Apa yang Terjadi di Indonesia Ketika Islam Belum Menyebar luas?

16 Februari 2023, 20:32 WIB
wayang adalah salah satu warisan budaya Hindu-Budha /www.freepik.com

MALANG TERKINI – Sebelum kedatangan Islam di Indonesia, masyarakat Indonesia telah memiliki beragam agama, kepercayaan, dan budaya. Beberapa kepercayaan tradisional seperti Hindu Budha, animisme, dan dinamisme merupakan agama yang dipegang oleh masyarakat Indonesia pada saat itu.

Agama Hindu Budha dibawa oleh pedagang dari India sekitar abad ke-1 hingga abad ke-15, sementara animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan asli masyarakat Indonesia yang berkembang sejak zaman prasejarah. Selain itu, ada juga kepercayaan-kepercayaan lokal yang berkembang di berbagai daerah di Indonesia.

Sebelum nama Indonesia dikemukakan, Indonesia bernama Nusantara yang telah mencakup dari berbagai negara tetangga dari Indonesia. Pada saat itu, masih berupa kerajaan-kerajaan tidak seperti era sekarang yang berdemokrasi.

Baca Juga: Ternyata Candi Tertua di Jawa Timur Berada di Malang, Ini Kisah Penemuan Candi Badut dan Lokasinya!

Dinasti kerajaan sebelum islam datang berpedoman pada agama Hindu dan Budha Pada masa Kerajaan tersebut, sejarah Nusantara mengalami perkembangan berkat adanya hubungan dagang dengan negara-negara luar seperti India, Tiongkok, dan Timur Tengah. Pada periode sekitar Masehi, agama Hindu mulai masuk ke Indonesia.

Agama ini diperkenalkan oleh para pelaut dan pedagang dari India, termasuk di antaranya Maha Resi Agastya yang dikenal dengan nama Batara Guru atau Dwipayana di Jawa.

Ajaran Hindu yang dianut oleh sejumlah kelompok masyarakat di beberapa tempat di Nusantara pada masa itu disebut dengan aliran Waiṣṇawa, yaitu suatu ajaran yang memuja Dewa Wiṣṇu sebagai dewa utama. Beberapa situs peninggalan sejarah yang menggambarkan keberadaan agama Hindu pada masa itu antara lain Situs Kota Kapur di Bangka, Situs Cibuaya, Situs Karawang, dan Situs Muarakaman di Kutai pada sekitar abad ke-5 hingga ke-7 Masehi.

Adanya pengaruh agama Hindu pada masa itu juga terbukti dengan ditemukannya Prasasti Tuk Mas di Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-7 Masehi dan menjadi bukti keberadaan agama Hindu pada masa itu di Nusantara.

Baca Juga: Jokowi Perintahkan Batalkan Kenaikan Tiket Masuk Candi Borobudur, Namun dengan Syarat

Adanya pengaruh agama Hindu pada masa itu juga terbukti dengan ditemukannya Prasasti Tuk Mas di Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ini diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-7 Masehi dan menjadi bukti keberadaan agama Hindu pada masa itu di Nusantara.

Agama Budha dikenal dianut oleh masyarakat Nusantara pada masa Kerajaan Hindu Budha, terutama di Situs Batujaya, Situs Bukit Siguntang di Sumatera Selatan, dan Situs Batu Pait di Kalimantan Barat pada sekitar abad ke-6-7 M. Penyebaran agama Buddha dilakukan oleh para Dharmaduta yang bertugas menyebarkan ajaran Budha ke seluruh dunia.

Masyarakat Indonesia sendiri memainkan peran penting dalam proses penyebaran agama Budha di Nusantara. Mereka belajar di India dan menjadi Bhiksu untuk kemudian menyebarkan ajaran Buddha di Indonesia. Pangeran Kashmir bernama Gunadharma, misalnya, menyebarkan agama Budha di Pulau Jawa pada abad ke-5. Pada abad ke-9, agama Budha mulai menyebar di Indonesia oleh pendeta dari wilayah India seperti Gaudidwipa (Benggala) dan Gujaradesa (Gujarat).

Arca Budha perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan merupakan salah satu bukti tertua adanya pengaruh agama Buddha di Indonesia. Selama periode antara abad ke-4 hingga abad ke-16, banyak kerajaan bercorak agama Hindu dan Buddha yang berdiri di berbagai wilayah Nusantara. Perkembangan agama ini ditandai dengan berdirinya berbagai kerajaan Hindu-Budha, seperti Tarumanegara, Kutai, Sriwijaya, Medang, Majapahit, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Mengenal Situs Liyangan, Candi Kuno yang Sempat Terkubur, Usianya Diperkirakan Lebih Tua dari Borobudur

Selain berdampak pada agama, pengaruh Hindu-Budha juga terlihat dalam seni dan budaya Indonesia. Kesenian seperti wayang kulit, gamelan, tari kecak, dan batik merupakan contoh seni yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Budha. Bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta yang digunakan dalam ajaran Hindu-Budha.

Peninggalan arsitektur Hindu-Budha yang masih dapat ditemukan hingga saat ini di Indonesia, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Penataran, merupakan bukti sejarah yang menunjukkan kejayaan masa lalu Indonesia. Arsitektur ini juga menunjukkan kemajuan teknologi dan keahlian para arsitek masa itu.

Indonesia memiliki banyak warisan agama Hindu dan Budha yang masih terlihat hingga saat ini. Beberapa contoh warisan tersebut antara lain:

· Candi Borobudur: Candi ini adalah monumen Budha terbesar di dunia dan menjadi salah satu warisan dunia UNESCO. Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan terletak di Magelang, Jawa Tengah.

Baca Juga: Sejarah dan Keunikan Candi Kidal Malang

· Candi Prambanan: Candi ini adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia dan juga menjadi warisan dunia UNESCO. Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 dan terletak di Klaten, Jawa Tengah.

· Seni Wayang: Wayang adalah seni tradisional Indonesia yang berasal dari pengaruh agama Hindu dan Budha. Seni wayang terkenal dalam bentuk pertunjukan boneka, baik wayang kulit maupun wayang golek.

· Tari Kecak: Tari Kecak adalah tarian yang berasal dari Bali dan berkaitan erat dengan cerita Ramayana. Tarian ini menggunakan vokal “cak-cak-cak” yang dilakukan oleh kelompok penari pria.

· Upacara Galungan: Upacara Galungan adalah upacara agama Hindu yang dilakukan setiap enam bulan sekali untuk memperingati kemenangan kebaikan atas kejahatan.

· Nyepi: Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun di Bali. Pada hari ini, umat Hindu di Bali melakukan puasa total, tidak melakukan kegiatan apapun, dan menghindari cahaya dan suara.

Arsitektur candi: Bangunan candi di Indonesia memiliki ciri khas arsitektur yang berasal dari pengaruh agama Hindu dan Budha, seperti bentuk stupa, prasada, dan lingga-yoni.***

Editor: Ratna Dwi Mayasari

Tags

Terkini

Terpopuler