Bersedekah Jangan Nunggu Kaya, Inilah Alasannya Menurut Gus Baha

19 Desember 2021, 07:27 WIB
Ilustrasi - Gus Baha jelaskan kenapa bersedekah tidak harus nunggu kaya /Pixabay/ahmadi19

MALANG TERKINI – Menjadi orang miskin bukanlah halangan untuk bersedekah. Faktanya, orang miskin justru lebih dermawan daripada orang kaya.

Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha mengungkapan alasan kenapa orang miskin potensi dermawannya lebih tinggi daripada orang kaya.

Menurutnya, orang miskin cenderung tidak eman (sayang) jika sebagian uangnya disedekahkan. Alasannya, karena jumlah yang dikeluarkan dianggap kecil oleh kebanyakan orang meskipun jika diprosentase nilainya besar dibanding harta yang dimiliki.

Baca Juga: Detik-detik Gus Baha Ditanya Kenapa Nabi Muhammad SAW Tak Bisa Baca dan Menulis? Jawaban: Justru Bagus!

Gus Baha mencontohkan, “Misalnya Rukhin punya uang 100 ribu, mentraktir temannya habis 10 ribu, biasa apa tidak? Biasa. Padahal 10 ribu dari 100 ribu berapa persen? 10 persen.”

“Sekarang Rukhin punya uang 1 juta. Berani nggak mentraktir temannya habis 100 ribu? Mulai mikir kan? Kalau 100 juta, berani nggak mentraktir temannya 1 juta? Kalau 1 milyar? 100 milyar. Padahal prosentasenya sama,” kata Gus Baha mengilustrasikan.

Karena itu, mumpung miskin, jangan pernah menunggu kaya untuk bersedekah. Sebab kalau sudah kaya, ia pasti keberatan mengeluarkan sedekah dari kekayaannya.

Ada suatu kisah tentang Tsa’labah yang ditegur Allah karena setelah kaya ia enggan bersedekah banyak.

Awalnya, Tsa’labah itu miskin. Setiap selesai salam (shalat) ia langsung lari. Lama-lama Rasulullah penasaran dan menanyainya, “Kamu kalau selesai salam kok lari?”

“Itu kanjeng Nabi, pakaian saya cuma satu. Jadi kalau saya shalat di sini, istri saya belum shalat, masih telanjang. Jadi bajunya gantian,” jawab Tsa’labah.

Baca Juga: Link Nonton Film Layangan Putus Episode 5A-5B, Kinan Mulai Curiga Hingga Sindir Aris Masalah Orang Ketiga

Alhasil, lama-lama Tsa’labah bilang kepada Rasulullah, “Ya Rasulallah, masa saya begini terus? Doakan saya biar kaya, Ya Rasul!”

“Iya, tapi mungkin kamu lebih baik hidup melarat,” jawab Rasulullah.

Sampai tiga kali, akhirnya permintaan Tsa’labah dituruti oleh Rasulullah. “Iya, kamu saya doakan kaya.”

Sejak saat itu Tsa’labah mulai kaya. Ia memiliki kambing banyak, sekitar enam ribuan. Orang Arab menggambarkan banyaknya kambing Tsa’labah seperti memenuhi antara dua bukit.

Namun ironisnya, sejak Tsa’labah kaya, ia mulai tidak pernah ikut jamaah, bahkan hingga tidak ikut shalat Jumat.

Sebenarnya, orang yang memiliki kambing 40 ekor, itu berkewajiban sedekah 1 ekor. Jika 6000 ekor seperti yang dimiliki Tsa’labah maka zakatnya 150 ekor.

Namun, saat Rasulullah memintai zakatnya 150 ekor untuk orang miskin, Tsa’labah enggan. Bahkan ia menganggap Rasulullah sebagai pungli karena memintai zakat berlebihan.

Baca Juga: Simak Baik-Baik! Syarat Naik Kereta Api yang DItentukan untuk Periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022

Sikap Tsa’labah yang demikian membuat Allah murka hingga turunlah ayat:

وَمِنْهُمْ مَّنْ عٰهَدَ اللّٰهَ لَىِٕنْ اٰتٰىنَا مِنْ فَضْلِهٖ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُوْنَنَّ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ. فَلَمَّآ اٰتٰىهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖ بَخِلُوْا بِهٖ وَتَوَلَّوْا وَّهُمْ مُّعْرِضُوْنَ. فَاَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِيْ قُلُوْبِهِمْ اِلٰى يَوْمِ يَلْقَوْنَهٗ بِمَآ اَخْلَفُوا اللّٰهَ مَا وَعَدُوْهُ وَبِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh.”

Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran).

Maka Allah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada waktu mereka menemui-Nya, karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.”

Baca Juga: Manusia Jangan Sampai Berhenti Berharap, Gus Baha: Belum Tentu Masa Depan Lebih Buruk dari Sekarang

Begitulah karakter orang kalau sudah kaya, sedekahnya pasti semakin berkurang, bahkan enggan bersedekah sama sekali.

Padahal Tsa’labah itu awalnya dijuluki Hamamatul Masjid (orang yang selalu menjaga masjid). Namun karena sikapnya yang menganggap Rasulullah pungli, ia kemudian dijuluki Tsa’labah (garangan).

Cerita tersebut menjadi pelajaran agar jangan pernah merasa berat bersedekah ketika sudah kaya. Ingatlah masa-masa ketika miskin, yang tahu bagaimana rasanya hidup melarat tetapi masih mau membantu orang lain.***

Editor: Anisa Alfi Nur Fadilah

Sumber: Youtube Sekolah Akhirat

Tags

Terkini

Terpopuler