Tim Peneliti Internasional Usulkan Nama Spesies Homo Bodoensis untuk Memperdalam Pemahaman Nenek Moyang

- 1 November 2021, 18:27 WIB
Homo bodoensis, nama spesies manusia purba yang baru diusulkan para peneliti internasional yang masih menuai komentar para antropolog.
Homo bodoensis, nama spesies manusia purba yang baru diusulkan para peneliti internasional yang masih menuai komentar para antropolog. /Pixabay/Syaifulptak57

Spesimen itu sebelumnya diklasifikasikan sebagai spesies Homo heidelbergensis, yang jenisnya spesimen ditemukan di Jerman pada tahun 1907.

Dalam beberapa versi tentang asal usul manusia, Homo heidelbergensis dianggap sebagai nenek moyang dari semua kelompok manusia, termasuk Neanderthal dan Homo sapiens.

Berdasarkan ukuran tengkoraknya, spesimen Bodo adalah nenek moyang manusia, tetapi tim mencatat bahwa ia tidak memiliki ciri-ciri yang ditemukan pada Neanderthal.

Ini mungkin terkait dengan jenis lain dari genus Homo yang tampaknya terpisah dari Neanderthal dan menyebar ke Timur Tengah, serta Balkan selama era Pertengahan Pleistosen. Itu juga termasuk sebagian tulang rahang, ditemukan di Serbia oleh Dr. Roksandic lebih dari satu dekade lalu.

Baca Juga: Lisa BLACKPINK Kembali Torehkan Sejarah Baru Musik K-pop

Dia mengatakan bukti tidak mendukung gagasan bahwa Homo heidelbergensis ditemukan di Afrika atau menjadi nenek moyang manusia modern. Sebaliknya, tim berpendapat bahwa fosil Homo heidelbergensis yang ditemukan di Eropa lebih mirip Neanderthal.

Dalam interpretasi alternatif yang diajukan oleh tim, yang muncul di Afrika adalah Homo bodoensis, sekitar 800.000 tahun yang lalu dan kemudian memunculkan Homo sapiens.

Susunan silsilah manusia seperti itu juga akan membuat nama spesies Homo rhodesiensis tidak lagi dibutuhkan. Homo rhodesiensis didasarkan pada fosil yang ditemukan pada tahun 1921 di tempat yang sekarang disebut Zambia. Sebelumnya disebut Rhodesia Utara yang namanya diambil dari nama kolonialis Inggris dan raja pertambangan Cecil Rhodes.

Dalam makalahnya, tim tersebut menulis bahwa, selain dianggap asing, nama Homo rhodesiensis dikaitkan dengan beban sosiopolitik yang tidak dikehendaki oleh komunitas ilmiah mereka.

Baca Juga: Kampung Seni di Malang, Wisata Sembari Lestarikan Warisan Nenek Moyang

Halaman:

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah

Sumber: The Globe and Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah