Angklung: Mengenal Sejarah, Jenis dan Cara Memainkan Alat Musik Bambu Ini

- 16 November 2022, 15:21 WIB
Mengenal Angklung dari sejarah, jenis dan cara memainkan.
Mengenal Angklung dari sejarah, jenis dan cara memainkan. /Pixabay/triyugowicaksono

MALANG TERKINI - Angklung adalah alat musik tradisional khas Jawa Barat Indonesia terbuat dari bambu yang memiliki sejarah dan jenis yang bermacam-macam.

Berupa tabung-tabung bambu yang saling berbenturan ketika digoyangkan menghasilkan nada atau suara khas dari Angklung ini.

Angklung mulai berkembang di kalangan kerajaan Sunda sejak abad ke-12 sebagai alat musik pengiring pemujaan dan penyemangat perang.

Baca Juga: Selamat Hari Angklung Sedunia 2022! Kata-kata dan Twibbon Apa yang Cocok Diunggah pada 16 November?

Berbagai jenis Angklung dibedakan antara lain: Angklung Dogdog Lojor, Angklung Padaeng, Angklung Gubrag, dan Angklung Kanekes.

Sebagai wujud penghargaan dunia, Angklung telah terdaftar sebagai warisan budaya internasional di UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity sejak November 2010.

Berikut mari kita mengenal sejarah, jenis, dan berbagai teknik cara memainkan Angklung.

Sejarah Angklung

Sejak abad ke-12 hingga ke-16, Angklung digunakan di lingkungan kerajaan Sunda. Dipakai untuk memuja Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi kemakmuran.

Bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa Angklung telah ada di Indonesia jauh sebelum masuknya Hindu di Nusantara.

Selain itu, alat musik tradisional ini juga dimainkan pada saat terjadi perang sebagai penyemangat pertempuran para prajurit Sunda.

Baca Juga: Daftar Skuad Timnas Australia Pada Piala Dunia 2022, Beberapa Pemainnya Sudah Berada Di Qatar

Angkleung-angkleungan menjadi asal mula nama Angklung dari bahasa Sunda. Dari sudut etimologi, nama Angklung berasal dari kata 'Angka' dan 'Lung'.

'Angka' yang memiliki arti 'nada', dan 'Lung' yang memiliki arti 'pecah' atau 'terpisah', jadi Angklung merupakan nada-nada yang terpisah.

Seiring perkembangannya, Angklung mulai menyebar dan dikenal tidak hanya di kalangan masyarakat Sunda yang identik dengan Jawa Barat.

Angklung juga dapat dijumpai di daerah Lampung Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Kalimantan.

Terdapat dua tokoh yang sangat berpengaruh terhadap berkembangnya alat musik Angklung ini, adalah Daeng Soetigna dan muridnya Udjo Ngalagena (Mang Udjo).

Daeng Soetigna yang disebut sebagai Bapak Angklung sedunia telah menciptakan Angklung sejak 1938 dan dilanjutkan sang murid dengan mendirikan 'Saung Angklung'.

Pada tahun 1938 tersebut, Daeng Soetigna berhasil menciptakan Angklung yang dapat dikombinasikan dengan berbagai alat musik dengan mengubah tangga nada menjadi diatonis.

Angklung bertangga nada diatonis inilah yang membuat semakin dikenal dunia karena sangat leluasa dikolaborasikan dengan berbagai alat musik.

Hingga akhirnya, pengakuan UNESCO atas alat musik tradisional ini diberikan pada November 2010 lalu.

Baca Juga: Alex Pereira UFC Petarung MMA Asal Brasil, Profil dan Biodata: Umur, Prestasi, Rekor, Ranking Terbaru 2022

Jenis-jenis Angklung

Pada umumnya, Angklung berbentuk sama dari tabung-tabung bambu yang disusun berjumlah minimal 2 buah dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan tinggi rendah nada.

Namun, menurut kegunaan dan waktu memainkan Angklung dibedakan menjadi beberapa jenis.

1. Angklung Dogdog Lojor

Dikalangan masyarakat adat Banten Kidul yang tersebar di lereng gunung Halimun, terdapat kesenian adat yang bernama Dogdog Lojor.

Kesenian ini diiringi dengan 6 instrumen yang terdiri dari 2 instrumen utama Dogdog Lojor dan 4 instrumen Angklung besar.

Pada zaman Hindu-Budha, kesenian ini dilaksanakan pada saat ritual bercocok tanam, baik ketika akan menanam maupun di saat melakukan panen.

Memasuki era Islam, kesenian ini juga dipakai untuk mengiringi upacara pernikahan dan khitanan, sehingga menjadi sangat meriah.

Baca Juga: Puisi Selamat Hari Angklung Sedunia, Inilah Makna Sejarah Dibalik Alat Musik Tradisional Asli Jawa Barat

2. Angklung Gubrag

Angklung Gubrag lebih tepat dikatakan sebagai benda peninggalan sejarah, karena hanya ada satu buah saja, yakni di kampung Cipining kecamatan Cigudeg, Bogor.

Angklung ini dianggap (mitos) sebagai penolong warga Cipining tatkala menghadapi masa paceklik akibat Dewi Sri yang tidak menurunkan hujan.

Pada saat para petani kampung Cipining melakukan penanaman, mengangkut dan menyimpan padi di lumbung, Angklung ini selalu dibawa serta sebagai wujud penghormatan kepada Dewi Sri.

3. Angklung Padaeng

Angklung Padaeng inilah yang dipopulerkan oleh Daeng Soetigna. Angklung bertangga nada diatonik yang bisa leluasa dimainkan bersama alat musik lain.

Sebab itulah, berbagai jenis Angklung juga berkembang dari satu jenis Angklung Padaeng ini menyesuaikan dengan kebutuhan permainan.

Satu perangkat Angklung Padaeng bisa berjumlah hingga 42 Angklung, yang terdiri dari 31 melodi kecil dan 11 melodi besar.

Akan lebih lengkap jika ditambahkan Angklung yang bersifat pengiring nada harmoni yang disebut dengan Angklung Padaeng Akompanimen.

Semakin berkembangnya Angklung Padaeng pada jenis dan kebutuhannya, berbagai tipe bermunculan seperti Angklung Arumba, Angklung Sarinande, Angklung Sri Murni, dan Angklung Toel.

Baca Juga: KTT G20 Bali: Inilah Deretan Presiden dan Pemimpin Dunia yang Hadir, Ada Volodymyr Zelenskyy?

4. Angklung Kanekes

Angklung Kanekes merupakan jenis Angklung satu-satunya yang fungsi dan cara pembuatannya masih murni dan asli oleh masyarakat suku Baduy, Banten.

Angklung ini benar-benar lestari dan digunakan sebagai ritual pemujaan pada saat menanam dan memanen padi di ladang, bukan untuk hiburan suka ria.

Dibuat khusus oleh para keturunan pembuat Angklung dari suku Baduy dalam (Kajeroan) , dan boleh dimainkan oleh suku Baduy dalam dan Baduy luar (Kaluaran).

Bahkan, masyarakat Baduy memberikan nama masing-masing dari setiap perangkat Angklung Kanekes, yaitu mulai dari roel, torolok, indung leutik, engklok, gunjing, dongdong, ringkung, dan indung.

Baca Juga: Biodata Ning Umi Laila Lengkap: Umur, Keluarga, Akun IG, TikTok, hingga Status

Cara dan teknik memainkan Angklung

Cara memainkan alat musik ini terbilang sangat mudah yaitu cukup dengan menggoyangkannya saja sudah menimbulkan nada atau suara.

Namun memerlukan beberapa teknik dalam memainkan Angklung supaya tercipta harmonisasi dengan pemain Angklung yang lainnya.

Berikut tiga teknik dasar cara memainkan Angklung:

1. Getar (Kurulung)

Teknik ini sangat umum digunakan untuk menghasilkan nada Angklung. Satu tangan menggoyangkan dan satu tangan lagi memegang rangka Angklung.

Digoyangkan pada saat (timing) yang tepat pada gilirannya berbunyi sesuai urutan permainan yang diinginkan.

Baca Juga: Teks Prosedur Cara Membuat Angklung, Kunci Jawaban Bahasa Indonesia, Kelas 7 Halaman 105

2. Sentak (Cetok)

Sering disebut dengan teknik Staccato, yaitu teknik menghentakkan tabung bawah Angklung menuju telapak tangan menggunakan jari, sehingga Angklung cukup sekali menimbulkan bunyi.

3. Tangkap (Tengkep)

Teknik menggoyangkan Angklung yang mirip dengan teknik Kurulung, namun terdapat salah satu tabung bambu yang dipegang (ditengkep) supaya tidak mengeluarkan nada.

Nah, itulah sejarah, jenis dan berbagai teknik dasar cara memainkan Angklung dikutip dari Peta Budaya.***

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah