Pesan Moral Cerita Rakyat ‘Malin Kundang’: Jangan Durhaka Kepada Orang Tua

- 22 April 2022, 21:08 WIB
Ilustrasi: Jangan Durhaka Kepada Orang Tua, Jadi Pesan Moral Utama dari Cerita Rakyat ‘Malin Kundang’
Ilustrasi: Jangan Durhaka Kepada Orang Tua, Jadi Pesan Moral Utama dari Cerita Rakyat ‘Malin Kundang’ /Pixabay.com/Comfreak//

 

MALANG TERKINI – Cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang merupakan cerita yang begitu populer dengan mengandung beberapa poin pesan moral yang menjadi pelajaran bagi anak.

Siapa yang belum mendengarkan kisah si Malin Kundang? Tentunya kisah yang dijadikan cerita rakyat ini menjadi sebuah cerita yang tahun demi tahun selalu terngiang dan menjadi bahan pelajaran terkhusus bagi anak-anak.

Pasalnya, cerita rakyat merupakan suatu cerita yang berasal dari masyarakat yang ada di setiap daerah Indonesia. Selain itu, cerita rakyat ini juga diwariskan secara turun temurun.

Baca Juga: Pesan Moral Cerita ‘Malin Kundang’, Kisah Anak Durhaka

Tujuan adanya cerita ini adalah sebagai pembelajaran gemerasi ke generasi terkait sikap dan moral baik yang tentunya harus dimiliki oleh setiap orang.

Cerita Malin Kundang sendiri merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Indonesia, tepatnya di wilayah Sumatera Barat.

Cerita rakyat tersebut juga menjadi bagian dari cerita yang sudah banyak di publikasikan tidak hanya melalui buku kumpulan cerita rakyat, namun juga buku-buku pelajaran siswa yang ada sampai saat ini, hingga drama dan film.

Mengapa demikian? Hal tersebut karena cerita Malin Kundang sendiri memiliki pesan moral yang sangat berarti bagi kehidupan seseorang terutama bagi hubungan antara anak dan orang tua.

Baca Juga: Pesan Moral Dongeng Cerita Timun Mas, Perjuangan Gadis Kecil Melawan Raksasa

Seperti yang sudah diketahui bahwa cerita Malin Kundang berawal dari sebuah keluarga yang hidup dengan serba kekurangan.

Dimana di dalam keluarga tersebut terdapat sepasang orang tua dan seorang anak. Anak tersebut bernama Malin Kundang.

Singkat cerita, karena kebutuhan hidup sudah semakin tak bisa dibendung lagi, maka Bapak Malin Kundang pergi bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut hingga ke negeri seberang.

Sekian lama Bapak Malin Kundang tidak kunjung pulang sehingga menambah beban si Ibu Malin Kundang karena harus memikirkan hal lain lagi selain kebutuhan hidup.

Baca Juga: Temukan Pesan Moral dalam Teks ‘Taman Bermain yang Hilang’? Kunci Jawaban Kelas 4 Tema 4 Halaman 90 dan 91

Hari demi hari Malin Kundang semakin bertambah dewasa dan mulai berfikir untuk mengikuti jejak Bapaknya, yakni untuk merantau. Selain itu, Malin Kundang juga sangat berambisi untuk menjadi seorang yang kaya raya.

Sekian lama merantau, di negeri seberang ternyata ia sudah bisa menikahi seorang wanita kaya.

Singkat waktu, setelah sekian waktu menikah, Malin Kundang mengajak istrinya tersebut untuk berlayar. Dan tak disangka malah berlayar sampai ke kampung halamannya dulu.

Di saat itu Ibu Malin Kundang melihat kapal yang ditumpangi tersebut dan meyakini bahwa yang ada di atasnya adalah anaknya, Malin Kundang.

Saat mendarat dari perairan, Ibu Malin Kundang membenarkan pernyataanya tersebut, kemudian mendekat dan langsung menyambut anaknya.

Baca Juga: 15 Beasiswa Ini Bisa Bantu Kamu untuk Merasakan Pendidikan Luar Negeri dengan Jangka Pendek

Namun, yang tak disangka adalah Malin Kundang malah tidak menganggap Ibunya.

Malin Kundang atau Malin pura-pura tidak mengenalinya. Bahkan, Malin mengatakan kepada awak kapal dan istrinya, bahwa Ibunya adalah seorang pengemis.

Tentunya, Ibu Malin sakit hati dan mendoakan anaknya sekaligus mengutuknya menjadi batu.

Di saat yang sama, angin bertiup kencang dan badai hingga menghancurkan kapal miliknya sekaligus menjadikan Malin menjadi batu tanpa sempat mengucapkan maaf kepada sang Ibu.

Baca Juga: Presiden Jokowi Pastikan Ekspor Bahan Baku dan Minyak Goreng Dilarang Mulai 28 April 2022

Dari cerita tersebut terdapat beberapa pesan moral yang bisa diangkat, yakni:

1. Jika bekerja merantau, sesekali jenguk orang tua yang ada di rumah. Walau hanya satu dua hari di rumah.

2. Jangan pernah menyakiti hati seorang orang tua terlebih seorang Ibu yang telah mengandung dan melahirkan kita.

3. Jangan durhaka kepada orang tua selalu hormat kepada mereka karena sudah memberi pengorbanan yang tak ternilai demi keberlangsungan hidup kita.

4. Berbohong dengan keadaan yang kita punya akan melahirkan kebohongan yang lain.

5. Harta atau rezeki seorang anak juga menjadi harta atau rezeki orang tua. ***

Editor: Gilang Rafiqa Sari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah