Pengurangan Populasi Manusia, Sebuah Solusi untuk Masalah Lingkungan?

- 25 Februari 2023, 07:46 WIB
Apakah depopulasi manusia berpengaruh besar pada lingkungan sekitar?
Apakah depopulasi manusia berpengaruh besar pada lingkungan sekitar? /Pixabay.com/4144132

MALANG TERKINI – Beberapa waktu yang lalu, jagat maya tanah air dihebohkan dengan seorang selebgram bernama lengkap Gita Savitri Devi dengan pernyataannya yang tidak ingin memiliki anak dan mengatakan bahwa memiliki anak itu merupakan sebuah beban atau bahasa kerennya, childfree.

Gaya hidup childfree memang masih menjadi sesuatu yang asing di Indonesia yang memiliki slogan banyak anak banyak rezeki. Walaupun mungkin kelak gaya ini akan menjadi tren di Indonesia, pengaruhnya pada negara ini tidak akan langsung terlihat.

Masyarakat yang menolak gaya ini mungkin mengkhawatirkan adanya penurunan populasi manusia sebagai imbas dari ketidak mauan orang-orang untuk memiliki anak setelah menikah. Namun di berbagai belahan dunia lain, negara-negara yang populasinya jauh di bawah Indonesia malah merencanakan untuk mengurangi populasi demi menghindari kepadatan penduduk yang terlalu tinggi.

Baca Juga: Mengapa Manusia Perlu Tidur? Ini Jawabannya

Sebut saja seperti Rusia, Jerman, Korea Selatan, dan Spanyol yang merencanakan pengendalian populasi penduduk yang akan dimulai pada tahun 2030 mendatang. Negara dengan jumlah penduduk terpadat saat ini yakni China, sudah mulai melakukan pengendalian populasi dengan memperbolehkan maksimal 3 anak. China diperkirakan akan kehilangan separuh penduduknya pada tahun 2100, dari yang awalnya 1,4 miliar menjadi 771 juta jiwa yang dikutip dari euronews.com.

Jika negara-negara di atas merencanakan pengurangan populasi dengan membuat aturan-aturan yang mengendalikan jumlah anak yang diperbolehkan. Negara-negara di Eropa seperti Ukraina, Yunani, Portugal, Polandia, dan negara di Asia seperti Jepang justru mengalami penurunan populasi yang tidak dikehendaki.

Alasan di balik penurunan ini bermacam-macam, seperti Ukraina yang populasinya anjlok akibat invasi dari Rusia. Namun secara umum, penurunan di berbagai negara ini disebabkan oleh tingkat kesuburan wanitanya yang rendah.

Tujuan berbagai negara dalam mengendalikan populasi penduduknya selain untuk mencegah kepadatan yang terlalu tinggi, juga dimaksudkan agar alam sekitar tetap terjaga keasriannya. Manusia yang saat ini menembus 8 miliar jiwa tentunya membutuhkan lahan untuk tempat tinggal. Selain itu makanan pokok yang mayoritas berasal dari jenis sereal juga membutuhkan lahan yang tidak sempit.

Baca Juga: Separuh Populasi Wanita di Dunia Alami Body Shaming, Lakukan 4 Hal Ini

Walaupun mungkin nantinya akan ada inovasi di bidang pertanian yang bisa menghasilkan bahan makanan pokok dari lahan yang terbatas, tetap saja jika populasi manusia tidak dikendalikan maka akan mengancam hewan-hewan yang juga membutuhkan tempat tinggal. Terlebih lagi kendaraan yang dipakai manusia mengeluarkan emisi karbon dan gas-gas berbahaya lainnya.

Namun apakah penurunan jumlah populasi manusia ini akan menjadi solusi untuk mengatasi masalah lingkungan?. Kenyataannya, penduduk dari wilayah Global South atau istilah yang merujuk kepada wilayah dengan populasi padat seperti China, dan India memiliki emisi karbon per kapita yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan emisi karbon per kapita dari wilayah-wilayah jarang penduduk di Amerika dan Eropa sebagaimana yang dikutip dari pnas.org.

Sehingga cara terbaik untuk mengatasi masalah lingkungan bukan terfokus pada pengurangan populasi penduduk melainkan menekan perusahaan-perusahaan ataupun yang menjadi sumber dari banyaknya kerusakan di alam.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari

Sumber: euronews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah