Siapa Pelaku Abuse of Power? Tindakan Penyalahgunaan Kekuasaan yang Ciptakan Lingkungan Kerja Toxic

26 Maret 2023, 19:25 WIB
Ilustrasi. Abuse of Power, seseorang dengan kepribadian narsistik yang memiliki hak istimewa di tempat kerja menyalahgunakan kekuasaannya dengan cara menindas, mempermalukan, mengancam, atau mengejek orang lain. /Freepik/ macrovector

MALANG TERKINI – Sangat penting untuk memahami psikologi pelaku ‘abuse of power’ atau seseorang yang menyalahgunakan kekuasaan di tempat kerja. Karena perilaku ini dapat menumbuhkan lingkungan kerja toxic dan tidak nyaman.

Penindasan atau ‘abuse of power’ di tempat kerja dapat berdampak negatif baik bagi korban maupun budaya dari perusahaan itu sendiri. Penyalahgunaan kekuasaan dapat menumbuhkan lingkungan kerja tidak sehat dan dapat menurunkan moral karyawannya.

Apa itu Penyalahgunaan Kekuasaan?

Dilansir Malang Terkini dari Business.com, ‘abuse of power’ atau penyalahgunaan kekuasaan adalah masalah yang pernah dialami oleh sebagian besar orang, entah diakuinya di depan umum atau tidak. Kontroversi dan perdebatan seputar topik ini terus mendapatkan perhatian, terutama di tempat kerja.

Baca Juga: Kenali 5 Tanda Seseorang Mengalami Toxic Relationship dengan Diri Sendiri

Orang yang melakukan ‘abuse of power’ atau kekerasan, bertindak dengan cara memperoleh dan mempertahankan kekuasaan atas korbannya dengan perilaku yang mengontrol atau memaksa, dan terus menjadikan orang tersebut mengalami pelecehan psikologis, fisik, seksual, atau keuangan.

Kejadian ini sudah banyak kita lihat di media sosial, kasus kekerasan atau pelecehan ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun, sering diabaikan, dan mungkin didukung juga oleh orang-orang di sekitar pelaku.

Tidak mengambil tindakan untuk menghentikan pelecehan adalah juga menjadi pelaku pada kekerasan atau pelecehan itu sendiri.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Toxic pada Diri Sendiri, Nomor 3 Paling Ekstrim

Pelaku ‘Abuse of Power’ Memiliki Gangguan Kepribadian Narsistik

Individu yang kasar atau memiliki kecenderungan narsistik mungkin memiliki gangguan kepribadian narsistik atau Narcissistic Personality Disorder (NPD). Penelitian dari Klinik Cleveland menunjukkan bahwa 5 persen populasi di dunia memiliki gangguan kepribadian NPD.

Narsistik memiliki kebutuhan untuk membuat diri mereka terlihat mengesankan, mendambakan kekaguman dan kekuasaan, kurang empati, dan sering bertindak arogan. Ketika perilaku narsis muncul, dapat mencetus kasus penyalahgunaan kekuasaan.

Cara Pelaku Kekerasan ‘Abuse of Power’ Menyalahgunakan Kekuasaan

Di tempat kerja, orang dapat menyalahgunakan kekuasaan mereka dengan beberapa cara, baik dengan memilih dengan cara bias atau prasangka, dengan menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman, ataupun dengan menyalahgunakan kekuasaan mereka dalam situasi disipliner.

Baca Juga: Lirik Lagu Bukan Manusia - Marion Jola yang Berhasil Trending YouTube, Bercerita Tentang Toxic Relationship

Tindakan narsisme dan penyalahgunaan kekuasaan ini dapat menciptakan kondisi kerja yang sangat berbahaya, budaya toxic dan tidak nyaman bagi karyawan.

Mengapa Penyalahgunaan Kekuasaan Terus Berlanjut?

Korban pelecehan seringkali stres dan bingung dengan situasi mereka. Kebingungan ini dapat menghalangi kepercayaan orang tersebut untuk melaporkan masalah ini, atau mereka mengabaikannya, mengira masalah tersebut akan hilang pada waktunya, yang faktanya tidak mungkin hilang begitu saja.

Akibatnya, kasus-kasus ‘abuse of power’ ini seringkali tidak dilaporkan dan tidak terdeteksi, karena korban merasa bahwa ancaman tindakan bisa lebih buruk daripada bentuk kekerasan yang sebenarnya. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana pelaku merasa dia telah lolos dari kejahatan dan melanjutkan perilaku kasar mereka.

Baca Juga: Sinopsis Film Dhadak, Kisah Cinta yang Terhalang Kekuasaan

Bagaimana Penyalahgunaan Kekuasaan Terjadi di Tempat Kerja?

Di lingkungan kerja, tindakan ‘abuse of power’ terhadap staf dapat bermanifestasi dalam berbagai cara yang merugikan. Penyalahgunaan biasanya berasal dari individu yang memegang kekuasaan, misalnya oleh bos, eksekutif atau manajer.

Orang-orang ini dapat memberikan tekanan dan menggertak atau memaksa karyawan mereka ke dalam situasi yang sulit atau penuh tekanan.

Mereka yang menyalahgunakan kekuasaan atau ‘abuse of power’, selalu berusaha mengelilingi diri mereka dengan orang-orang lain yang berkuasa atau orang-orang yang cenderung setuju dengan mereka.

 

Ketika seseorang dengan hak istimewa di tempat kerja menyalahgunakan kekuasaannya, mereka dapat mempermalukan, mengancam, atau mengejek orang lain.

Staf yang mengalami penyalahgunaan kekuasaan mungkin stres, berada di bawah tekanan yang sangat besar, dan merasa semakin tidak percaya terhadap pekerjaan atau rekan kerja mereka.

Bagaimana Menghentikan ‘Abuse of Power’ di Tempat Kerja?

Untuk mencegah tindakan dan memberi sanksi bagi para pelaku ‘abuse of power’, perusahaan dapat melakukan cara-cara sebagai berikut:

Baca Juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 7 Halaman 145-147 Bab 6 Alam Semesta Sebagai Tanda Kekuasaan Allah, Kurikulum Merdeka

1. Membuat ruang diskusi
Memiliki sistem operasi yang memberikan ruang bagi karyawan untuk mendiskusikan keluhan atau pelanggaran dengan staf eksekutif atau SDM.

2. Penerapan kode etik
Dengan adanya buku pegangan bersama tim SDM maka dapat melindungi hak, batasan, dan kesehatan karyawan dengan sebaik-baiknya.

3. Buat aturan kedisiplinan
Ketika solusi pencegahan tidak lagi melindungi karyawan, siapkan langkah-langkah untuk menghentikan dan menghadapi pelanggaran di tempat kerja, misal dengan dibuat kebijakan Surat Teguran dan Surat Peringatan.

4. Buat sistem pendukung pencegahan tindakan kekerasan
Ciptakan ruang di mana karyawan dapat berbagi pengalaman dengan aman. Ini bisa dalam bentuk kelompok afinitas, konseling dengan sumber daya manusia, survei staf, dan lain-lain.

Baca Juga: Terkait Sengketa Tanah, Rocky Gerung Sebut Ada Perselingkuhan Pemodal Besar dengan Kekuasaan

Ketika regulasi gagal, maka perlu kembali ke karakter, dan disinilah letak tantangan etisnya. Karakter lahir dari kebajikan moral, keberanian dan kehormatan. Dalam hal ini, suatu perusahaan perlu memastikan membangun karyawan yang berkarakter.

Budaya organisasi harus memiliki sistem untuk mendorong karyawan agar menyadari perilaku atau pengaruh yang mungkin tidak dapat diterima, serta berbicara tentang perilaku tersebut. Pemimpin organisasi, regulator, perlu untuk menegakkan kebijakan, menyadari, dan memahami implikasi dan risiko dari apa yang terjadi di organisasi mereka dan kewajiban yang mereka hadapi.

Perlu Keberanian Meneriakkan Perilaku Buruk Pelaku ‘Abuse of Power’

Individu perlu menunjukkan keberanian untuk melawan tindakan kekerasan, berani meneriakkan perilaku buruk ‘abuse of power’, dan ketika menghadapi situasi itu, memiliki bahasa untuk mengartikulasikan apa yang sedang terjadi dengan jelas.

Ketika perusahaan tidak mengutamakan kesejahteraan dan kesehatan mental karyawannya, hal itu tidak hanya merugikan staf tetapi juga perusahaan secara keseluruhan. Tindakan ‘abuse of power’ atau penyalahgunaan kekuasaan dapat menurunkan moral karyawan, meningkatkan perputaran karyawan, dan menurunkan produktivitas.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari

Tags

Terkini

Terpopuler