyak anak-anak yang meneruskan sekolah ke kota. Akan tetapi, kepercayaan bahwa keangkeran Gunung Beser itu tidak ada, mendorong penduduk untuk membuka Gunung Beser lebih jauh. Tempat-tempat pertanian baru dibuka, rumah-rumah dibangun, pengusaha-pengusaha yang memanfaatkan mata air besar dibangun. Izin-izin pengelola Gunung Beser banyak dimiliki orang. Pohon-pohon besar ditebang. Yang tidak punya izin, berdagang kayu sembunyi-sembunyi. Gunung Beser bercahaya siang malam. Sinar matahari memantul dari bangunan-bangunan dan daerah-daerah kering.

Malam bercahaya oleh maraknya listrik. Penduduk kampung, termasuk saya, menyambut kemajuan itu. Akan tetapi, mereka termasuk saya, tidak menyadari bahwa di kampung semakin sering terdengar berita adanya perkelahian petani gara-gara berebut air, para remaja putus sekolah kebingungan mencari kerja karena menggarap lahan pertanian yang semakin tidak subur itu terasa rendah, musim yang datang tidak lagi bersahabat. Tiba-tiba saya merasa bahwa hal seperti itu merupakan bagian dari kampung saya. Kekeringan dimusim kemarau dan banjir-banjir kecil di musim hujan tidak asing. Tapi, para penduduk tidak menyerah. Alam harus ditaklukkan. Kipas angin dan kulkas menjadi kebutuhan di musim kemarau. Bendungan-bendungan kecil dibangun untuk menanggulangi musim hujan. Tiba-tiba saya merasa bahwa persahabatan dengan alam menghilang dari kamus kampung saya. Perlawanan terhadap alam itu berakhir ketika tahun yang oleh peneliti disebut El Nino itu tiba. Kekeringan membakar kampung saya. Banyak bangunan dan lahan yang hangus. Dan, saat musim hujan tiba banjir besar melanda. Rumah-rumah hanya kelihatan atapnya. Saya sedang duduk diatas rumah ketika bantuan puluhan perahu itu tiba.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 63-75, Mengidentifikasi Unsur Cerpen ‘Pohon Keramat’

Resolusi:

Saya hanya bisa mencatat peristiwa-peristiwa seperti itu tanpa mengerti apa yang telah terjadi. Seperti kebanyakan remaja di kampung saya, saya kebingungan dengan banyak peristiwa. Saya merasa bahwa keinginan saya satu-satunya saat ini adalah bermain gitar dan berteriak sepuas-puasnya.

Kegiatan 3: Pertanyaan Telaah Struktur dan Isi Cerpen

1. Bagaimana pendapatmu dengan alur (plot) cerpen “Pohon Keramat”, mudah diikuti atau aliran cerita tersendat-sendat? Mengapa?

Alternatif jawaban:

Menurut saya alur (plot) cerpen “Phon Keramat” mudah diikuti karena menggunakan alur maju dengan bahasa cerita yang mudah dipahami dan diikuti.

2. Cerpen “Pohon Keramat” memberi pelajaran yang serius. Dapatkah kamu menangkap pesan itu?

Alternatif jawaban:

Saya dapat menangkap pesan cerpen “Pohon Keramat” yakni manusia harus bisa bersahabat dengan alam dengan cara tidak merusak alam. Karena dengan itulah manusia dapat terhindar dari berbagai bencana alam seperti banjir atau kekeringan.

Baca Juga: Kunci Jawaban IPA Kelas 9 Halaman 159 Semester 1 Nomor 1-5: BAB 3 tentang Pewarisan Sifat Makhluk Hidup

3. Apa yang dimaksud dengan ucapan tokoh kakek berikut: “Semakin banyak kebutuhan hidup dan semakin banyak orang yang merasa pintar. Tapi, orang-orang pintar itu tidak tahu tentang kebijaksanaan. Mereka tidak sadar bahwa sebagian besar manusia yang ada di dunia ini adalah yang ada di bawah standar kepintaran. Kisah Mbah Jayasakti masih diperlukan untuk melindungi Gunung Beser. "

Alternatif jawaban:

Maksud ucapan tokoh kakek di atas adalah bahwa manusia yang merasa pintar terkadang lalai dalam hal kebijaksanaan. Dalam menjalani kehidupan manusia harus menyetarakan kepintaran dengan kebijaksanaan agar terhindar dari bencana hasil perkembangan.

Disclaimer:

1) Jawaban bersifat terbuka, dimungkinkan bagi siswa untuk dapat mengeksplorasi jawaban lebih baik.
2) Jawaban ini telah diverifikasi dan disetujui oleh Gilang Rafiqa Sari, S.Pd alumni Universitas Negeri Malang
3) Artikel kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 9 ini tidak mutlak menjamin kebenaran jawaban karena tidak menutup kemungkinan ada eksplorasi jawaban lainnya.***

Editor: Gilang Rafiqa Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah